Kisah Para Rasul 19

Di dalam seluruh Kisah Para Rasul, hanya empat kali dicatat bahwa Roh Kudus turun, dan di dalam Kisah Para Rasul 1:5-8, dicatat Yesus pertama kali menubuatkan turunnya Roh Kudus. Ini merupakan suatu penggenapan janji yang sudah dinubuatkan di dalam seluruh Perjanjian Lama dan diingatkan oleh Yohanes Pembaptis, lalu dikonfirmasikan oleh Yesus Kristus sendiri. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan sifat rohani. Rohani manusia kalau tidak terus dipimpin oleh Roh Allah sendiri pasti akan menyeleweng. Kalau majelis gereja tidak mau belajar Firman Tuhan tetapi ikut-ikutan menghalalkan segala cara untuk bisa menjadikan gereja kelihatan maju, bagaimana bisa bertanggung jawab di hadapan Tuhan? Banyak penyelewengan terjadi diawali karena adanya ketakutan kalau gereja kosong, maka semua program yang bisa meramaikan gereja langsung dibawa masuk. Kalau memang cara tersebut digunakan oleh orang-orang Kristen, maka Tuhan Yesus tidak perlu naik ke atas kayu salib. Waktu Yesus melakukan mujizat yang mengenyangkan lima ribu orang, yang datang mendengar khotbah adalah dua belas ribu orang. Kemudian Yesus mengatakan, daging-Ku boleh dimakan dan darah-Ku boleh diminum maka banyak orang yang telah makan roti dan ikan setelah mendengar kalimat Tuhan Yesus, pergi meninggalkan Dia. Hanya dua belas orang murid yang tetap mengikuti-Nya. Yesus Kristus tidak berkompromi, akhirnya banyak orang merasa sulit mengikuti khotbah-Nya, sulit menerima doktrin-Nya, lalu mereka pergi. Yesus akhirnya naik ke atas kayu salib. Dia tidak mau mengkompromikan kebenaran dan tidak mengadopsi prinsip market-oriented (berorientasi pada keinginan pasar). Seumur hidup saya tidak pernah menjalankan market-oriented ministry (pelayanan berorientasi pasar) dan tidak menjadi audience-pleaser(penyenang pendengar). Ini bukan sikap yang seharusnya kita tunjukkan di hadapan Tuhan. Gereja didirikan untuk mengajarkan kebenaran yang boleh diuji beribu-ribu tahun karena yang diajarkan adalah Firman Tuhan.

1. Roh Kudus di Yerusalem

Tuhan Yesus berkata, “Beberapa hari lagi, Roh akan turun kepadamu.”  Ini membuktikan engkau akan dibaptiskan dengan Roh Kudus atau oleh Roh Kudus. Bukan Roh Kudus yang membaptiskan, melainkan Tuhan Yesus yang membaptiskan memakai Roh Kudus. Makna baptisan yang paling utama adalah pembersihan. Dibaptiskan dengan air memberikan gambaran kepada kita bahwa melalui air yang mencuci, kita beroleh pembersihan. Dibersihkan oleh Roh Kudus berarti Roh Kudus membersihkan kita, mengubah status manusia dari orang berdosa menjadi orang yang disucikan, menjadikan kita kaum kudus, Gereja yang kudus dan am. Kudus berarti dibersihkan, am berarti bergabung dengan seluruh bangsa menjadi tubuh Kristus.

Kisah Para Rasul 10 mencatat bahwa Petrus pergi ke Kaisarea dan di sana Kornelius beserta semua kawan, sahabat, dan sanak saudaranya mendengarkan Firman Tuhan yang diberitakan oleh Petrus. Tuhan menggerakkan Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius, meski pada awalnya Petrus tidak mau karena Kornelius adalah orang kafir. Akhirnya Tuhan mengatakan satu kalimat, “Apa yang Aku kuduskan, jangan kamu anggap najis.” Dalam hal ini, bukan Allah yang berubah, juga bukan Petrus yang berubah, tetapi Allah mengubah manusia dan manusia harus taat. Jangan menganggap bahwa Allah berubah karena Dia memerintahkan sesuatu yang berlawanan dengan Alkitab. Di dalam Alkitab diperintahkan tidak boleh makan dan sekarang Tuhan Allah mengatakan boleh makan, di situ bukan Allah  yang berubah, tetapi karena yang najis sudah dikuduskan maka Allah  mengizinkan. Jadi, orang Kristen harus belajar sungguh-sungguh. Banyak pendeta berkhotbah hanya copy bahan dari internet tanpa tahu apakah sumbernya benar atau tidak. Lalu, orang Kristen percaya saja apa yang dikhotbahkan pendetanya, akhirnya yang dikhotbahkan salah tapi didengar banyak orang. Itulah sebabnya didirikan Gereja Reformed Injili ini, supaya kita mengajar zaman ini bahwa kita harus kembali kepada Firman yang benar, kembali kepada ajaran yang ketat, kembali kepada kesetiaan tanpa kompromi. Ketika Petrus tiba di rumah Kornelius, banyak orang telah berkumpul dan haus akan Firman. Mereka begitu rendah hati dan mau mendengar Firman dengan sungguh. Petrus memberitakan Yesus yang mati disalib dan bangkit kembali.

