Firman : Ibrani 7 : 1 – 10

Teladan Terhadap Yang Lebih Muda

Ibrani 7 ini mengisahkan tentang Abraham yang menang dalam peperangan. Mengapa Abraham berperang? Karena dia mendengar bahwa keponakannya yang bernama Lot kalah perang dan ditawan oleh raja-raja yang bersekutu menyerang Sodom. Setelah mendengar itu, Abraham, segera membawa serdadunya yang berjumlah 318 orang untuk memerangi raja-raja itu untuk membawa Lot – keponakannya yang pernah bersikap kurang ajar, tapi tetap dia cinta itu – pulang (Kej. 14:1-6).

Siapakah Lot? Lot adalah anak dari saudara Abraham. Mengapa kemudian Lot ikut dengan Abraham? Karena ayahnya meninggal. Sang Paman yang baik hati menampung dia, bahkan memperlakukannya seperti anak sendiri. Tetapi apakah Si Keponakan itu tahu membalas budi kepada Sang Paman? Tidak. Ketika mereka bersama-sama menggembalakan domba-domba, hamba-hamba Lot bertengkar dengan hamba-hamba Abraham. Bagaimana Abraham menyelesaikan masalah itu? Alkitab menuliskan sesuatu yang sangat indah; Abraham tidak berbicara kepada hamba-hambanya yang bertengkar, tetapi dia langsung memanggil Lot dan berkata, “Kamu dan aku tidak boleh bertengkar. Hamba-hambamu dan hamba-hambaku juga tidak boleh bertengkar.” Seorang pemimpin memang harus bisa menciptakan perdamaian, dan dia tidak boleh terlalu percaya pada perkataan bawahannya yang sedang bertengkar, karena hal itu justru akan menghancurkan seluruh organisasi, membuat keretakan yang ada tidak bisa dipulihkan. Kerohanian Abraham membuatnya cocok disebut sebagai bapak bagi orang beriman di setiap jaman. ‘Tidak boleh bertengkar’ yang dia sarankan kepada Lot bukan hanya berhenti pada ide, imajinasi atau mimpi belaka, tetapi memberikan solusinya.

Waktu saya muda, seorang pendeta tua berkata, “Mengapa Abraham tidak mau bertengkar dengan Lot? Karena Abraham tahu, kalau dia meladeni pertengkaran itu, kerohaniannya merosot menjadi sederajat dengan Lot.” Inilah sikap seorang pemimpin yang berkarakter agung: tidak terpancing untuk meladeni pertengkaran, melainkan membereskan masalah. Abraham berkata kepada Lot, “Lot, aku adalah pamanmu, maka aku dan kamu tidak boleh bertengkar. Namun kenyataannya mereka sudah bertengkar. Jadi, untuk mencegah pertengkaran di kelak kemudian hari, satu-satunya cara yang bisa kita pakai adalah berpisah.” Abraham berkata, “Jika kau menginginkan tanah yang ada di sebelah kanan, aku akan ke kiri. Jika kau inginkan tanah dataran, aku pindah ke pegunungan. Pendek kata, kamu boleh memilih lebih dulu.” (Kej. 13). Di dalam kehidupan sehari hari, seorang yang lebih senior seharusnya lebih berhak memilih dahulu. Yang senior, yang lebih banyak pengalamannya tidak mudah mengalah. Tetapi Abraham, yang senior, mempersilakan Lot yang lebih muda, junior, memilih lebih dulu. Abraham mengalah. Mempunyai hati yang lapang seperti Abraham memang tidaklah mudah, tetapi dia telah menjadi contoh yang riil, memakai cara yang begitu bijaksana, dengan jiwa yang damai, yang mau mengalah untuk menyelesaikan suatu pertengkaran, yaitu: lebih baik kita saling berpisah dan saling mengingat, daripada kita hidup bersama, tetapi saling menggigit.

