Yohanes 4:7-42:

Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.” Sebab murid-muridNya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepadaNya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Kata perempuan itu kepadaNya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?” Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Kata perempuan itu kepadaNya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” Kata perempuan itu kepadaNya: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah- penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” Jawab perempuan itu kepadaNya:

“Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” Pada waktu itu datanglah murid-muridNya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: “Apa yang engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?” Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:

“Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. Sementara itu murid-muridNya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepadaNya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepadaNya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepadaNya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataanNya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

Yohanes 4 merupakan salah satu kasus PI (Pengabaran Injil) pribadi yang menjadi contoh dari jaman ke jaman. Setiap orang yang rindu membawa orang lain kepada Tuhan, setiap orang yang mau memberikan kesaksian dan memberitakan Injil secara pribadi harus kembali kepada Yohanes 4, untuk menerima dan mengerti akan begitu banyak pengalaman, begitu banyak pengajaran dan bijaksana yang tersimpan di dalam kasus ini, contoh dari Kristus bagaimana membawa orang datang kepada Dia.

Dengan cara apakah kita membawa seseorang kepada Kristus, membawa Injil kepada orang lain dan memperkenalkan kerajaan Allah kepada manusia? Disini kita melihat Tuhan Yesus tidak meninggalkan pusat dari kesaksian, yaitu Mesias. Mesias (Kristus) itulah pusat penginjilan yang sejati. Penginjilan yang sejati bukan membawa manusia untuk mengenal pengalaman pribadi saja, bukan membawa manusia kepada satu suasana yang hanya menimbulkan reaksi emosi saja. Penginjilan yang sejati akan membawa manusia mengenal pusat yang menjadi Oknum diatas segala oknum; yaitu Kristus. Jikalau Tuhan Yesus sendiri pada saat membawa orang lain datang kepada Kristus; yaitu Dia sendiri, tidak meninggalkan prinsip-prinsip yang demikian penting, maka siapakah kita, berani memakai cara-cara lain, demi melihat secara cepat akan hasil kuantitas yang banyak? Jikalau kita tidak memperhatikan kualitas dan prinsip yang diajarkan oleh Alkitab dan tidak memperhatikan terlebih dahulu akan Kristus, Tuhan, kerajaanNya dan kebenaranNya, maka segala pertumbuhan secara kuantitas itu adalah penipuan terhadap diri sendiri. Kita perlu penginjilan dijalankan dengan baik dan membawa orang kembali kepada Tuhan dengan prinsip-prinsip yang berdasarkan Kitab Suci. Yohanes 4 memaparkan Yesus yang menjadi contoh dari jaman ke jaman, bagaimana menginjili orang lain, menimbulkan iman, dan menciptakan kepercayaan yang sejati di dalam hidup manusia. Di sini kita melihat bahwa perempuan Samaria yang menjerumuskan diri ke dalam dosa sex yang tidak henti-hentinya, yang telah mempunyai lima orang suami dan sekarang sedang tidur dengan suami orang, akhirnya beriman kepada Yesus, mau meninggalkan dosa yang lama dan menjadi pengikut Kristus yang beriman. Ini bukan suatu hal yang sederhana. Ini adalah suatu penginjilan yang tuntas. Penginjilan yang tuntas dan tepat mengakibatkan perubahan hidup dengan meninggalkan dosa yang lama dan mengakibatkan manusia membenci dosa dan beriman kepada Yesus Kristus. Beriman bukan hanya menambah sesuatu di dalam variasi hidup manusia, bukan saja menjadi seorang yang dulunya tidak ada hidup gerejani, sekarang ikut kebaktian gereja ramai- ramai saja. Beriman adalah suatu hal yang menyangkut dua aspek:
1. Meninggalkan dosa dan segala kejahatan yang tidak berkenan kepada Tuhan.
2. Mengambil Kristus sebagai pusat hidup, menerima Dia dan segala jasa keselamatanNya menjadi milik pribadi.

