Nats : Yakobus 4:1-5

Setelah Yakobus mengakhiri pasal 3, dia mengawali pasal 4 dengan: pertengkaran, perselisihan, peperangan, perjuangan yang tak bernilai. Bijaksana sorgawi menuntut kita murni, ramah, damai, membuahkan kebajikan, benih yang bisa ditanam guna mendamaikan orang. Jadi, hidup harmonis dengan siapapun, saling menghargai adalah bijaksana yang sejati. tapi lawan dari bijaksana yang sejati adalah berperang, berselisih, bertengkar untuk hal yang tak berarti. Waktu kecil, setelah saya berkelahi dengan kakak, mama memanggil kami berdua, katanya: “berapa kali kau memukul dia?” “tak tahu persis, ma, kurang lebih 50 kali” “lain kali, sebelum kamu berkelahi, buatlah dulu kesepakatan, mau memukul berapa kali” “mana ada orang berkelahi seperti itu?” “agar kamu tidak saling melukai, buatlah sepakat dulu, lalu masing-masing memukul diri sendiri seturut angka yang sudah disepakati tadi” “apa maksudnya?” “sebenarnya sama bukan, tadi, kalian sudah sepakat akan memukul sekian kali, sekarang kau memukul diri sendiri sekian kali, bedanya: saat kau memukul orang, kekuatan yang kau gunakan untuk memukul semakin bertambah dan bertambah, karena kau memukulnya dengan rasa kesal, tapi kalau kau memukul diri sendiri, kekuatan yang kau gunakan justru semakin berkurang dan berkurang, karena kau memukulnya dengan rasa sayang”. Setelah saya pikir dan pikirkan kata-katanya, saya merasa apa yang dia katakan betul.

Apa yang dunia perlukan, perang? Bukan! Andai saja manusia tidak berperang, dana untuk membeli senjata itu bisa dialihkan untuk mengentaskan orang miskin atau dana penginjilan selama 1.300 tahun. Lalu mengapa selama ini, dana sebesar itu dialokasikan untuk membeli senjata perang, bahkan perang yang tidak terjadi? Karena masih ada dendam di dalam diri manusia. dendam yang ada di dunia politik, di dalam tradisi, di masyarakat juga di gereja; di antara sesama orang Kristen. itu artinya kita telah memboroskan sebagian besar energi, bakat pikiran kita untuk hal-hal yang tak berarti.

Tuhan di sorga melihat, manusia bukan membenci setan, membenci dosa, malah membenci sesamanya. Mengapa manusia tidak memerangi hal yang tak benar malah meladeni iri hati….? karena arahnya salah. Mengapa bisa salah arah? Karena nafsu kedagingannya. Saat nafsu kedagingan dibuahi, dia akan melahirkan dosa, dosa akan bertumbuh dan melahirkan maut. Perhatikan : ketiga perkara ini: your lust, your desire, your ambition. yang penuh dengan ambisi ego bakal menyeretmu membelakangi Allah; berbalik arah dari Allah. Ingat: arah itu penting, karena arah sangat dominan. Dominan di dalam hal apa? Mengatur tindak tanduk seorang. Kalau seorang duduk di dalam mobil yang bagus, tangki bahan bakarnya sudah dia isi penuh, dia punya sopir yang mahir mengendarai mobil, dia ingin pergi ke satu kota, sayang, arahnya salah, maka semakin banyak bahan bakar yang dia habiskan semakin jauh dari kota tujuannya, bukan? Arah memang tak nampak, yang nampak adalah mobil, arah tak perlu dibeli dengan uang, maka dianggap tidak bernilai, sementara bahan bakar, harus dibeli dengan uang, maka dianggap bernilai. Itulah manusia, menilai segalanya dengan uang. Orang pintar mampu melihat hal yang tidak nampak, tapi menentukan, mempengaruhi yang nampak. Kalau arahmu bukan menghadap Tuhan tapi menghadap diri, kau berdosa. Karena egocentric direction is the cause and the foundation of sin saat orang melayani nafsu, dia akan menjadikan diri sebagai Allah, menjadikan sesama sebagai musuh. Padahal kita tak perlu memusuhi siapapun, kita perlu mencintai, menghargai, mengerti semua orang yang dicipta seturut peta teladan Allah. Masalahnya. semua kita ingin dimengerti tapi tidak mau mengerti orang, ingin dihargai tapi tidak mau menghargai orang, tidak suka dikontrol tapi suka mengontrol orang. Bahkan seorang anak yang berusia dua tahun sudah suka mengatur orang.