Abraham tidak mengejek, mencela atau melecehkan keponakannya, tetapi dia memberikan free choice. Begitu hak memilih dia berikan kepada Lot, artinya Abraham sudah harus siap mengalah. Abraham tidak menggunakan cara: aku dulu yang memilih, sisanya barulah kuberikan kepadamu – cara inilah yang selalu dipakai oleh orang berdosa. Kalau seorang Kristen masih bersikap memilih terlebih dulu bagian yang terbaik, baru memberikan sisanya kepada orang lain, sesungguhnya jiwanya belum Kristen. Karena Abraham mengalah, maka Lot langsung menggunakan kesempatan dengan memilih bagian tanah yang paling subur, dan sisanya, lereng gunung yang tandus menjadi bagian Abraham. Tega-teganya dia berbuat seperti itu kepada Abraham yang sudah tua. Jika tidak ada mata yang di atas mengawasi segala sesuatu yang terjadi, dunia bisa saja menjadikan kebebasan, kekuatan, keberanian, backing yang kuat, sebagai penentu kesuksesan seseorang. Tetapi di atas sana ada mata Allah yang adil, yang panjang pengaruh dan anugerah-Nya melihat. Dia menyediakan bahagia dan kelimpahan untuk jangka panjang bagi orang-orang yang takut kepada-Nya. Dia mengajarkan bahwa kemenangan yang sementara hanyalah sesuatu yang sangat menakutkan. Segala sesuatu yang manusia berhasil peroleh untuk masa sekarang mungkin akan menjadi racun bagi keturunannya, apalagi kalau dia mendapatkannya dengan cara yang tidak beres, dan dengan motivasi yang jelek. Alkitab mengatakan, Lot lambat-laun mengarah ke Sodom, Gomora, yang adalah New York atau Las Vegas di jaman kuno, tempat yang sarat dengan perjudian, perzinahan. Itulah pilihan orang muda yang menganggap diri pintar: saya memilih tanah yang subur, karena saya masih muda, masih mampu berjuang, tetapi engkau, Abraham, tidak membutuhkannya, karena engkau sudah tua, sudah hampir mati. Akhirnya: siapa yang dirugikan? Abraham. Namun siapa yang betul betul rugi? Lot.

Jadi dalam hal rugi masih ada perbedaan, antara yang betul-betul rugi dan yang tidak betul-betul rugi, yang rugi untuk selama lamanya dan yang rugi untuk sementara. Orang bijaksana tidak memperhitungkan sesuatu secara jangka pendek, melainkan mengaitkannya dengan kekekalan, pengaruh, materi, rohani, iman dan kelakuan. Di Sodom dan Gomora, Lot masih mengingat imannya, masih tetap hidup sebagai orang benar. Dari mana kita tahu hal itu? Dari Kitab Suci. Tercatat di buku mana? Ibrani 11, dia adalah orang benar yang hidup di kota yang tidak benar. Dia hidup di kota Sodom yang begitu jahat, tetapi dia masih mempunyai hati yang cinta Tuhan, cinta kebenaran, cinta kesucian, sekaligus cinta uang. Meski Lot suka bertengkar, suka memikirkan keuntungan diri, tetapi waktu dia tinggal di Sodom dan Gomora, dia masih memelihara kesucian hidupnya, masih mempunyai kerohanian. Dari mana kita tahu hal itu? Sampai hari ketika Sodom dan Gomora dibakar dengan api belerang dari sorga, kedua anak perempuannya masih perawan. Alkitab mencatat, waktu dua malaikat datang ke rumahnya, mau menolong dia keluar dari Sodom dan Gomora, apa yang terjadi? Orang-orang mengelilingi rumahnya, mengetuk pintunya dan minta dia menyerahkan kedua tamunya (bahasa Ibrani menunjukkan keduanya adalah pria) itu kepada mereka, karena mereka ingin bersetubuh dengan tamunya. Jawab Lot: jangan mengganggu tamu-tamu saya. Kalau berahi kalian sudah begitu kuat, saya mempunyai dua orang anak perempuan yang masih perawan, mereka saja yang saya serahkan kepada kalian. Mengapa kedua anak gadisnya yang sudah dipelihara kesuciannya sampai hari itu mau dia serahkan begitu saja? Karena Lot cinta Tuhan. Bagaimana tindakannya itu bisa dibilang cinta Tuhan? Karena dia berada di tengah kesulitan, tak tahu lagi apa yang harus dia perbuat. Maka dia memutuskan, demi memproteksi kedua malaikat yang dikirim Tuhan, dia rela mengorbankan keluarganya sendiri. Mengapa dia harus menanggung resiko itu? Karena dia lebih memilih tempat yang subur, lebih memilih keuntungan ketimbang kehendak Tuhan.