2. Roh Kudus di Samaria

Peristiwa ini berbeda dari peristiwa Samaria karena sebelum Petrus tiba di Samaria, mereka sudah mendengar Injil dari Filipus. Setelah mendengar Injil mereka percaya lalu dibaptis oleh Filipus. Tetapi Filipus bukan rasul sehingga belum cukup. Orang-orang Karismatik melihat penumpangan tangan Petrus merupakan hal yang umum dan tidak melihat pentingnya posisi rasul yang mengkonfirmasi baptisan, sehingga mereka melihat bahwa baptisan saja belum cukup, perlu ada penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus. Padahal jika memang demikian, kita melihat sama sekali tidak ada penumpangan tangan di Kisah Para Rasul 10 maupun di Yerusalem (Kis. 2) namun Roh Kudus sama-sama turun. Bahkan para rasul juga tidak melalui baptisan dahulu, tetapi mereka sudah mengikuti Tuhan Yesus selama tiga tahun lebih dan menerima Roh Kudus. Maka, kita tidak bisa menggunakan satu cara di Kisah Para Rasul 8 sebagai cara yang harus ditiru dan dipakai untuk semua orang. Itu tidak benar. Demikian juga di Yerusalem, ada gejala angin kencang dan ada lidah-lidah api yang turun, tetapi tanda seperti ini tidak ada di kota-kota yang lain. Inilah hari pertama Gereja Kristen menjadi tubuh Kristus. Injil diberitakan ke segala bangsa yang tidak mengerti bahasa Ibrani. Berbahasa lidah pada hari itu adalah mereka bisa mengerti Injil di dalam berbagai bahasa mereka, tidak seperti sekarang di mana orang yang berbahasa lidah justru membuat orang lain makin tidak mengerti Injil.

3. Roh Kudus di rumah Kornelius (Yudea)

Peristiwa ketiga terjadi di rumah Kornelius. Kornelius bukan orang Kristen bahkan bukan berlatar belakang Yahudi. Kornelius adalah orang Yunani yang taat beribadah. Ia tidak puas dengan mitologi mereka dan akhirnya ia melihat orang Yahudi yang percaya kepada Allah yang satu-satunya. Mereka tidak percaya lagi kepada dewa-dewa mereka yang mempunyai moral yang rendah dan mereka mau kembali kepada Tuhan Allah yang satu. Mereka percaya kepada Allah lalu berbuat baik. Namun orang ini belum Kristen. Terkadang kita melihat ada orang belum Kristen yang bisa hidup lebih baik dari orang Kristen. Tuhan menerima dan berkenan pada orang yang bukan Kristen tetapi takut akan Allah, melakukan kebajikan dan begitu rela menolong orang miskin. Itu dinyatakan oleh Petrus, “Saya sekarang tahu, semua orang yang berbuat baik dan orang yang takut akan Tuhan diterima oleh Tuhan.” Lalu, apakah kita diterima Tuhan karena berbuat baik? Apakah seseorang diselamatkan karena dia berbuat baik? Tidak demikian. Allah suka orang berbuat baik, tetapi bukan berarti dia diselamatkan. Tuhan suka orang kafir yang berbuat baik. Jika memang berbuat baik bisa masuk surga maka Tuhan Yesus tidak perlu diutus ke dunia dan diselamatkan. Ada perbedaan mendasar antara mereka yang berbuat baik dan diterima oleh Tuhan dengan mereka yang akhirnya menerima Tuhan dan percaya kepada Yesus lalu diselamatkan. Bedanya adalah mereka perlu mengenal Injil. Alangkah sayangnya orang yang baik tetapi tidak mengenal Tuhan. Oleh karena itu, Injil perlu dikabarkan kepada mereka. Itulah sebabnya Petrus diutus untuk memberitakan Injil.

