Nats : Ibrani 1:9

Terjemahan lain, karena Kau mencintai kebenaran, keadilan dan membenci segala kejahatan, itu sebabnya Allah, yaitu AllahMu akan mengurapi Engkau dengan minyak sukacita lebih daripada urapan yang diberikan kepada teman-teman di sekitarMu.

Minggu lalu kita sudah membahas tentang Kerajaan Kristus itu kekal dan tongkat KerajaanNya tidak akan lenyap untuk selama-lamanya. Ayat ini dikutip dari Mazmur 45 di dalam sejarah Israel, pada saat raja dilantik, imam besar akan membacakan ayat ini sebagai restu atas dirinya, supaya kuasa pemerintahannya diberkati oleh Tuhan dan tahtanya tidak goncang. Inilah yang membedakan kerajaan Israel dengan kerajaan-kerajaan lain di daerah Palestina, pemerintah-pemerintah dunia tidak menginginkan adanya kuasa yang lebih besar dan lebih tinggi di atas pemerintahannya, tetapi Alkitab dengan jelas mengatakan kepada Israel, bukanlah demikian dengan kamu, bangsaKu, karena sebenarnya yang memerintah kamu bukanlah raja melainkan Aku, Tuhan yang menciptakanmu. Ada unsur kuasa Teokrasi di dalam pemerintahan Israel. Maka ketika raja-raja Israel dan Yehuda dilantik, upacara pelantikannya dilakukan oleh imam yang mewakili Tuhan Allah. Artinya raja menerima mandat dari Tuhan, itu sebabnya harus menjalankan kehendak Tuhan, harus memelihara umat Tuhan yang dipercayakan kepadanya, tidak boleh memerintah berdasarkan kemauannya yang tidak terkendali atau nafsunya yang tidak diikat oleh kebenaran. Selain itu raja-raja yang pernah muncul di dalam Alkitab hanya merupakan lambang dari Kristus saja. Mengapa? Karena tongkat pemerintahan mereka tidak kekal. Mereka hanya memerintah selama puluhan tahun, lalu mewariskan tahta pemerintahannya kepada anaknya karena meninggal.

Tahun lalu, seorang profesor dari program post doctorate dari Beijing yang ikut studi di Reformed Institut di Washington D.C. pada malam kesaksian beliau berkata, saya merasa ada perbedaan yang sangat besar antara pemerintahan Kristen dengan pemerintahan yang tidak bertuhan. Para raja di Barat yang dipengaruhi oleh kekristenan sadar ada Tuhan yang tertinggi sebagai Penguasa yang tidak nampak, tapi hal seperti itu tidak terdapat di dalam pemerintahan di Timur, khususnya di Tiongkok. Itu sebabnya dari zaman Qin Shi Huang, the first emperor sampai pada Mao Ze Dong, semuanya sama. Setelah mereka naik tahta, mereka membunuh dan berbuat hal-hal yang tidak adil dan sewenang-wenang. Karena mereka menganggap kuasa mereka adalah kuasa yang mutlak. Apakah kuasa manusia kekal adanya? Tidak.

Adakah kerajaan dan kuasa manusia yang kekal? Tidak ada. Satu-satunya Kerajaan yang kekal adalah Kerajaan Yesus Kristus. Alkitab mengatakan, tiap-tiap raja di Israel, sebelum naik tahta harus berjanji, tidak akan melepaskan Firman Tuhan dari kepalanya, dari lengannya, dari jubahnya, artinya baik-baik dia harus berpikir, berjalan, atau melakukan apapun seturut prinsip Firman Tuhan yang tercantum di Taurat. Setelah itu barulah dia berhak memerintah umat yang Tuhan percayakan kepadanya. Itu sebabnya orang yang duduk di atas tahta bukan menggunakan kuasa dengan sewenang-wenang melainkan menuruti prinsip-prinsip yang penting dari Firman Tuhan, barulah dia akan diberkati oleh Tuhan.

Dengan hak apakah Yesus Kristus duduk di atas tahta Allah menjadi Raja yang memerintah gereja dan seluruh alam semesta? Bukan duduk di atas tahta untuk menyembelih orang lain, membasmi musuh-musuhNya, tetapi sebaliknya, Dia pernah difitnah, diperlakukan secara tidak adil, mati menggantikan kau dan saya, bangkit dan duduk di atas tahta. Karena Dialah Domba Allah yang tersembelih, yang membeli orang-orang dari pelbagai sudut, termasuk kau dan saya dengan darahNya dan dibawa kembali kepada Allah. Hati kita mempunyai tahta. Tahta itu bukan untuk diduduki oleh Nebukadnezar, Mao Ze Dong atau siapaun tetapi Yesuslah yang harus duduk di sana. Karena Dia adalah Tuhan dan Juruselamat kita.