FORSAKE ALL and take JESUS CHRIST. Forsake All In Take Him, disingkat FAITH, iman. Berapa banyak orang katanya mau mengikut Yesus tetapi tidak mau meninggalkan dosa, berapa banyak orang dari agama lain yang katanya tidak mau dosa, tapi tidak juga mau menerima Yesus Kristus. Iman yang sejati adalah iman yang mau meninggalkan segala dosa dan kejahatan, dan membenci segala hal yang tidak diperkenankan Tuhan, dan datang menerima Kristus sebagai milik pribadi. Penginjilan yang tuntaslah yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Agama, iman, hidup bersekutu dengan Tuhan tidak seharusnya menjadi suatu tambahan di dalam hidup kita saja, tetapi merupakan sesuatu hal yang merubah hidup kita, mengubah intisari dan fondasi kita, mengubah arah dan tujuan hidup kita masing-masing. Yesus mengupas dan memimpin pikiran perempuan itu. Yesus bukan menimbulkan emosinya, karena emosinya sudah terlalu banyak. Yang dibutuhkan perempuan itu adalah pembukaan pikiran sampai mengerti siapa Mesias itu. Di dalam hatinya dia sudah mempunyai konsep tentang Mesias, dan dia merasa membutuhkan Mesias tetapi dia tidak tahu siapa Mesias. Saya kira di dalam setiap agama mempunyai suatu bibit, yaitu konsep mengenai Mesias, tetapi mereka tidak tahu siapa itu Mesias. Mesias adalah anak Allah, Mesias adalah Juruselamat dunia, yaitu Kristus yang diurapi oleh Allah sendiri. Allah Bapa dengan Allah Roh Kudus mengurapi Allah Anak. The Father, Spirit and The Son, Tritunggal. Allah Oknum Pertama mempergunakan Allah Oknum Ketiga untuk mengurapi Allah Oknum Kedua, lalu Allah Oknum Kedua dikirim oleh Allah Oknum Pertama ke dalam dunia, yaitu Kristus, Yesus, dan akhirnya penginjilan yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada perempuan Samaria itu telah mengakibatkan dia mengaku bahwa Yesus itu Mesias, Juruselamat. Puji Tuhan, di sini kita bukan melihat mujizat, bukan keanehan yang dialami, tetapi suatu pengertian, kesadaran yang mengakibatkan iman tertanam di dalam hidupnya. Di dalam Injil, kita melihat betapa stabil, lengkap, dan sempurnanya pengajaran kebenaran yang begitu berlainan dengan gerakan-gerakan kekristenan yang kita lihat pada jaman ini. Setelah kasus ini kita melihat kesembuhan dan mujizat dilakukan pada bagian terakhir dalam pasal empat ini yang merupakan mujizat kedua yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus yang dicatat dalam Injil Yohanes, sedangkan mujizat pertama terjadi pada pernikahan di Kana. Sebelum menuju ke Kana untuk kedua kalinya, Yesus menyelamatkan perempuan Samaria ini. Terlihat di sini adanya satu kesadaran secara pribadi, sebagai iman yang tidak dipaksakan. Kebenaran dan pengertian kebenaran tidak bisa disalurkan hanya dengan lisan atau tulisan, tetapi perlu suatu kesadaran pribadi yang terjadi. Sebagai satu event yang memisahkan manusia dan hidupnya menjadi dua bagian: sebelum mengerti kebenaran dan sesudah mengerti kebenaran; Sebelum insyaf akan iman dan kepentingannya serta sesudah insyaf tentang iman dan kepentingannya di dalam Yesus Kristus. Pada waktu kesadaran itu muncul di dalam hidupmu, engkau tidak perlu dipaksa lagi, akan datang kepada Tuhan secara rajin. Tidak ada gunanya memaksa anak, itu hanya mengakibatkan mereka lebih bosan, lebih benci, dan lebih menjauhkan diri dari Kekristenan. Tetapi itu tidak berarti bahwa saudara tidak perlu memperhatikan anak saudara. Kesadaran itu harus menjadi suatu tujuan kita berdoa bagi mereka yang kita cintai, bukan kita mengerjakan