Pada Allah, tidak ada yang lebih tinggi, lebih hormat dari diriNya, karena Dialah yang tertinggi. Sementara manusia, selama dia masih menginginkan sesuatu yang lebih tinggi, dia merasa hidupnya berarti: seorang anak kecil bertanya pada papanya, kapan papa mengajakku ke taman Mini? Tapi setelah dia besar, dia ingin pergi ke Paris, karena manusia selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik, selalu mcngarahkan pengharapannya pada sesuatu yang lebih indah, lebih sempuma, lebih tinggi, lebih bernilai.

Itu lumrah adanya. Namun sering kali, keinginan manusia berlawanan dengan keadaan fisiknya: ketika dia masih anak-anak, wajahnya mulus tapi pakaiannya kusut, karena dia tidak punya uang membeli pakaian yang bagus, saat dia sudah mampu mengenakan pakaian perlente, wajahnya sudah keriput, tubuhnya sudah rapuh. Kita selalu ingin hidup lebih baik, lebih hormat, lebih mulia, lebih nikmat.,.., tapi Allah, tak ada yang lebih tinggi dariNya, Dialah yang tertinggi. Kadang, orang yang berada di posisi paling tinggi sulit kita pahami. Saat Musa menjadi pemimpin Israel, mertuanya menyarankan dia mengatur cara kerjanya: mengangkat pemimpin atas 10 orang, pemimpin atas 50 orang, pemimpin atas 100 orang, pemimpin atas 1000 orang. Setelah Musa mendapat inspirasi itu dari Jetro, imam kafir itu, diapun mengatur kerjanya: kalau seorang menemui masalah, dia membawanya pada pemimpin 10 orang. Kalau si pemimpin tak bisa menyeiesaikan, dia harus membawanya pada pemimpin 50 orang, pemimpin 100 orang, pemimpin 1000 orang, sampai semuanya gagal menyelesaikan perkaranya, barulah dibawa pada Musa.

Saat bangsa Israel susah, mereka datang kepada Musa, saat Musa susah, dia datang kepada siapa? Allah. Kalau Allah susah, Dia datang kepada siapa? Tidak ada, bukan? Karena Dialah yang tertinggi. Jadi, siapa itu pemimpin? Gang buntu. Banyak orang merindukan, memimpikan, memperebutkan posisi sebagai pemimpin, tanpa pernah memikirkan: dia harus menjadi gang buntu; menampung semua sampah; masalah. Allah, tidak ada yang lebih tinggi, lebih hormat dariNya, tapi Dia mau mengasihi. Siapa yang Dia kasihi? Orang yang lebih rendah, yang kurang hormat, kurang mulia. Mana mungkin kau mencintai orang yang cacat, yang jelek, yang sakit..? Karena semua manusia ingin bergaul dengan yang lebih mulia, lebih hormat, lebih cantik. Tapi Allah, dari kekal sampai kekal hanya mencintai manusia yang lebih rendah. lebih remeh, yang berdosa, yang najis. Saya sendiri tak habis mengerti, mengapa Allah mencintai orang berdosa yang hina dengan begitu konsisten.

Jonathan Edward, seorang teolog mengatakan: give the greatest love to the greatest one, and give the lesser love to the lesser one. . Mengapa kita harus mengasihi Allah lebih dari mengasihi manusia? Karena Allah lebih besar dari manusia. Mengapa kita harus mengasihi manusia lebih dari mengasihi benda? Karena manusia lebih besar dari benda. Seorang isteri mengeluh: saya merusakkan barang suami saya, dia marah begitu rupa; dia lebih mencintai barangnya dari mencintaiku. Kita memang sering, mencintai orang lebih dari mencintai Allah, mencintai perkataan manusia lebih dari mencintai Firman Tuhan — klasifikasi kita dalam hal mengasihi selalu kacau. Kata Jonathan Edward, kita harus mengasihi yang suci, yang lebih tinggi dengan kasih yang lebih besar. Tapi 60 tahun silam, seorang yang bernama Peter Peng, di Tiongkok, menulis buku mengeritik Jonathan Edward: kalau teori Jonathan benar, mengapa Allah mengasihi orang berdosa yang begitu remeh? Memang, tokoh-tokoh yang pikirannya tajam selalu menstimulir kita memikirkan kebenaran dengan lebih utuh. Saya senang akan rangsangan pemikiran yang membuat kita transform through Reformed; transformasi lewat reformasi, membuat kita lebih dekat dengan kebenaran Tuhan yang asli.

