Nats : Ibrani 1 : 1-3

Yesus Kristus bukan hanya merupakan cahaya kemuliaan dari terang Allah itu sendiri, tetapi di dalam diriNya, Dia juga adalah rupa dan gambar Allah itu sendiri, yang di dalamnya kita dicipta. Tidak ada agama lain mengerti akan martabat, kehormatan manusia sampai sebegitu dalam. Karena kita dicipta menurut gambar dan rupa Allah, maka kita perlu menelusuri siapakah yang dipakai sebagai patron untuk menciptakan manusia? Yesus Kristus. Mengapa Yesus yang dipakai sebagai patron? Karena Dia adalah Allah.

Karena Yesus adalah sang Pencipta, maka Dia adalah Alfa, dan Dia juga menjadi sang Penggenap dimana Dia adalah Omega. Dia adalah awal dari segala sesuatu. Dia juga yang akan mengkonsumasikan segala sesuatu sesuai dengan rencana Tuhan Allah. Itu sebabnya sejarah berada di dalam tanganNya. Jangan sekali-sekali kita beranggapan Kristus hanyalah seorang tokoh agama yang sedikit lebih bermutu dibandingkan dengan pendiri-pendiri agama lain, karena seluruh Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa Yesus datang ke dunia untuk mendirikan agama.

Agama didirikan oleh manusia berdosa, yang di dalam jalan hidupnya tiba-tiba menyadari dirinya adalah orang berdosa dan perlu menyelesaikan masalah dosanya. Disamping itu, mereka juga percaya ada sifat kekekalan, ada potensi di dalam dirinya untuk menemukan cara menyelesaikan dosa. Itulah awal dari gagasan upaya dan motivasi beragama. Di dalam agama, manusia menyadari keterbatasan dirinya, ada konflik di dalam dirinya, ada cacat-cela dan dosa yang mencemarkan hati nuraninya. Manusia rindu untuk bisa lepas dari belenggu-belengu tersebut.

Tetapi Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk mendirikan agama melainkan untuk menggenapi keselamatan yang Allah sudah rencanakan. Jadi Yesus bukan hanya Pencipta dan Penguasa sejarah, Dia sendiri harus masuk ke dalam sejarah menjadi Juruselamat umat manusia. Allah masuk ke dalam sejarah tidak pernah disinggung di dalam agama-agama lain. Apa artinya Allah masuk ke dalam sejarah? Dia mengunjungi dunia yang diciptakanNya. Dia bukanlah Allah yang setelah menciptakan segala sesuatu lalu membiarkannya mati hidup sendiri seperti yang diajarkan oleh Deisme.

Manusia tidak mungkin tidak percaya bahwa Allah itu ada. Iman percaya bahwa Allah ada bukanlah iman Kristen. Karena ketika ilmu pengetahuan belum mampu menemukan segala rahasia, manusia percaya Allah itu ada, tapi ketika ilmu pengetahuan sudah bisa menjawab segala fenomena yang ada, manusia merasa tidak perlu percaya Allah ada. Istilah teologianya adalah God of gate. Allah yang berada di dalam selang. Meskipun Allah seperti itu bukanlah Allah orang Kristen, dan iman semacam itu bukanlah iman Kristen, namun banyak orang Kristen secara tidak sadar telah menganut iman seperti itu: bila tidak terjepit, dia tidak datang kepada Tuhan. Allah hanya dia jadikan pembantu saat dia terjepit, tapi saat lancar, dia lupa Allah. Ini bukan ajaran Alkitab. Alkitab mengajarkan baik sulit, lancar, kaya maupun miskin kita tetap bersandar kepada Allah.

Manusia bisa hidup satu detik saja adalah karena topangan dari Tuhan. Kalau Allah tidak menopang barang satu detik saja, dunia ini akan hancur. Seperti yang dikatakan di sini, Kristus bukan hanya menciptakan dan akan mewarisi seluruh alam semesta, Dia juga menopang alam semesta dengan kuat kuasaNya, sehingga tidak bisa tidak ada Kristus di dalam sejarah.

Mengapa Allah tidak menciptakan alam semesta sesempurna dan semutlak diriNya sendiri? Tidak mungkin. Karena yang dicipta adalah yang dicipta, yang mencipta adalah yang mencipta. Di antara yang mencipta dan yang dicipta tetap ada qualitative difference, maka Allah bukan alam dan alam bukan Allah. Seluruh alam dicipta oleh Allah dan ditopang oleh Allah. Ditopang dengan apa? Dengan perintahNya yang penuh kuasa, yaitu firmanNya.