sesuatu, bukan berkhotbah kepada mereka, kita mengharapkan bukan kata-kata yang membuat mereka kehabisan akal. Tetapi suatu saat yang mengakibatkan mereka merasa, “Di sini pengharapanku!” Kesadaran ini begitu penting, dan itu memerlukan pekerjaan dari Roh Kudus. Secara kebenaran tidak ada perkataan seseorang yang bisa meyakinkan orang lain di dalam menerima kebenaran sorgawi, kecuali karena pekerjaan Roh Kudus. Perempuan Samaria ini mendapatkan kesadaran dan keinsyafan secara pribadi. Setelah mengetahui kebenaran, berbedalah seluruh aspek hidupnya. Sekali disadarkan akan kebenaran, maka engkau tidak mungkin kembali kepada hidup yang lama, satu kali engkau melihat cahaya yang betul-betul dari sorga, engkau dicerahkan, diberikan iluminasi begitu jelas, engkau akan menyesal: mengapa begitu lambat baru engkau datang kepada Tuhan Yesus Kristus. Apa itu iman? Iman kepada siapa? Bagaimana mendapatkan iman? Perempuan Samaria ini mengalami suatu pergumulan yang mengakibatkannya menjadi sadar akan siapa Yesus itu, dan proses itu tidak dia ciptakan sendiri. Proses itu diciptakan oleh Tuhan Yesus Kristus melalui kuasa Roh Kudus yang mengurapi Dia. Waktu Yesus berbicara dengan dia, secara bertahap Yesus menggarap proses iman itu. Dengan menciptakan proses itu Tuhan Yesus memperhatikan bagaimana pendengarNya bisa sampai datang kepada iman kepercayaan. Jika kita perhatikan di sini, maka pada waktu dia mengatakan, “apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu…”, pada waktu perempuan itu melontarkan kalimat ini, ia sudah mempunyai suatu pengertian bahwa Mesias lebih besar dari Musa, Yakub, dan nabi-nabi. Di dalam pasal 4 ini nama Yakub, nama orang Yahudi, dan istilah nabi disinggung. Kami menganggap Engkau seperti seorang nabi, apakah Engkau lebih besar dari Yakub, nenek moyang kami yang telah memberikan perigi ini kepada kami turun temurun sampai zaman kami, apakah Engkau lebih besar dari Yakub? Engkau seperti seorang nabi. Yesus berkata, “Keselamatan datang dari orang Yahudi.” Tetapi pada waktu kalimat terakhir perempuan itu berkata kepada Yesus Kristus, “Kami tahu, bahwa jikalau Mesias datang, Dia akan mengajarkan tentang segala hal.” Berarti di dalam konsep agamanya, dia tahu meskipun belum mendapatkannya, bahwa ada Mesias yang lebih besar dari Musa, Yakub, Abraham dan segala nabi. Berarti Dia adalah ketotalan kebenaran — THE TOTALITY OF THE TRUTH. Mesias adalah ketotalan kebenaran yang beroknum. THE TOTALITY OF THE TRUTH AS A PERSON — totalitas dari kebenaran yang berbentuk oknum. Ini adalah suatu kepercayaan yang luar biasa. Dia percaya ada Mesias, dan Mesias itu akan memberikan pengajaran mengenai segala sesuatu. Di dalam dunia ini banyak orang hanya menerima kebenaran atau mengerti sebagian kebenaran dengan mencomot kepingan-kepingan dari sudut yang begitu kecil dan terbatas. Tetapi perempuan itu mengatakan, “Meskipun kami hidup di dalam dunia ini, mengetahui ini, mengetahui itu, tetapi pada suatu hari Mesias akan datang, dan Dia akan memberikan segala sesuatu, mengajarnya kepada kami.” Seorang yang moralnya rendah mempunyai konsep-konsep agama yang kadang-kadang tidak rendah. Jangan menghina mereka yang menjadi pelacur, yang miskin, yang mempunyai pengalaman sangat sedikit, atau mereka yang dari lapisan atau kedudukan yang dianggap sangat rendah di masyarakat. Kadang-kadang pada waktu mereka mengatakan dan mencetuskan sesuatu, mereka bisa menggemparkan bumi dan mengagumkan orang banyak.