Ketika Petrus memberitakan Injil di rumah Kornelius, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tidak ada penumpangan tangan, namun mereka menerima Roh Kudus. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa penumpangan tangan bukan syarat untuk seseorang menerima Roh Kudus.

4. Roh Kudus di Efesus

Peristiwa yang keempat tercatat di dalam Kisah Para Rasul 19. Kali ini kita melihat Apolos sedang berada di Korintus sementara Paulus sudah menjelajah banyak daerah dan tiba di Efesus. Di situ terdapat beberapa orang murid. Mereka sudah belajar dan mau menjadi orang Kristen. Mereka mendengarkan khotbah Apolos yang memberitakan tentang Yohanes Pembaptis yang meminta pertobatan. Mereka bertobat dan mau dibaptiskan dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Apolos, seperti juga Filipus, bukanlah rasul, maka gereja yang didirikan pada saat itu belum sah. Menurut Efesus 2:20, Gereja harus didirikan di atas dasar para rasul dan para nabi. Nabi dari Perjanjian Lama dan rasul dari Perjanjian Baru. Setelah itu, Apolos pergi ke Korintus dan Paulus tiba di Efesus. Ketika orang-orang di Efesus ditanya apakah mereka sudah menerima Roh Kudus ketika percaya, mereka mengatakan bahwa mereka belum menerima Roh Kudus walaupun mereka sudah menjadi murid. Bahkan mereka sama sekali belum pernah mendengar tentang Roh Kudus. Bagi orang Karismatik, jika peristiwa seperti ini terjadi maka harus dilakukan penumpangan tangan. Tetapi kita melihat di sini, Paulus justru menanyakan kepada mereka dengan baptisan mana mereka dibaptis, dan mereka mengatakan bahwa mereka dibaptis dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Baptisan Yohanes Pembaptis adalah baptisan pertobatan, tetapi bukan untuk orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus. Mereka harus datang kepada Dia yang datang sesudah Yohanes Pembaptis, yaitu Yesus Kristus. Memang mereka menjadi murid Yohanes Pembaptis, tetapi mereka belum mendengar tentang Roh Kudus. Maka, mereka kemudian dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan itu, Roh Kudus turun ke atas mereka, lalu mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Inilah peristiwa terakhir yang dicatat di dalam Alkitab tentang datangnya Roh Kudus ke dunia.

Landasan Gereja

Mengapa Gereja harus diletakkan di atas dasar para rasul dan para nabi? Bahkan mengapa tidak nabi dahulu baru rasul? Di dalam Efesus 4:11 dicatat, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar”. Di sini kita melihat lima jabatan dituliskan. Ada dua yang utama diletakkan di depan, yaitu rasul dan nabi. Jika kita bandingkan dengan 1 Korintus 12:28a, ditulis: “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.” Dari ayat-ayat ini kita melihat bahwa rasul selalu muncul lebih dahulu baru nabi. Gereja tidak bisa disebut Gereja jika ia tidak percaya dan berdiri tegak di atas kebenaran Firman Tuhan. Kunci untuk menerima dan mengenal Perjanjian Lama (PL) haruslah melalui Perjanjian Baru (PB) karena PL adalah bayang-bayang dari PB. Perjanjian Lama memberikan nubuat tentang Yesus yang akan datang. Jadi kedatangan Yesus jauh lebih penting dari PL.

Kebanyakan orang Yahudi tidak berbagian dalam keselamatan karena mereka terus berpegang pada PL dan tidak mau menerima PB, sehingga mereka masih terus menunggu Yesus yang akan datang. Justru ketika Tuhan Yesus datang, mereka memakukan Dia di atas kayu salib. Mereka membuang Yesus karena mereka tidak melihat kemuliaan Yesus dan mereka tidak bisa menerima Anak Allah yang berdaging lahir di kandang binatang. Mereka tidak bisa menerima Juruselamat yang tidak berperang melawan penjajahan Romawi. Mereka melihat Yesus hanya secara lahiriah, tidak melihat fakta dan realitas bahwa Dia adalah Anak Allah. Mereka membenci Dia kecuali Nikodemus yang mengaku, “Kalau Allah tidak menyertai Engkau, tidak ada orang bisa melakukan mujizat seperti Engkau.” Dan Yesus berkata, “Jika engkau tidak dilahirkan kembali, engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Yesus begitu sungguh-sungguh ingin agar orang Kristen sungguh mengenal Dia. Kita harus sadar bahwa mengenal PL harus melalui PB.