Tuhan tak punya sasaran yang lebih tinggi, lebih mulia dariNya, Dialah yang tertinggi, Dialah dirinya kebenaran, keindahan, kesucian, keadilan, kebajikan, saya menyebutNya sebagai subyektifitas kebenaran yang berpribadi; the eternal subjectivity of the truth in person, Dia mengasihi, karena Dia adalah kasih. Siapa yang Dia kasihi? Manusia berdosa, yang tak layak menerima kasihNya. Kalau kita disuruh mengasihi yang hina yang jelek, yang kurang ajar, yang melawan, yang najis…sulit luar biasa, bukan? tapi Allah selama-lamanya mengasihi orang yang lebih rendah dariNya dengan kasih yang selalu segar, yang tak berubah, yang abadi secara konsisten.

Tuhan mengatakan: anugerah yang lebih akan diberikan pada orang yang rcndah hati. Istilah. lebih disini bersifat transendental, karena Allah kita transenden melampaui waktu dan kurunnya, tempat dan kurunnya. Karena kurun waktu dan kurun tempat adalah ciptaanNya. Orang yang mengerti bahwa Allah yang transenden mau mencintai manusia yang najis, yang berdosa barulah bisa mengerti apa itu rendah hati. Karena rendah hati bukanlah tampang luar, bukan juga adat istiadat seperti bangsa Jepang misalnya. Seorang yang bertampang rendah hati bisa saja hatinya sombong luar biasa, orang yang mengikuti adat, terlihat begitu rendah hati, mungkin hatinya congkak luar biasa. Rendah hati bukan menyetujui semua perkara, selalu mengatakan yes pada orang. Pribahasa Tionghoa mengatakan li duo bi zha; semakin banyak tata krama semakin banyak kepalsuan, semakin banyak belajar memperlakukan orang dengan ramah semakin tidak bersungguh-sungguh. Lao Tze menuliskan di dalam dao de jing: zhi hui chu you da wei; semakin terpelajar semakin pintar berpura-pura. Kita senang melihat seorang anak kecil yang begilu polos, jujur, tapi kalau seorang yang sudah bcrusia 50 tahun tetap sepolos anak kecil tentu tidak beres, bukan? Kepolosan tidak mengikutimu sampai kau sudah berpendidikan tinggi, sudah punya banyak pengalaman, tapi Alkitab menuntutmu punya hati yang murni. Kata Yesus: jika kau tidak berbalik seperti anak-anak, kau tidak akan masuk ke Kerajaan Allah. Karena yang ada di dalam Kerajaan Allah adalah orang yang seperti itu. Bagaimana caranya kita belajar rendah hati? Tahu Allah yang tertinggi rela mengasihi manusia yang begitu remeh dengan konsisten.

Ulang: rendah hati bukanlah sejenis tata krama, adat istiadat atau kebiasaan. 30 tahun silam, kali pertama saya berkhotbah di Taiwan, waktu kami masuk ke restoran, ada beberapa orang menyambut di pintu, saat kami keluar, mereka selalu mengatakan; xie xie guang lin, huan ying zai lai; terima kasih atas kedatangannya, kami menantikan kunjungan berikut. Namun saya perhatikan, nada penyambut di semua restoran sama; seperti robot, membuat orang muak mendengarnya.

Berbeda dengan orang Indonesia, saat mengatakan: terima kasih, silahkan datang lagi, baik di pesawat atau di restoran, selalu begitu sungguh-sungguh; alami. Tuhan berkata, hendaklah kau rendah hati. Yang mengatakan statement itu adalah Tuhan yang paling rendah hati, maka Dia berhak menuntut kita rendah hati. Kalau Dia tidak rendah hati, mana mungkin Dia mau terus menerus mencintai orang yang lebih rendah dariNya, mau turun ke dunia, lahir di palungan, mau mengaku pemungut cukai; orang berdosa sebagai kawanNya, mau dicambuk, disalibkan tanpa mengatakan sesuatu yang bersifat menghakimi? Dia rendah hati, dan Dia berjanji akan mcmberi anugerah yang lebih pada orang yang rendah hati. Kalimat inilah yang selalu mengingatkan saya: sudahkah saya rendah hati? Sudah sekian bulan, kami tak mendapatkan penerobosan untuk desain tempat parkir, meski arsitek yang sangat pintar, kompeni yang paling besar membantu tetap tak menemukan jalan keluarnya. Tapi tiga hari yang lalu, saya bangun pagi, merasa perlu mengubah salah satu sudutnya, kami mencobanya selama dua hari, dan berhasil mendapatkan tambahan 80 sampai 90 tempat untuk parkir mobil ~ suatu anugerah, bukan?