Ayat 9, Dia yang duduk di atas tahta, mempunyai satu sifat yang membuatNya diperkenan oleh Allah, yaitu mencintai keadilan dan membenci kefasikan. Siapakah yang duduk di atas tahta? Yesus Kristus. Dengan sifat yang bagaimanakah Dia memerintah? Tiap-tiap hari kita menyaksikan orang-orang yang duduk di atas tahta melakukan ketidakadilan, bermain seturut dengan rencana yang fasik, hanya untuk memperoleh profit dan meluputkan diri dari menderita kerugian.

Tidak demikian dengan Yesus, di ayat ini Allah memberikan kesaksian melalui Roh Kudus yang memberikan inspirasi kepada penulis di Alkitab. Engkaulah Allah, Engkau duduk di atas tahta, Engkau menyukai keadilan dan membenci kefasikan. Mari kita mendoakan mereka yang duduk di atas tahta untuk memiliki sifat seperti ini. Jika pemerintah mencintai keadilan dan membenci kejahatan, dunia akan menjadi beres.

Alkitab berkata, Lord Jesus, the Son of God mencintai keadilan dan kebenaran serta membenci kefasikan. Itu sebabnya Allah, yaitu AllahMu artinya Yesus menjalankan kebenaran, maka Allah Bapa yang mengutus Dia mengurapi Dia dengan sukacita. Dengan perkataan lain, melalui oknum yang ketiga, Allah mengkonfirmasikan kelayakan pelayananNya. Dengan begitu, Allah Tritunggal sekali lagi muncul di ayat ini. Allah Bapa mengurapi Yesus Kristus, AnakNya dengan Roh Kudus, oknum yang ketiga.

Seluruh peraturan yang kompleks dari masyarakat harus kembali meneladani apa yang dikerjakan oleh Tuhan. Kau mencintai keadilan (dalam bahasa Gerikanya adalah dikaiosune, yaitu kebenaran, keadilan), artinya Kau memperlakukan semua orang dengan kebenaran keadilan, sikap itu pula yang akan Tuhan karuniakan melalui Kristus yang mati dan bangkit kepada kita, orang-orang yang dibenarkan.

Kata Paulus di dalam surat Roma, kita dibenarkan oleh iman, arti asli dari kalimat tersebut adalah kita diberi kebenaran, keadilan melalui iman kita kepada Dia. Jadi seharusnya tidak diterjemahkan sebagai oleh melainkan melalui. Kita dibenarkan oleh Tuhan melalui iman. Maka istilah dikaiosune yang terdapat di dalam ayat ini mempunyai arti yang luar biasa dalamnya. Bila seorang pemimpin tidak mempunyai sifat ini, kepemimpinannya akan menjadi goncang.

Begitu juga kalau seorang ayah memperlakukan anaknya dengan tidak adil, keluarganya akan goncang. Karena yang anak-anak tuntut dari orang tuanya bukanlah uang, bukan seorang ayah yang tampan atau ibu yang cantik melainkan perlakuan yang adil. Dikaiosune-lah sifat dan prinsip yang Yesus pakai dalam memerintah KerajaanNya. Dia adalah Raja yang mencintai keadilan dan membenci kefasikan, maka setiap kali dosa, kenajisan, ketidakadilan datang, Kristus pasti akan menolaknya. Itu sebabnya Allah mengurapi Dia dengan minyak sorgawi yang memberikan sukacita. Apa maksudnya? Beban yang berat di dalam pelayanan perlu dibarengi dengan kerelaan dan sukacita yang luar biasa. Itulah rahasia di dalam pelayanan.

Jika seseorang sambil melayani sambil mengomel, itu berarti rohaninya tidak beres. Seorang yang melayani Tuhan seharusnya sambil melayani sambil menikmati urapan sukacita. Apakah capek? Capek. Apakah susah? Susah. Ada banyak pengalaman yang pahit, ada banyak hal yang sangat mengecewakan, tetapi kita tidak putus asa. Mengapa? Ada sesuatu yang mengimbangi. Minyak sukacita yang telah mengurapi kita. Karena ada sukacita, maka semua jerih-payah dan kelelahan akan menjadi ringan dan tidak berarti apa-apa. Jika kau berani menjadi manusia, maka kau harus berani menanggung segala kesulitan. Karena hidup memang penuh dengan kesulitan, kemungkinan disalah mengerti oleh orang lain. Jadi kita mengerjakan apapun, jangan hanya menginginkan bonus tapi tidak mau menjalankan kewajibannya, jangan hanya ingin menuai tapi tidak mau menabur. Itu tidak mungkin.

Ketika Yesus datang ke dunia, Dia tidak berkata, “Tahukah kamu, siapakah Aku? Aku adalah Anak Allah, kamu semua harus tunduk kepadaKu.” Dia datang untuk menjadi contoh. Lahir di palungan, difitnah, disalahmengerti, ditolak, diejek, akhirnya sampai dipaku di atas kayu salib. Apakah sulit? Ya. Adakah memikul salib yang berat? Ya. Adakah mengalirkan darah? Ya. Adakah Dia berkata, mana keadilan, Aku adalah AnakMu mengapa Kau mencampakanKu ke dunia? Tidak! Dia bersukacita.