Gereja didirikan di atas rasul dan nabi, dan yang menjadi fondasi yang mengikat keduanya ini adalah Kristus sebagai batu penjuru. Rencana Allah yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama digenapkan di dalam Perjanjian Baru. Itu sebabnya, mengapa di Samaria sudah ada orang yang begitu hebat mengabarkan Injil, tetapi tidak cukup, Petrus harus diutus ke situ karena Filipus bukan rasul. Lalu Petrus pergi, tumpang tangan, dan mereka menerima Roh Kudus. Nabi sudah tidak ada lagi pada zaman itu. Tapi melalui rasul mengenal nabi, melalui Perjanjian Baru mengerti akan Perjanjian Lama. Di dalam Kisah Para Rasul 19, Apolos bukan rasul maka Paulus sebagai rasul harus pergi untuk mengesahkannya.

Gereja Masa Kini

Bagaimana dengan Gereja masa kini di mana sudah tidak ada rasul di tengah kita? Pada peristiwa keempat, tidak ada Petrus, padahal di ketiga peristiwa sebelumnya Petrus selalu ada. Jika Paulus adalah rasul orang kafir, mengapa ketika Roh Kudus pertama kali datang kepada orang kafir di rumah Kornelius, bukan Paulus tetapi Petrus? Jika Paulus diutus ke rumah Kornelius, berarti Petrus hanya untuk Yerusalem dan Samaria, sehingga Gereja pecah menjadi dua. Tetapi kita melihat Tuhan mengutus Petrus sehingga orang Yahudi dan Yunani menyetujui orang yang sama, yaitu Petrus. Dengan demikian, Gereja menjadi Gereja yang kudus dan am, tidak tergantung pada satu bangsa atau suku. Ini suatu pengaturan Tuhan.

Namun untuk yang keempat, Petrus tidak lagi diutus. Kini Paulus yang harus melakukan konfirmasi. Ketika fondasi sudah kuat, kini tugas boleh dilanjutkan oleh Paulus. Paulus menjadi rasul mengabarkan Injil ke Tesalonika, Filipi, Galatia, Kolose, Korintus; diutus sampai ke ujung bumi. Kembali menurut Kisah Para Rasul 1, Roh Kudus akan turun dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Menurut kenyataan adalah Yerusalem, Samaria, Yudea, lalu Efesus. Ini sengaja dibalik, antara urutan geografis dengan urutan suku. Alkitab begitu ketat, teliti, dan hati-hati. Kita harus teliti menemukan semua rahasia dan kita perlu bersabar. Di Efesus, Paulus melihat kalau mereka sudah percaya tetapi belum menerima Roh Kudus berarti ada pemisahan, ini tidak benar. Maka, Paulus mempertanyakan baptisan itu dan akhirnya terungkap bahwa baptisan itu masih baptisan Yohanes Pembaptis, bukan baptisan di dalam Kristus.

Gereja sekarang tetap sah walaupun tanpa rasul karena seluruh PL dan PB sudah tertulis lengkap, sehingga orang-orang bisa mengerti PL dan PB dengan lengkap, teliti, dan benar. Maka, kini tidak perlu ada penumpangan tangan dari orang-orang yang bukan rasul. Paulus menumpangkan tangan, berdoa untuk mereka, dan membaptis mereka dalam nama Yesus, karena tidak cukup dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Baptisan Yohanes Pembaptis hanyalah bayang-bayang maka mereka harus dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Darah Kristus, Firman-Nya, dan Roh-Nya yang membersihkan, barulah dosa seseorang bisa diampuni. Yang bisa membersihkan dosa dan menebus dosa manusia bukanlah baptisan Yohanes Pembaptis, bukan juga air baptisan yang dengan nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Itu ajaran Gereja Katolik. Di dalam Kitab Suci, yang menguduskan manusia hanya tiga, yaitu Firman, darah Kristus, dan Roh Kudus. Allah Bapa memakai Allah Anak dengan kuasa Roh Kudus untuk membersihkan Gereja; barulah engkau yang tadinya berdosa menjadi orang suci dan masuk ke dalam Tubuh Kristus yang disebut Gereja yang kudus dan am.