Kira-kira 20 tahun yang lalu, ada anak kecil yang berumur 12 tahun bertanya kepada saya dengan kalimat-kalimat yang mengagetkan saya! “Pak, boleh saya bertanya?” Saya bilang, “Ini sudah tanya, kalau begitu tanya lagi ya?” Dia tanya, “Yesus menanggung dosa kita, betul tidak?” “Betul!” “Bukan saja jaman kita, jaman lalu, jaman yang akan datang, banyak orang dalam bahasa berbeda, suku berbeda, negara berbeda?” “Ya!” “Kalau begitu, banyak dosa ditangani oleh Dia sendiri?” “Ya!” “Kalau begitu Dia penuh dengan dosa di atas diriNya?” “Ya!” “Dia penuh dosa di atas diriNya … Jikalau Dia sudah menanggung dosa, sluruh badanNya penuh dengan dosa, kok Yesus bisa masuk sorga?” Wah saya pikir hebat ya, anak umur 12 sudah menanya pertanyaan-pertanyaan yang belum pernah saya dengar dari orang-orang dewasa, ini anak nanti bisa jadi theolog.

Demikian juga pada waktu saya memikirkan secara mendalam tentang perempuan Samaria ini, saya kagum, dia mempunyai satu konsep yang lebih besar dari pendeta-pendeta sekarang. Pendeta-pendeta yang liberal, yang tidak beriman, hanya menganggap Tuhan Yesus sebagai Guru yang baik, yang memberi semacam pengajaran yang hampir sama dengan Mohammad, Sakyamuni, atau filsuf yang lain. Maka perempuan Samaria ini mengatakan, “Ia akan mengajar segala sesuatu kepada kami.” 450 tahun yang lalu John Calvin mengatakan, “Biarlah pemimpin-pemimpin gereja belajar dari perempuan Samaria ini, karena dia telah memberikan suatu hal yang mengandung inti yang penting, yaitu Kristus adalah segala sesuatu.” Darimana kita mendapatkan otoritas? Di mana pusat otoritas kita? THE TOTALITY OF THE TRUTH AS A PERSON, kebenaran secara total di dalam diri Kristus, kebenaran secara total yang beroknum yaitu Anak Allah, Kristus.