Mengapa kita selalu mementingkan diri ketimbang mementingkan orang? Karena nafsu diri: I want this, this is my desire, this is my will, no one can interupt me, maka saat kemauan dirinya tidak terpenuhi, dia akan merampas. Yak. 3 bagian akhir, baru saja membahas soal bijaksana sorgawi, yang diawali dengan murni, damai, ramah, tidak memihak… itulah rahasia kita bisa hidup harmonis dengan orang. Masyarakat membutuhkan harmonis bukan homogeneous (mementingkan orang yang satu golongan denganku}: orang Batak hanya mau berkumpul dengan orang Batak, orang Tionghoa tidak menghargai orang lain, kecuali bangsanya sendiri. Itulah pangkal ketidak-harmonisan di masyarakat. Di sejarah Tiongkok terdapat empat orang wanita yang dianggap cantik (menurut skala mereka): Chao San, Wong Zhao Jun, Yang Gui Fei. Xi Shi. Yang Gui Fe lah yang dianggap paling cantik, tapi akhirnya, dia malah dipandang sebagai pembawa malapetaka bagi negara. Karena setelah dia dijadikan selir oleh raja, dia berani minta pada raja untuk memakai kerabatnya, familinya…. menduduki posisi ini dan itu, rajapun selalu meluluskan permintaannya, bahkan raja tidak lagi melakukan tugasnya, setiap hari berada di kamar wanita itu. Semua menteripun bermufakat: satu-satunya jalan yang harus mereka tempuh adalah: mengenyahkan wanita itu. Mereka-pun memaksa dia bunuh diri. Bai Ju Yi, menuliskan satu syair, menggambarkan kebencian yang ada di dalam diri raja, yang kekasihnya dipaksa bunuh diri. Kalimat terakhir dari syairnya: langit bumi bakal terus menerus berada, tapi benci yang ada di dalam diri raja tak akan berakhir sampai kekal. Apa sebabnya? Diri. Saat seorang begitu mengutamakan diri, semuanya akan jadi berantakan. Mari kita belajar, not for me, not for you but for the Lord; khususnya di dalam perkara yang sangat penting, utamakanlah Tuhan.

Pertengkaran terjadi, keuntunganku, profitku diganggu. Inilah satu dalil yang begitu sederhana tapi nyata di dalam hidup manusia. Kata Yakobus, dari manakah datangnya pertengkaran, perselisihan, peperangan, sengketa di antara kamu? Ayat 1-2, ada orang berpikir, kalau begitu, aku boleh menginginkan apa saja asal aku berdoa. Pemikiran seperti itu membuat banyak orang berdoa dengan ngotot, bukan untuk mencari kerajaan Tuhan, melainkan keuntungan diri. Coba renungkan: dolam doamu yang paling ngotot itu, apa yang kau minta? Minggu lalu kita sudah membahas: what you pray is the indication and manifestation of your spitrituality. Maksudnya, kau perlu mengubah permintaanmu.

Mengapa ada Pendeta yang disebut-sebut berbagian dalam mengorbitkan teologi sukses? Karena mereka telah menanamkan pengajaran yang salah pada pendengarnya. Kalau kau bergabung di gereja yang salah teologinya, kau turut berbagian di dalam dosanya. Pernahkah kau mendengar orang mengajarkan: berilah satu juta rupiah, nanti Tuhan nnengembalikan sembilan juta padamu? Itu adalah ajaran setan, bukan ajaran Alkitab. Alkitab mengajarkan: kalau Tuhan memberimu sepuluh juta rupiah, ingat yang satu juta rupiah adalah milik Tuhan yang harus kau kembalikan padaNya. Jangan memakai persembahan untuk memancing berkat Allah, karena dengan berbuat begitu, nafsunya yang tak pernah puas terangsang untuk memaksa Tuhan memberikan apa yang dia minta,