Yesus Kristus adalah Firman Allah yang keluar dari mulut Allah, maka Yesus berkata manusia hidup bukan bersandar pada roti raja, tetapi bersandar pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah. Gabungkanlah dengan Ibr. 1:3 ini, kita tahu yang membuatmu hidup bukanlah roti. Karena roti hanya menopang kebutuhan tubuh yang sementara, sedangkan darah yang beredar di dalam tubuh menuruti dalil yang ada di dalam finnan Tuhan. Logos, the word of God adalah dasar dari pada Logikos. Baca ay. 3, Firman itulah yang menopang kita. Itu sebabnya Yesus berkata, kita hidup bersandarkan pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah. Pada waktu kau mendengar khotbah, kau menemukan firman Tuhan yang diwahyukan olehNya menguatkan kerohanianmu, menjadikan eksistansimu di dunia ini mempunyai prinsip, dasar, kekuatan, arah, fondasi dan bobot. Firman Tuhan bukan hanya menopang hidup kita saja, tapi juga menopang keberadaan alam semesta. Mzm. 103 mengatakan malaikat-malaikat melaksanakan perintah Allah dengan menjalankan kehendakNya.

Kalimat berikut dalam ay. 3: setelah Dia membersihkan dosa manusia, Kristologi yang terdapat di dalam ayat-ayat ini sudah mengarah pada soteriologi, mulai berbicara tentang penyucian dosa, pemberesan hidup manusia. Tadi sudah disinggung bahwa Kristus datang bukan untuk mendirikan agama, karena agama menegakkan nilai pada satu kategori: perbuatan manusia. Do good, do right, in order to please God. Tetapi Alkitab mengajarkan kita untuk tidak mencari perkenanan Tuhan dengan dasar kelakuan, karena Allah memakai cara yang lain, yaitu cara beriman. Baca Rm. 3:23 ff. Tanpa iman, tidak ada seorang yang diperkenan, dibenarkan oleh Allah. Maka Allah melingkari semua orang yang tidak bisa dibenarkan karena perbuatannya itu dapat dibenarkan karena satu orang: Yesus yang mati bagi kita. Inilah mujizat terbesar: Allah rela datang ke dunia, Dia yang tidak seharusnya mati, yang tidak mungkin mati justru mati bagi kita. Inilah euangelion; the only good news.

Mengapa kalimat-kalimat yang terdapat di Ibr. 1:1-3 sepertinya terlepas satu dengan yang lain? Setelah menyebutkan Kristus menopang alam semesta, lalu disebutkan Dia menyucikan dosa manusia. Bukankah menopang alam semesta adalah soal kosmologi dan menyucikan dosa manusia adalah soal soteriologi, adakah relasi antara keduanya? Ada. Relasi yang tidak dimengerti oleh Deisme, karena menurut Deisme, Allah menciptakan segala sesuatu lalu membiarkannya, tetapi Ibr. 1:3 mengatakan, setelah Dia menciptakan segala sesuatu, Dia justru menopangnya. Ibr. 1:3 menggabungkan antara Penopang alam semesta dengan Pembersih dosa manusia. Artinya, Yesus bukan hanya Kalam, Firman, perintah yang menopang segala sesuatu, Dia juga adalah Tuhan yang membersihkan dosa manusia. Dengan kata lain, Allah memakai Kristus, AnakNya yang tunggal sebagai Pencipta, Pewahyu sekaligus Penebus, tiga pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri. Jika Dia bukan Allah, tak mungkin Dia mencipta. Jika Dia bukan Allah, tak mungkin Dia mewahyukan kebenaran. Jika Dia bukan Allah, tak mungkin Dia membereskan dosa manusia. Puji Tuhan!

Saat Yohanes pembaptis muncul, dia menyimpulkan seluruh berita P.L. ke dalam satu kalimat: Behold the Lamb of God who takes away the sins of the world. Kalimat yang tidak pernah ada di dalam agama atau filsafat manapun. Paul Tillich menyebut Martin Luther sebagai one of the greatest reductionist in the history, tapi bagi saya, reductionist nomor satu adalah Yohanes pembaptis yang menyimpulkan seluruh P.L. dalam satu kalimat: orang yang mengangkut dosa manusia bukanlah nabi, imam atau raja, melainkan Dia yang datang setelah aku tapi sebenarnya sudah ada sebelum aku, bahkan untuk membuka tali kasutnyapun aku tidak layak. Suatu paradox understanding dimana Kristus adalah 100% Allah dan Kristus adalah juga 100% manusia. Behold. Lihatlah, the Lamb of God who takes away the sins of the world adalah kalimat yang terpendek di dalam sejarah tapi sanggup mengajak seluruh umat manusia untuk mengarahkan perhatiannya kepada satu oknum. Siapakah Dia? Yesus Kristus. Di dalam taman Eden, Tuhan sudah menyatakan prinsip itu tanpa kalimat: tanggalkan daun yang kau kenakan, Adam, Aku membuatkan pakaian kulit untuk membereskan dosa yang mempermalukan kamu. Dari manakah kulit itu diperoleh? Dari binatang yang dibunuh dan dikuliti. Adam berdosa, tetapi binatanglah yang mati agar kulitnya dapat dipakai untuk menutupi dosanya. Jadi, yang mempersiapkan jalan keluar dari dosa bukanlah manusia tetapi Tuhan. Domba dipakai oleh Tuhan untuk melambangkan AnakNva yang tunggal, yang akan datang ke dunia.