“Jikalau Mesias datang, Dia akan membicarakan segala sesuatu kepada kita. Siapa kamu?” Yesus menjawab, “Akulah Mesias!” Perempuan itu kaget. Jika engkau tahu siapa Yesus, engkau pasti menyesali cara engkau menghadapi Dia. Engkau pasti menyesal dan merasa malu karena engkau telah memperlakukan Dia secara tidak beres. Maka perempuan itu langsung mengasosiasikan konsep yang ada di dalam dirinya dengan Oknum yang ditemui olehnya. Pada waktu dia sekarang bertemu dengan Kristus, dan Kristus mengatakan, “Akulah Dia!” Ada pendeta yang mengatakan, “Yesus tidak pernah mengatakan diriNya Anak Allah, tidak pernah mengumumkan Dia Mesias.” Ini akibat pengaruh racun dari seorang Jerman yang bernama Albert Schweitzer, pada permulaan abad XX. Dia mengatakan, “Yesus tidak pernah mengaku diriNya Anak Allah.” Ini omong kosong! Ayat yang baru kita baca, Yesus mengatakan, “Akulah Dia! Akulah Mesias!” Ini keunikan Kekristenan, karena Tuhan Yesus bukan nabi di antara begitu banyak nabi. Yesus bukan hanya satu nabi di antara sekian banyak nabi yang diutus oleh Tuhan seperti apa yang dipercayai oleh agama-agama lain. Yesus merupakan yang unik, Dialah Mesias itu sendiri, Dia adalah Anak Allah, dan Dia adalah Anak Allah yang kekal. Pada waktu Dia mengatakan, “Akulah Mesias itu.” Apa yang terjadi? Perempuan itu langsung menaruh barang-barangnya di pinggir sumur, lalu lari pergi. Setelah dia sadar, dia beriman. Dia tidak lagi mementingkan hal-hal di sekitarnya, tetapi dia memikirkan, “Hidupku sudah bertemu dengan Tuhan. Apa yang harus saya lakukan?” Kita melihat bahwa beriman dan bersaksi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Banyak orang Kristen menganggap jika sudah lama menjadi orang Kristen baru boleh bersaksi, tetapi Alkitab berkata kepada kita, ada orang langsung menerima Tuhan dan bersaksi, meskipun mereka tidak layak, tidak berpengalaman, belum belajar theologi, dan belum tahu banyak, tetapi mereka telah mempunyai satu titik fokus yang benar, yaitu memegang Kristus sebagai pusat iman. Jadi meskipun pengalaman orang-orang semacam ini masih dangkal, mereka dapat bersaksi walaupun “masih polos”, tetapi mereka mempunyai antusias yang luar biasa. Kedua hal ini harus dijadikan seimbang: yang baru menerima Tuhan bersaksi dengan berapi-api, kita harus menyetujui. Tetapi mereka juga harus dididik supaya mereka tidak terlalu cepat jatuh ke dalam jerat iblis untuk orang yang baru menerima Tuhan. Sebaliknya orang Kristen yang sudah berpengalaman tidak boleh menghina orang baru, merintangi, ataupun menghalangi mereka. Orang yang baru menjadi orang Kristen jangan terlalu cepat melayani di dalam pelayanan yang tidak dikontrol dengan kebenaran, karena kedua hal ini semua berbahaya. Dan salah satu bahaya besar di dalam jaman kita adalah, banyak orang yang mau bersaksi, mau melayani orang lain, tapi tidak mau belajar. Dan karena kuantitas melayaninya sudah banyak, mereka menganggap diri mereka sudah berpengalaman dan dalam diri mereka tidak ada kemajuan rohani lagi, karena merasa sudah pandai melayani orang lain. Kita harus berhati-hati. Perempuan Samaria ini belum mengubah konsep orang lain terhadap dirinya. Orang lain belum tahu jika dia mengalami perubahan dalam hidupnya. Semalam mungkin masih tidur dengan suami orang, sekarang bersaksi, apakah harus menunggu dia bertobat sampai semua kelakuannya beres baru bersaksi? Alkitab tidak mengatakan Yesus menyuruh dia berhenti di sini. Perempuan itu langsung pergi, waktu dia pergi, dengan keadaan hidupnya yang tidak layak, dia pergi bersaksi dengan keadaan suatu kesaksian hidup yang belum dikoreksi oleh orang lain, orang belum mempunyai konsep baru terhadap dia, tapi dia berteriak. Sebuah keindahan di sini, perempuan ini masuk ke dalam kota, dia bertemu dengan banyak orang. Masih ingat apa yang kita renungkan? Dia mengambil air di sumur pada siang hari, karena dia malu bertemu dengan perempuan-perempuan lain yang selalu menimba air pada pagi hari, tetapi sekarang dia tidak lagi mempunyai perasaan malu itu. Bukan karena dia sekarang sudah menjadi orang “baik-baik”, tetapi karena sekarang dia sudah bertemu dengan Kristus sebagai pribadi ketotalan kebenaran itu, THE PERSON WHO IS THE TOTALITY OF THE TRUTH membuat dia pergi bersaksi. Dia bersaksi bukan saja karena dia sudah sadar tentang siapa Kristus, dia juga bersaksi karena dia sadar akan hubungannya dengan Kristus. Perempuan Samaria ini sadar akan dua hal:

1. Dia sadar Kristus adalah Mesias.

2. Yesus adalah yang diharapkan oleh seluruh dunia

— THE DESIRER OF ALL NATIONS. Istilah ini muncul di dalam PL (Perjanjian Lama). J.S. Bach menulis satu lagu yang merupakan salah satu melodi yang terindah sepanjang sejarah, “Jesus Joy Of Men Desiring”, makna kesukaan dari apa yang diharapkan, yang dirindukan oleh seluruh umat manusia adalah Yesus. Perempuan ini sadar bahwa Yesus adalah hidup, maka dia pergi, dia tidak perduli orang lain dapat menerima dia atau tidak, tidak perduli akan posisinya yang memalukan di dalam masyarakat, melupakan semuanya karena dia tahu bahwa dia sudah menerima sesuatu yang tidak ada bandingnya. Dia berkata kepada banyak orang: lihatlah Yesus, bukan lihatlah saya, jikalau dia mengatakan lihatlah saya, pasti semua orang langsung meludahi dia. Lihatlah Yesus, satu-satunya hal yang betul-betul memberikan kesuksesan bagi kita yang bersaksi. Jangan meminta orang lain mengikut kita, tapi bawa mereka kepada Kristus, itulah rahasia kemenangan kesaksian kita. Lihatlah Anak Domba Allah, lihatlah Kristus. “Mari, lihat, ada seseorang yang sudah menceritakan segala sesuatu yang saya lakukan kepadaku.” Kalimat “Segala sesuatu akan diajarkan” dan “Segala sesuatu dari padaku yang dikatakan ini” tiga kali muncul di dalam bagian ini. Ini konsep totalitas dari Oknum Kristus. Segala sesuatu dari hal hidupku sudah diceritakan oleh Dia, yaitu sesuatu hal yang mempermalukan, mengapa Dia tahu dan mengapa Dia ceritakan? Apakah Dia Mesias, apakah Dia itu Kristus? Mari kita mensharingkan suatu pengalaman bersama di mana pada hari engkau menerima Tuhan, di mana engkau tidak mungkin melarikan diri atau menutup diri. Itu kuasa Roh Kudus. Salah satu kuasa Roh Kudus yang paling besar yaitu kuasa untuk menelanjangi hidup manusia, menelanjangi seluruh hidup kita sehingga kita tidak bisa lari, menutup-nutupi, menyangkal, atau membantah lagi. Setelah Roh Kudus menelanjangi hidup kita, ada 2 kemungkinan yang akan terjadi:

1. Marah, lalu membenci Roh Kudus.

2. Takluk dan rebah, bertobat di hadapan Dia.

Jikalau penginjilan dijalankan, tetapi tidak terlihat Roh Kudus menelanjangi hidup seseorang yang mengakibatkan orang itu tidak mungkin melarikan diri dari Tuhan, berarti penginjilan itu belum tuntas. Puji Tuhan, perempuan ini mengakui hidupnya dan segala sesuatu yang pernah diperbuatnya seperti yang dikatakan oleh Yesus. Pada waktu dia bersaksi tentang apa yang dia alami di dalam pertemuannya dengan Yesus Kristus, orang-orang yang ada di kota Samaria banyak yang keluar dan datang kepada Yesus, mereka berkumpul dengan Dia. Sebelum perempuan itu meninggalkan tempat itu, murid-murid yang disuruh Yesus membeli roti, membawa roti itu pulang, mereka heran, “Mengapa Guru berbicara dengan seorang perempuan? Waktu kami tidak ada, Dia berbicara dengan perempuan, ini tidak baik!” Hal ini bisa menimbulkan satu pikiran, “Mengapa kami disuruh pergi, lalu Dia berbicara dengan seorang perempuan?” Tetapi keadaan curiga dan pikiran yang kurang baik itu tidak diteruskan, mereka berkata kepada Yesus, “Rabi, inilah roti, inilah makanan”, jawab Yesus, “PadaKu ada makanan tersendiri.” Lalu mereka bicara lagi, “Dia sudah dikasih makanan oleh orang lain?” Mungkin perempuan itu sudah memberi roti kepada Dia. Apakah Dia sudah kenyang?” Yesus tahu apa yang dikatakan di dalam hati mereka, maka Yesus menjawab, “MakananKu adalah menjalankan kehendak Allah dan menggenapkan segala rencanaNya.” MENGERJAKAN PEKERJAAN YANG DIBERIKAN KEPADAKU, ini adalah kalimat yang sangat agung yang boleh kita bandingkan dengan segala kebudayaan yang teragung di dalam dunia.