Satu hal yang sangat menyentuh hati saya adalah pada waktu Yesus mengutus ketujuh puluh orang muridNya mengabarkan Injil. Waktu mereka kembali, mereka melaporkan kesuksesan misi mereka yang luar biasa. Saat itu Yesus menghadapi permasalahan yang amat sulit. Dia memberitakan Injil tidak seorangpun menerimanya, tapi murid-muridNya justru sukses. Mengapa bisa begitu? Karena Yesus memberikan ladang yang gampang kepada murid-muridNya, ladang yang sulit Dia sendiri yang mengerjakannya.

Jika demikian pantaskah murid-muridNya bersombong, merasa diri lebih hebat daripada Guru mereka? Yesus berkata, jangan bersukacita hanya karena kamu bisa menaklukan setan, bersukacitalah jika namamu tercatat di dalam buku Alhayat. Kalimat ini ditujukan kepada siapa? Murid-muridNya yang mungkin menjadi congkak, sekaligus mengingatkan mereka bahwa di antara mereka yang ikut melakukan penginjilan dan menyaksikan keberhasilan itu ada seorang yang namanya tidak tercatat di buku Alhayat.

Setelah itu Yesus menengadah ke langit dan berkata, “Oh Tuhan langit dan bumi, Aku bersyukur kepadaMu, karena kehendakMu memang demikian.” Apa maksudnya? “Tuhan, Kaulah yang mengizinkan Aku melayani dengan susah payah tapi tanpa hasil, maka hatiKu bersukacita.” Itulah kerohanian Yesus yang bisa dijadikan contoh oleh setiap pelayan Tuhan. Saat Dia tidak berhasil, Dia tidak merasa iri, tidak marah, tapi menerimanya sebagai rencana Allah BapaNya.

Ada banyak orang Kristen hanya tahu memuji Tuhan di saat kaya, memperoleh profit, tapi waktu kawanmu mendapat banyak order dan perusahaanmu terus merosot, bisakah kau memuji Tuhan? Kembalilah kepada teladan yang diberikan oleh Yesus Kristus.

Minyak sukacita diberikan menjadi urapan bagi pelayanan, tapi jika pelayananmu tidak disertai sukacita, itu akan menjadi berat sekali. Seorang pendeta di Amerika, baru membeli mobil baru, tiga bulan kemudian mobilnya rusak. Mengapa? Karena dia tidak ada pengalaman. Dia hanya tahu mengisi bensin, tidak pernah mengganti oli. Minyak sorgawi yang memberikan sukacita sama seperti oli di dalam mesin yang membuat jalan, suara, umur mesin menjadi berbeda.

Ada orang yang baru menjadi hamba Tuhan dua tahun sudah merasa kesal dan tidak mau menjadi hamba Tuhan lagi, karena ada begitu banyak kesulitan. Ada orang yang sudah melayani lima puluh, enam puluh tahun, meski diejek, difitnah, diumpat, disalah mengerti, dia tetap melayani dengan sukacita. Rahasianya hanya satu, urapan minyak sukacita. Apa itu urapan minyak sukacita? Kepenuhan Roh Kudus. Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang melayani dengan penuh sukacita, penuh cinta kasih.

Seperti Yesus, saat Dia dipaku dan darahNya mengalir, saat itulah darahNya siap untuk mengampuni dosa manusia. Sangat berbeda dengan orang pada umumnya, kalau diberi telur ayam akan dibalas dengan memberi telur bebek, tapi kalau dipanah, akan dibalas dengan roket, agar hancur. Padahal bila kebencian dilawan dengan kebencian, hanya akan mendatangkan kehancuran, tetapi bila dihadapkan dengan cinta kasih, meskipun tidak membuahkan hasil dengan cepat, lambat laun hati nurani mereka akan menyadarinya.

Tuhan Yesus memerintahkan Petrus, “Sarungkan pedangmu, karena barangsiapa mengeluarkan pedang, dia akan mati oleh pedang.” Cintailah musuhmu, berdoalah bagi mereka yang menganiayamu. Itulah ajaran Kristen.

Kalau minyak sorgawi memenuhi kita, maka keletihan, kesulitan yang sebesar apapun di dalam pelayanan kita akan dikalahkan oleh sukacita dan kerelaan yang ada di dalam diri kita. Kerelaan, kesungguhan, minyak sukacita adalah contoh yang kita pelajari dari Kristus. Mari kita belajar dari Yesus Kristus.

Alkitab hanya satu kali mencatat Yesus bersukacita, tapi justru pada saat yang paling sulit. Baca Matius 11:20, 25ff, Ibrani 1:8-9. Apakah rahasianya agar kita bisa terus bersukacita? Tidak ada lain kecuali mencintai keadilan dan membenci kejahatan. Menjalankan kebenaran tapi ditolak lebih bersukacita daripada melakukan kejahatan tapi diterima. Biar orang melawan saya, asal saya yakin bahwa apa yang saya lakukan itu benar dan berkenan kepada Tuhan, saya akan tetap melakukan.

(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.mriila.org/pustaka/eksposisi-ibrani/pemerintahan-yang-diperkenan-allah/