Peristiwa lain adalah waktu Abrabam hendak membunuh Ishak untuk dipersembahkan kepada Allah, terdengarlah suara malaikat berkata, “Stop!” Dan ternyata sudah ada domba yang disediakan untuk menggantikan Ishak. Di dalam P.L., penebusan dosa masih merupakan wahyu yang samar-samar, sampai hari Yohanes pembaptis yang mengenakan pakaian dari kulit unta itu meneriakkan: “Lihatlah, Anak domba Allah. Yesus Kristus yang akan mati di atas kayu salib, Dialah yang akan membereskan dosa manusia,” barulah wahyu itu menjadi jelas. Seorang pelukis Jerman melukiskan: Kristus yang dipakukan di tengah-tengah penyamun, kepalaNya yang bermahkota duri tertunduk ke bawah, sekujur tubuhNya penuh dengan luka-luka cemeti dan darah. Di sisiNya terdapat seorang yang mengenakan pakaian dari bulu unta, satu tangannya memegang gulungan kitab, satu tangannya menunjuk kepada Yesus yang tersalib. Siapakah dia? Yohanes pembaptis. Bukankah menurut Kitab Suci, ketika Yesus disalibkan Yohanes pembaptis sudah mati? Memang. Tapi pelukis itu tidak menggunakan setting sejarah melainkan setting supra sejarah. Waktu Kristus disalib, Yohanes pembaptis berdasarkan catatan Alkitab menunjuk kepada Yesus sambil berkata, domba Allah yang mengangkut dosa manusia.

Permisi tanya, pada waktu Yesus mati di atas kayu salib, apakah kita sudah lahir? Belum, tapi mengapa tertulis di sini setelah menghapus dosa manusia. Jadi dosa siapa yang Dia hapuskan? Apakah dosa orang-orang yang hidup sebelum Dia? Lalu bagaimana dengan dosa orang-orang yang lahir kemudian? Perhatikan: Status Kristus sebagai Penghapus dosa perlu digenapkan di dalam satu peristiwa sejarah, setelah itu baru ada kepastian pengampunan dosa bagi orang-orang yang ada di sepanjang sejarah. Seperti kataNya di atas kayu salib, “Tetelestai.” Aku sudah menkongkritkan rencana Allah untuk menebus dosa manusia.

Baca Ibr. 9:14-15, Yesus menyelesaikan tugas menghapus dosa dengan khasiat yang berlaku kekal. Perhatikan beberapa keunikan yang tidak terdapat di tempat lain di seluruh Kitab Suci:

  1. Hanya satu kali ini Roh Kudus disebut sebagai Roh yang kekal. Yesus mempersembahkan diri melalui Roh Kudus, itu berarti persembahanNya berlaku kekal.
  2. Dosa yang dilakukan di masa P.L. bisa ditebus oleh kuasa Kristus di P.B., dengan kata lain, meskipun P.B. dimulai dari hari di mana Yesus mati bagi kita, tapi Dia juga sanggup menebus dosa orang-orang di P.L. Mungkin engkau bertanya, bukankah ini sama dengan ajaran Mormonisme dimana kalau kau percaya Kristus, maka semua nenek moyangmu juga ikut dibaptiskan dan boleh masuk sorga? Tidak. Alkitab mengajarkan, Yesus datang menggenapkan keselamatan yang dinanti-nantikan oleh kaum pilihan di P.L., yaitu mereka yang menantikan keselamatan, tapi sampai mereka mati mereka belum sempat menerimanya, karena hari itu memang belum tiba. Baca Ibr. 11:13. Dia mempersembahkan diri sebagai korban yang kekal melalui Roh yang kekal kepada Allah. Maka Dia sanggup menebus dosa orang-orang yang hidup di dalam P.L. maupun di P.B.

Setelah Dia selesai menghapus dosa manusia, maka Dia duduk di sebelah kanan Allah. Sebelah kanan mempunyai tiga arti:

  1. Tempat bagi sang pemenang.
  2. Tempat bagi orang yang diperkenan oleh raja.
  3. Tempat penguasa.

Setelah seseorang menang, dia akan mendapatkan kuasa untuk menguasai segala sesuatu. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, [kabarkanlah Injil ke seluruh bumi,] jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Inilah Kristologi yang kita percaya.

(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.mriila.org/pustaka/eksposisi-ibrani/kristus-pencipta-pewahyu-penebus/