Peribahasa Tionghoa yang kuno mengatakan: rakyat menjadikan makanan dan perut sebagai dewa mereka. Manusia biasanya menjadikan perut itu dewa mereka. Mereka berjuang, bersusah-payah, menaklukkan diri dan berkompromi hanya karena mereka butuh uang untuk makan. Maka mencari makan menjadi satu hal yang paling utama. Kita hidup perlu makan, perlu menyambung hidup sehari-hari, perlu uang. Karena perlu uang kita bersusah-payah. Karena perlu uang dan makan kita berkompromi dan melupakan kehendak Tuhan, kita melakukan hal-hal yang merintangi akan hati nurani kita masing-masing. Rakyat menjadikan makanan dan perut sebagai dewa mereka, tetapi Kristus di dalam kalimat ini berkata sebaliknya: “Aku menjadikan kehendak Allah itu makananKu, makananKu bukan ilahKu. Betapa besar perbedaan antara kalimat Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang tunggal, yang diutus dengan seluruh kebudayaan manusia yang tertinggi. Yesus berkata, “MakananKu adalah melaksanakan kehendak Bapa.” Seorang yang mempunyai aspirasi atau satu niat perjuangan yang penting, selalu lupa makan. Seorang yang terus mengingat makanan pasti tidak ada niat yang terlalu besar. Ada seorang pendeta yang setiap minggu pasti meluangkan satu hari untuk dapat makan seenak mungkin. Sebagai pendeta, uangnya tidak terlalu banyak. Karena tidak cukup, maka dia harus bergaul dengan orang-orang kaya, yang bisa memberi dia makanan yang enak. Akhirnya dia harus meminjam uang untuk makan, maka dia meninggalkan pekerjaan Tuhan. Tuhan Yesus Kristus mengatakan, “Aku sudah mempunyai makanan, makananKu adalah menjalankan kehendak Allah.” Sotren Kierkegaard berkata, “Orang yang niatnya suci adalah orang yang mempunyai tujuan yang pasti dan konsentrasi, sehingga hal-hal yang sebenarnya perlu dianggap tidak terlalu perlu.” Yesus Kristus mengatakan, “Aku mempunyai makanan yaitu menjalankan kehendak BapaKu dan menggenapkan pekerjaanNya.” Setelah orang-orang Samaria datang berkumpul, sadarlah murid-murid akan apa yang pernah dikerjakan Yesus pada diri perempuan itu. Dia bercakap-cakap dengan perempuan bukan karena suka bicara dengan perempuan, tetapi agar banyak orang datang dan mau mengenal Yesus Kristus. Seorang yang mengalami PI pribadi yang sukses, sesudah menerima Tuhan tidak mungkin hanya disimpan sendiri, dia pasti membawa sekelompok orang datang kepada Tuhan Yesus Kristus. Jikalau engkau mengatakan bahwa dirimu sudah diselamatkan, tetapi engkau belum pernah membawa orang datang kepada Tuhan Yesus, engkau belum betul-betul menjadi orang yang beriman dan berbuah. Tidak berarti setiap orang pasti berbuah banyak, ada orang yang begitu sulit memberitakan Injil, ada orang yang begitu gampang memberitakan Injil. Prinsip ini sudah dibereskan oleh perkataan Yesus selanjutnya. Yesus mengatakan, “Lihatlah ladang, bukankah ladang itu sudah menguning?” MENGUNING bahasa aslinya adalah menjadi putih berarti sudah muncul sesuatu yang memberikan tanda waktu menuai sudah tiba.

Tuhan menetapkan waktu untuk menabur dan menuai, dan jika engkau diberi kesempatan untuk menuai janganlah sombong karena hasilmu banyak. Yesus berkata disini, “Ada yang menabur, ada yang menuai.” Yang menuai jangan sombong, yang menabur jangan kecewa. Yang menuai berbagian dalam kuantitas, yang menabur berbagian di dalam kualitas, yang menabur memberikan benih yang sedikit tapi baik. Orang dulu menanam, orang sekarang menuai bersukacita, orang yang menanam berair mata, orang yang menuai bersukacita, orang yang menanam berjerih payah, orang yang menuai bersukaria. Jangan sombong, jangan menghina orang lain hanya karena engkau kelihatan lebih banyak kuantitas, tetapi berhati-hatilah segala sesuatu yang kau harus tanam dengan seleksi kualitas. Saya pernah membaca suatu makalah seorang sastrawan yang mengatakan, “Jika aku adalah seorang kaya, aku tidak akan dapat merasakan berapa manisnya roti yang dibeli dengan sedikit uang hasil jerih payahku, jika aku adalah orang kaya, maka aku tidak akan mengetahui dengan sungguh, pacarku mencintai aku atau mencintai uangku. Ini benar.