Di dalam Kisah Para Rasul 8, tidak ada baptisan ulang, sedangkan di dalam Kisah Para Rasul 19 ada baptisan lagi. Jadi, kalau para penganut Anabaptis atau orang Pantekosta mengatakan bahwa dibaptis percik tidak cukup, harus diselam lagi, jangan dengarkan mereka. Mereka memakai ayat-ayat secara sembarangan. Orang di dalam Kisah Para Rasul 19 dibaptiskan lagi karena sebelumnya mereka dibaptiskan dalam baptisan Yohanes Pembaptis, maka tidak sah. Orang di Kisah Para Rasul 8 tidak dibaptiskan lagi karena mereka sudah dibaptiskan dalam nama Yesus, sehingga sudah sah. Saat itu, Roh Kudus belum turun kepada kelompok itu karena bukan rasul yang meneguhkan Gereja. Harap kiranya engkau sekarang mengerti makna Gereja sejati. Dengan demikian, engkau boleh lebih setia dan rajin melayani Tuhan. Banyak orang meskipun sudah bergereja bertahun-tahun, tidak mendapatkan Firman Tuhan yang benar sehingga hatinya kosong sekali. Banyak yang menjadi majelis gereja, tetapi tidak mempunyai pengertian tentang Firman Tuhan dengan benar. Banyak yang diangkat menjadi majelis hanya karena mempunyai kelebihan uang dari jemaat yang lain. Kiranya kita belajar dan betul-betul mengerti Firman lalu menjadi saksi Tuhan di dunia ini.

Bahasa Lidah

Di dalam Kisah Para Rasul 2, turunnya Roh Kudus disertai dengan orang berkata-kata dalam bahasa orang lain. Di dalam Kisah Para Rasul 8, setelah penumpangan tangan Roh Kudus turun dan orang tidak berkata-kata dalam bahasa asing. Di dalam Kisah Para Rasul 10, mereka berkata-kata dalam bahasa asing dan memuji serta memuliakan Allah. Di dalam Kisah Para Rasul 19, mereka berkata-kata dalam bahasa asing dan bernubuat. Istilah bernubuat dalam bahasa Inggris adalah prophecy. Dan istilah prophecy di seluruh Perjanjian Baru berarti berkhotbah (menyampaikan Firman Tuhan). Jadi, mereka berkata-kata dalam bahasa asing lalu berkhotbah. Orang-orang ini juga ditumpangi tangan dan dibaptiskan. Di dalam Kisah Para Rasul 8, ditumpangi tangan tanpa perlu dibaptis lagi. Di dalam Kisah Para Rasul 2, tidak ditumpang tangan dan juga tidak pernah dibaptis. Di dalam Kisah Para Rasul 10, tanpa tumpang tangan Roh Kudus sudah turun. Ini semua berbeda. Ada satu gejala yang kelihatannya hampir mirip yaitu berkarunia lidah (glossolalia). Maka, orang Pantekosta sering mengatakan bahwa ini buktinya. Tetapi jika kita memeriksa dengan teliti, ternyata di dalam Kisah Para Rasul 8 tidak ada. Jadi, tidak ada satu yang mutlak. Di dalam Kisah Para Rasul 8, tidak ada angin ribut yang lewat dan juga tidak ada lidah api yang hinggap di atas kepala mereka. Kisah Para Rasul 2 adalah fondasi yang paling besar dari janji Roh Kudus yang turun kepada manusia dan sampai sekarang belum kembali. Itu sekali untuk selamanya.

Perbedaan waktu antara Kisah Para Rasul 2 dan Kisah Para Rasul 19 adalah sekitar dua puluh delapan tahun. Berarti, dalam dua puluh delapan tahun terjadi empat kali Roh Kudus turun. Terakhir kali Paulus menyebut istilah baptisan Roh Kudus adalah di 1 Korintus 12 :13. Dan ini adalah satu-satunya ayat yang memberikan arti apa yang dimaksud dengan dibaptiskan dengan Roh Kudus. Mereka sudah dibaptiskan (dalam bahasa Yunani: past participle tense, yang artinya sekali untuk selamanya). Itu berarti bukan setiap hari orang dibaptiskan dengan Roh Kudus. Siapa yang membaptiskan? Yesus Kristus, dengan memakai Roh Kudus. Ketika engkau menerima Kristus, engkau dikuduskan, engkau dibaptiskan ke dalam satu Tubuh yaitu Tubuh Kristus. Terpujilah Tuhan. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/doktrin-roh-kudus-bagian-4#hal-1