Orang yang mengajarkan hal itu mengobral firman Tuhan untuk menyukakan pendengar, meraup persembahan yang besar jumlahnya, membuat iman orang berantakan. Reformed tak boleh melakukan hal seperti itu, semua kalimat firman Tuhan harus diteliti, dimengerti dengan tuntas dan diajarkan secara akurat, agar orang Kristen yang hidup di dunia fana ini mengerti prinsip yang baka. Mengapa kau begitu getol meminta materi, tapi sama sekali tak berminat menuntut hal-hal rohani? Statemen “kamu tidak mendapatkan, karena kamu tidak berdoa” ini mengandung bahaya, membuat orang berpikir, kalau saya berdoa, saya pasti mendapatkannya. Orang juga suka sekali pada statemen Yesus Kristus yang satu ini “berdoalah pada Allah Bapa demi namaKu, apapun yang kau minta akan diberikan”, karena itu adalah janji Tuhan. Permisi tanya, mengapa doa kita diakhiri dengan “dalam nama Yesus”? Karena kau tidak boleh menyebut nama Allah dengan sia-sia. Saat kau berani mengucapkan sesuatu di dalam nama Yesus, artinya kau bertanggungjawab, di dalam-Nya, kau sudah menguduskan nama Allah, kau benar-benar menghargai kehendakNya. sebagaimana saat kau mengambil uang di bank, kau perlu membubuhkan tanda tangan, karena namamu adalah jaminan bahwa kau berhak mengambil uangmu. Begitu juga doa yang dinaikkan demi nama Yesus, suatu jaminan bahwa di dalam Yesus, Allah akan memberikannya padamu. Tapi kalau kau mempermainkan nama Yesus, kau merusak diri sendiri. Maka ketika saya membaca ayat ini dari bagian belakang, bukan dari bagian depan, barulah saya memahami: kamu tidak mendapatkan, karena kamu tidak minta. Kalaupun kamu minta, kamu tetap tidak mendapatkan. Sebab setelah kamu mendapatkan, kamu menghambur-hambur-kan anugerah Tuhan di pesta pora. Mengapa kamu menghambur-hamburkan anugerahNya? Karena kamu bersahabat dengan dunia. Perhatikan: barangsiapa bersahabat dengan dunia, dia menjadikan dirinya musuh Allah (ay. 4b). Inilah yang membuat kita mengertinya secara tuntas, teguran yang begitu tegas dan keras ditujukan pada orang Kristen, kau hanya punya dua pilihan: memihak Allah atau memihak dunia.

Seorang guru sekolah minggu bertanya pada murid-muridnya “kamu ingin menjadi Lazarus atau orang kaya?” “Lazarus!” “jadi, kamu mau menjadi orang miskin?” “tidak” Dia menegaskan lagi “siapa yang mau menjadi orang kaya?” ada seorang anak yang mengangkat tangan dua kali, Dia memanggil anak itu dan bertanya padanya, “sebenarnya, kau ingin jadi Lazarus atau jadi orang kaya?” “dua-duanya” “apa maksudmu?” “waktu hidup, aku ingin jadi orang kaya, tapi waktu mati, aku ingin jadi Lazarus”. Itulah keinginan banyak orang, mau hidup sekehendak hati, tapi setelah mati bisa masuk sorga. Coba perhatikan ayat ini: are you the friend by the secular world or the friend of God? Bukan maksud saya mengatakan, kau tidak boleh kaya. Masalahnya, dari mana datangnya kekayaanmu? Memeras, mencuri, menipu, menindas, melanggar hukum,,, * kalau kekayaanmu berasal dari Tuhan, bersyukurlah padaNya, yang mampu memberi kekayaan pada orang jujur, memberi kesempatan pada orang yang hidupnya susah. Minggu lalu kita sudah membahas, kita tidak memihak kelompok manapun, kecuali berdiri di pihak Tuhan. Seperti apa yang dikatakan oleh Abraham Lincoln: kita menang, bukan karena Tuhan berdiri di pihak kita, kitalah yang berdiri di pihakNya. GRII; orang Krisien harus belajar mengatakan: I will stand at the side of God and I claim war with sin, evil, satan, darkness, because I belong to Him. Berdiri di pihak Tuhan dulu baru berdoa, jangan berdoa sebelum kau jelas di pihak mana kau berdiri. Kalau kau berdiri di pihak Tuhan, tentu kau rindu untuk mengerti isi hatiNya, menaikkan doa yang sejalan dengan kehendakNya.