Waktu berumur 3 tahun saya tidak lagi mempunyai ayah. Ibu saya bekerja keras dari pagi sampai malam. Sebelumnya kami adalah keluarga yang kaya sekali, tetapi Tuhan memperbolehkan kami dikoyakkan supaya saya bisa dipersiapkan menjadi hamba Tuhan. Di dalam hidup yang penuh dengan pergolakan itu saya tidak pernah menyesal dan tidak pernah mencela Tuhan. Saya merasa itu merupakan hal yang luar biasa untuk dapat mengalami hidup bermacam-macam. Berapa banyak sekarang gereja dan gerakan yang hanya mau cepat-cepat jadi orang Kristen dengan tidak usah pikul salib, tidak usah menabur pokoknya cepat-cepat kaya, karena Tuhan itu kaya dan kita beriman saja, itu merupakan hal yang membahayakan kekristenan yang tidak berakar menuju ke abad XXI.

Yesus mengatakan ada yang menabur, ada yang menuai. Dia bekerja secara pribadi kepada perempuan Samaria ini, dan perempuan ini, setelah mengenal siapa Yesus Kristus, dia pergi memberitakannya. Ia tidak mengatakan, “Coba lihatlah saya, sekarang saya kaya, lihat saya sudah diberkati Tuhan mari percaya Tuhan.” Jikalau dia bersaksi semacam ini, akan mengakibatkan orang percaya Yesus karena hanya mau kekayaan saja. Tetapi dia memberikan penginjilan dan kesaksian berdasarkan prinsip yang benar, lihatlah Yesus telah menunjukkan segala dosaku, Dia telah membongkar hidupku yang saudara tahu bukan? Saya perempuan Samaria yang berada di tengah-tengah saudara yang sudah mempunyai nama buruk, mempunyai banyak suami, tapi sekarang hidup saya sudah diubah. Ayo, mari kita lihat Yesus, mari kita datang kepada Dia. Mereka semua datang kepada Yesus karena mau melihat bagaimana orang bisa diubah hidupnya. Menabur dan menuai memerlukan jerih payah dan kesulitan melalui prinsip- prinsip Alkitab, mengakibatkan suatu kegembiraan yang wajar. Sesudah mereka datang, satu kalimat yang penting keluar dari mereka, mereka minta Yesus untuk tinggal dengan mereka. Heran, Yesus setuju dan tinggal selama dua hari di sana. Sebenarnya Yesus mau pergi ke tempat lain, tetapi Dia rela meluangkan dua hari untuk tinggal bersama mereka, dan Alkitab mengatakan bahwa pada waktu Yesus berada di Samaria selama dua hari, Ia berbicara lebih banyak kepada mereka yang konsep agamanya lain, yang dibenci oleh orang Yahudi yang mengerti PL (Perjanjian Lama) tapi mempunyai interpretasi sendiri, berlainan dengan cara interpretasi exegesis di Yerusalem. Orang-orang Samaria mempunyai pembentukan konsep agama tersendiri, yang tidak perlu ke Yerusalem, tetapi tetap mempertahankan kebanggaan suku bangsa mereka. Yesus bekerja di tengah-tengah orang semacam ini, dan mengakibatkan suatu hal yang indah sekali. Yohanes 4:41-42, apakah mereka datang karena kuasa yang dipamerkanNya, karena suatu exposisi kebolehanNya, dan tidak karena perkataanNya? Nya di sini memakai huruf besar, berarti perkataan Yesus Kristus. Ayat 42, orang-orang Samaria telah mengambil suatu kesimpulan yang begitu hebat dan penting, mereka datang kepada perempuan itu dan berkata, “Kami percaya bukan karena perkataanmu, memang pertama perkataanmu membuat kami mencari Dia, perkataanmu mendorong kami datang kepada Yesus, kesaksianmu memang menjadi satu introduksi, sehingga kami tertarik, tetapi jangan lupa, bukan karena perkataanmu kami percaya kepada Dia, tapi kami sendiri sudah mendengar Dia dan menerima perkataanNya, dan dari perkataan Dia sendiri kami beriman.” Satu prinsip yang penting, satu kesimpulan yang sukses telah diambil di sini, orang-orang Samaria mempunyai iman yang sejati, karena mereka datang kepada Yesus Kristus, dan karena mereka menerima perkataan Yesus sendiri.


Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.fica.org/ficalist/fica/teach/stong1