Ada banyak orang kompromi atau hancur kerohaniannya hanya karena keuntungan yang dia pilih. Ada banyak orang hanya mementingkan keuntungan masa kini, lengah terhadap jerat yang setan pasang baginya, sampai satu saat, jerat itu menghancurkan segala yang pernah diraihnya. Jadi, apa itu untung? Bisa saja untung itu rugi dan rugi itu untung. Apakah sesuatu yang kita anggap untung itu pasti untung? Belum tentu. Apakah yang kita anggap rugi itu pasti rugi? Juga belum tentu. Semua ini merupakan pengajaran yang sangat berharga, kita tidak boleh menganggap diri pintar hanya karena IQ saya lebih tinggi daripada orang lain, karena pengalaman saya lebih banyak dari orang lain atau karena di sekitar saya ada orang-orang yang bodoh. Karena orang bodoh adalah orang yang tidak berjalan di dalam kehendak Tuhan,  yang begitu melihat keuntungan sementara langsung lupa diri.

Sebelum Sodom dan Gomora dimusnahkan, ada catatan tentang Lot yang pernah kalah perang dan ditawan oleh musuhnya. Waktu Abraham mendengar berita itu, adakah dia berkata, “Tuhan yang Mahabesar, saya bersyukur kepada-Mu, karena Kau telah memukul anak muda yang kurang ajar itu. Terpujilah nama-Mu!” Tidak; sama sekali tidak. Kita perlu memperhatikan apa-apa yang tokoh-tokoh rohani perbuat saat mereka mengalami hal-hal yang paling sulit. Karena di situlah letak nilai kerohaniannya. Kerohaniaan seseorang juga dinilai saat dia memberi tanggapan terhadap musuhnya yang mengalami kesulitan. Setelah Abraham mendengar berita Lot ditawan, dia tidak menunda-nunda lagi, karena Lot adalah keponakannya, meskipun Lot pernah durhaka terhadapnya, dia tetap sayang kepadanya. Maka dia langsung memerintahkan hamba-hambanya untuk pergi berperang, menghadapi, bahkan mengalahkan sekutu raja-raja yang telah mengalahkan Raja Sodom untuk membebaskan Lot. Saya tidak tahu bagaimana perasaan Lot pada saat itu.

Teladan Dalam Bidang Materi

Waktu Abraham menang perang, semua barang yang terbaik milik musuh secara otomatis menjadi jarahannya. Itu merupakan kebiasaan jaman kuno: pihak yang menang berhak mendapatkan harta kekayaan dari pihak yang kalah. Sampai sekarang, aturan itu masih berlaku dalam peperangan. Waktu Abraham membawa semua tawanan dan jarahannya pulang, di tengah perjalanan Raja Sodom menyongsongnya, Melkisedek juga menyongsongnya. Raja Sodom menyongsong Abraham untuk mengucapkan terima kasih kepada Abraham (Kej. 14:17-23). Karena Abraham telah mengalahkan musuh dan membawa rakyatnya kembali, maka dia memberikan banyak barang kepada Abraham, katanya, “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu.” Tetapi jawab Abraham, “Sepotong benang atau tali kasutpun tidak akan kuambil. Jangan sampai kelak kau berkata, akulah yang membuat Abraham menjadi kaya.” Abraham tahu, kapan dia harus menerima. Buktinya, waktu dia disambut oleh Melkisedek, pemberian Melkisedek tidak dia tolak. Perhatikan: waktu kau menang, semua orang mengelilingimu, tetapi waktu kau gagal, semua orang akan  meninggalkanmu. Setelah menang, Abraham menolak pemberian dari orang yang mengelilingi dia dengan motivasi yang tidak benar, tetapi menerima pemberian Melkisedek. Apa yang Melkisedek berikan kepadanya? Anggur dan roti. Abraham menerima dengan membungkukkan badannya seperti menyembah (sebenarnya bukan menyembah melainkan upacara kuno yang ada di daerah itu, membungkukkan tubuhnya untuk menyatakan hormatnya kepada seseorang).