Sinkronisasi antara kehendakmu dan kehendak Tuhan, rencanamu dan rencana Tuhan, itulah yang membuat kerohanianmu mulai beres. Seorang suami ingin isterinya mengerti isi hatinya. Masalahnya, setiap orang ingin dimengerti orang, tapi tidak mau mengerti orang. Anda tak perlu mengerti saya, saya juga sulit mengerti kamu, tapi saat kita sama-sama belajar mengerti Tuhan, dengan sendirinya kau dan saya bisa saling mengerti. Inilah rahasia dari teori Monadologynya Leibnitz, monad yang satu sulit bergaul dengan monad yang lain, tapi karena tiap-tiap monad bergaul dengan sang induk, induknya juga bergaul dengan mereka, akhirnya semua monad bisa menjalin komunikasi. Begitu juga hubungan kita dengan Tuhan: waktu hubunganku dengan Tuhan sinkron, hubunganmu dengan Tuhan juga sinkron, kita bisa sinkron.

Dari manakah datangnya sengketa. pertengkaran di antara kamu?…. ayat 1-3, ada kalanya kita minta kaya, uang… sesudah kita mendapatkannya. kita malah memakainya untuk berdosa. Ada orang yang tidak terlalu kaya, tapi hidupnya penuh dengan sukacita, puas, damai. Orang yang memuaskan anak-anaknya dengan kekayaan, tidak dididik dengan prinsip-prinsip yang penting, bakal mendatangkan malapetaka besar padanya. Kamu minta, hanya untuk kamu hambur-hamburkan, memuaskan hawa nafsumu, keinginanmu yang tidak beres, akhirnya menghancurkan dirimu. Kalau kita menyelidiki, apa yang terjadi dengan generasi ketiga dari orang kaya yang tidak jujur, kita akan terkejut. karena ternyata kekayaan yang dia dapat dengan cara yang tidak beres, tidak sampai tiga generasi, keluarganya akan hancur. Menurut catatan, waktu kapal Titanic tenggelam, seorang yang bernama Booth berhasil naik ke sekoci, dengan menyamar sebagai seorang perempuan. Dia menetap di Amerika tapi orang menemukan, banyak dari keturunannya yang menjadi orang jahat, pemerintah federal perlu menghabiskan dana sampai puluhan juta dollar guna menangkap keturunannya yang membuat resah masyarakat, Sementara, Jonathan Edward, seorang teolog Reformed yang pernah berjabat di Universitas Princeton, pernah dikucilkan oleh gereja, hanya karena isterinya suka menggunakan barang mewah.

Sejarah membuktikan, perbuatan mereka itu bodoh, karena mereka menghalau salah seorang Pendeta yang terbesar di sejarah Amerika banyak dari keturunannya menjadi Rektor Universitas, anggota di Kongres Amerika, Pendeta, filsuf, teolog..,. Kita hidup bukan hanya untuk nafsu, untuk memuaskan diri saja. Kepada siapa kita berpihak akan sangat berpengaruh pada anak cucu keturunan kita. Kiranya Tuhan memberi kita prinsip yang baru, menjadikan rasa takut padaNya sebagai dasar kerohanian kita. Hidup bukan berakhir pada saat kita mati, anak cucu kita akan meneruskan kita. Dunia memerlukan orang yang berwatak agung, terhormat, anggun, mulia yang ditetapkan oleh satu perkara: are you a friend of God but an enemy of the world or are you a friend of the world but an enemy of God? Baca Yak. 4:1-5.

(ringkasan Khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://foodforsouls.blogspot.com/2005_04_10_archive.html, Versi Mp3 : https://www.youtube.com/watch?v=cF-3gkch7Wc