Kepolosan tidak mengikutimu sampai kau sudah berpendidikan tinggi, sudah punya banyak pengalaman, tapi Alkitab menuntutmu punya hati yang murni. Kata Ycsus: jika kau tidak berbalik seperti anak-anak, kau tidak akan masuk ke Kerajaan Allah. Karena yang ada di dalam Kerajaan Allah adalah orang yang seperti itu. Bagaimana caranya kita belajar rendah hati? Tahu Allah yang tertinggi rela mengasihi manusia yang begitu remeh dengan konsisten. Coba perhatikan: anak kecil yang pintar bicara, menyanyi, langsung menonjol, seumur hidupnya begitu begitu saja. Tapi orang yang selalu takut dirinya tidak bisa, bila diserahi pekerajaan selalu dia lakukan dengan baik. Apa sebabnya?

Karena dia tidak menganggap dirinya pintar, mampu, dia memberi peluang buat Tuhan do something in my life, do something to correct me, to make me progress. Pengukir yang terbaik akan membuang bagian-bagian yang tak perlu, seperti alroji skeleton, arloji yang tehniknya tinggi, yang tertipis. Arloji emas, semakin berat semakin mahal harganya. Tapi arloji skeleton, mengikis semua bagian yang tidak perlu (meskipun itu adalah emas), sisa dahan yang kecil, yang diukir bunga di atasnya, kecil tapi kuat, daya tahannya, tehniknya, seninya terpancar dari sana. Jadi, orang yang masih utuh, meski dia adalah emas, tak terlalu bernilai. Tapi orang yang sudah ditempa, sebagian besar dari dirinya sudah dibuang, di mata Allah; Seniman tertinggi yang menempanya: dia bernilai.

Pada umumnya, kita ingin menjadi pemimpin, tapi pemimpin yang ada di tangan Tuhan perlu ditempa begitu rupa. Saat Musa berumur 40 tahun, dia merasa: I can do great thing for my nation, I can be the leader for Israel. karena dia sudah mempelajari segala pengetahuan di Mesir, lalu dia membunuh orang Mesir. Musa memang adalah seorang yang ngetop, di negara yang ngetop arsitekturnya: piramida…, sepertinya dia cocok menjadi pemimpin Israel. Karena di kalangan orang Israel tidak ada orang yang lebih pintar, lebih berkedudukan tinggi darinya, dia adalah anak dari puteri Firaun. Tapi dia tidak mau tinggal di istana, tidak mau disebut anak puteri Firaun, dia mau menderita sengsara bersama orang Israel, bukankah itu wujud dari kerendahan hatinya? Bagi manusia, dia rendah hati, tapi bagi Allah, dia belum ditempa, sebab itu, dia ingin dipakai Tuhan, tapi Tuhan tidak mau memakainya. Adakalanya, Tuhan sepertinya berlaku begitu kejam, tega membuang emas. Mengapa? Karena Tuhan ingin menjadikannya benda seni, bukan sekedar metal yang mahal harganya, maka Dia mengukirnya, meski kelihatannya kecil tapi cocok dengan desainNya, konsepNya, nilaiNya. Musa terus menerus ditempa, sampai dia berusia 80 tahun, barulah Tuhan berkata: Musa, temuilah Firaun, beritahukan padanya, let My people go, let them go to the wilderness and worship their God there. Apa jawab Musa? “jangan utus aku, aku tidak berfasih lidah ” Apakah Musa punya kemampuan berpidato? Punya. Dari mana kita tahu hal itu? Kis. 7 —firman Tuhan. Roh Kudus mengatakan, Musa pandai bicara, mengapa Musa mengatakan aku tidak berfasih lidah? Menurut saya, ada dua penyebab:

  1. Setelah 40 tahun dia hanya berbicara pada kambing, domba, maka pikirnya, mana mungkin aku bisa berkata-kata pada Firaun?
  2. Dia sudah betul-betul menyadari dirinya tidak sanggup dan tidak layak melayani Tuhan. Ada banyak orang ingin cepat menyampaikan firman Tuhan, khotbahnya ngawur. Pendeta yang baik, banyak berpikir sedikit berbicara, orang yang berpikir secara mendalam dan mengutarakannya dengan sederhana. Pendeta yang tidak baik, sedikit berpikir tapi banyak bicara, pikirannya dangkal tapi menggunakan istilah yang sulit, guna memamerkan dirinya orang akademis. Khotbah Yesus lebih hebat tapi lebih gampang diterima ketimbang khotbah Paulus, karena Dialah Allah, Dia tahu menggunakan istilah yang paling sederhana, membuat orang mudah mengerti, kelihatannya tidak akademis, tapi bijaksanaNya dipelajari oleh orang-orang akademis sampai dunia kiamatpun belum tuntas.

Mengapa Musa mengatakan, aku tidak fasih? karena dia mengerti apa itu rendah hati. Jadilah rendah hati, Tuhan akan memberikan anugerah yang lebih kepadamu. Selama 4 dekade, saya sudah mendidik lebih dari 1500 orang mahasiswa teologi, saya menemukan, orang yang saat studi kelihatannya tidak punya kelebihan apa-apa justru menjadi hamba Tuhan yang baik, tapi yang kelihatan hebat malah tidak karuan. Seorang mahasiswa teologi yang menulis tesis tentang salib Kristus, pandai berkhotbah, mendekam 20 tahun di penjara. Tapi Pdt. Liem Kok Han, dulu dianggap tidak punya kelebihan apa-apa, tapi saya tahu dia akan dipakai Tuhan.

Karena dia cinta jiwa, dia punya kesungguhan untuk menginjili, maka membentuk persekutuan di penjara, mendirikan pos PI di kota Lama, di Malang, daerah miskin yang tidak dilirik orang lain. Dengan begitu, Tuhan memberkati dia. Sekarang Kok Han bukan orang muda lagi, tapi dia masih mau belajar, mau mendengar nasehat. Seorang lagi adalah: Hendra Wijaya, waktu dia masih studi, orang tidak memandang dia, tapi saya lihat, dia jujur, sungguh-sungguh. 5 tahun kemudian, dia berani membahas buku yang paling sulit dengan orang. Suatu kali, karena dia merasa tidak senang, langsung mau pulang. Saya marah sekali, dia seharusnya tidak diluluskan, sebab dia tidak taat, tidak mau berjuang. Kamipun berunding dan memutuskan untuk memberinya kesempatan lagi, dia dikirim lagi ke Taiwan, Zhong guo, tempat-tempat yang paling sulit, dimana dia belajar bersabar. Sekarang dia menjadi berkat di Berlin dan di Hamburg.

Jadi, yang penting bukan berlari dengan cepat, melainkan berlari dengan tekun sampai akhir. Tuhan menginginkan kita rendah hati, karena orang yang rendah hati akan diberi anugerah yang lebih. Kalau kau congkak, angkuh, merasa diri hebat banyak pintu yang ada di depanmu tertutup. Tapi kalau kau mau rendah hati, ditempa oleh Tuhan ada banyak pintu yang terbuka lebar di depanmu. Jadi, barangsiapa menganggap diri hebat; Tuhan membutuhkan dia, akan disaring dari Kerajaan Tuhan. Barangsiapa sungguh-sungguh jujur, rendah hati, bersandar pada Tuhan, akan Dia berkati. Hari ini, kita belum membahas tentang beberapa perintah Allah yang hanya ada di surat Yakobus, seperti menantang iblis, dekat dengan Allah, membersihkan kenajisan yang ada di tanganmu, di hatimu, organic relationship antara rendah hati dan diberkati Tuhan, semua itu baru akan kita bahas di akhirnya Mei. Kiranya Tuhan memimpin, memberkati kita.

(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah —EL)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://foodforsouls.blogspot.com/2005/04/apa-itu-rendah-hati.html dan Versi Mp3 di https://www.youtube.com/watch?v=UNhzkTwzZmQ.