Hanya tiga orang penulis Alkitab yang menyinggung nama Melkisedek. Pertama, Musa (Kej. 14). Kedua, pemazmur mengutip sumpah Allah kepada Anak-Nya (Mzm. 110:4). Ketiga, penulis Ibrani di bagian ini menjelaskan apa artinya Melkisedek. Perhatikan: setelah menerima roti dan anggur; Abraham berlutut dan memberikan sepersepuluh dari semua yang dia terima kepada Melkisedek. Kitab Kejadian mencatat hal itu, kemudian Ibrani menambahkan satu istilah: dia mempersembahkan yang terbaik dari tawanan itu; sepersepuluh dari yang terbaik dia serahkan kepada Tuhan melalui Melkisedek. Inilah contoh dalam memberi persembahan: memberikan the best to the Lord, the best belongs to Him. Siapa yang mengajari Abraham tentang hal itu? Saya tidak tahu. Saat itu belum ada tata gereja, belum ada Taurat, hanya berdasarkan pengertian imannya kepada Tuhan: apa yang harus kau berikan untuk Tuhan? Give your best to the Lord. Abraham memberikan perpuluhan dari yang terbaik kepada Melkisedek.

Permisi tanya, siapa yang memberikan perpuluhan kepada Melkisedek? Abraham. Siapa itu Abraham? Ayah Ishak. Siapa itu Ishak? Ayah Yakub. Siapa itu Yakub? Ayah dari dua belas suku Israel. Di antara kedua belas anak Yakub itu terdapat dua orang yang sangat penting: Yehuda dan Lewi. Yehuda adalah suku dari mana semua raja raja Israel berasal sampai akhirnya muncul Yesus. Sedangkan Lewi adalah suku yang menghasilkan imam. Kedua suku ini mempunyai signifikasi sebagai pemimpin masyarakat dalam bidang politik dan agama. Melalui politik segala masalah manusia secara horisontal terselesaikan, dan melalui agama segala manusia secara vertikal, yang menyangkut orang Israel dengan kehendak Allah Bapa di sorga terselesaikan. Permisi tanya, kepada siapa orang Israel memberikan perpuluhannya? Suku Lewi. dari mana pemerintah mendapatkan uang? Pajak. Jadi, ada dua macam pembayaran: pembayaran untuk Tuhan dan pembayaran untuk pemerintah. Raja tidak boleh dan tidak berhak memakai uang perpuluhan, orang Lewilah yang mendapatkan perpuluhan. Siapa itu Lewi? Satu dari kedua belas suku Israel.

Sebelas suku memberikan perpuluhan kepada satu suku, karena Lewi tidak mempunyai income lain kecuali perpuluhan. Misalnya setiap suku mendapatkan seratus, perpuluhan yang harus dia berikan adalah sepuluh. Jadi, pendapatan dari sebelas suku adalah seribu seratus dan perpuluhan yang harus diberikan adalah seratus sepuluh. Seratus sepuluh itu diberikan kepada suku Lewi. Suku Lewi juga harus memberikan perpuluhan, yaitu sebelas kepada imam besar, keperluan pekerjaan Tuhan di Bait Allah dan sebagainya. Sisa yang ada padanya adalah sembilan puluh sembilan. Setalah suku-suku lain memberikan perpuluhan, berapa yang masih sisa pada mereka. Sembilan puluh. Jadi, yang melayani Tuhan mendapatkan sembilan puluh sembilan dan yang tidak melayani Tuhan mendapatkan sembilan puluh. Dengan demikian Alkitab menetapkan orang yang melayani Tuhan tidak boleh melalui hidup yang lebih minus daripada kaum awam. Semua prinsip ini ditentukan oleh Alkitab.

Mengapa orang Lewi patut menerima perpuluhan? Ada sejarahnya. Setelah Musa menerima dua loh batu, yang berisi sepuluh hukum yang ditulis oleh tangan Allah sendiri, dia menuruni gunung Sinai. Di tengah perjalanan dia menemukan orang Israel sedang menari-nari dan berteriak-teriak sambil menyembah patung lembu emas: inilah yehova yang membawa kami keluar dari Mesir. Musa melihat itu, dia menjadi begitu marah, begitu sedih dan begitu kecewa: baru empat puluh hari saya tidak berada di tengah-tengah kamu, kamu sudah menjadi seperti ini? Musa marah bukan kepalang: sudah dengan susah-payah saya mendidik kamu untuk menyembah kepada Allah yang sejati, ternyata sekarang kamu melakukan hal yang sama yang dilakukan bangsa-bangsa lain, menyembah kepada berhala, bahkan kamu mengatakan bahwa anak lembu emas ini adalah Allah Yehovah? Musa tidak tahan lagi. Dia melempar kedua loh batu itu sampai hancur berantakan. Permisi tanya, mengapa Musa memecahkan kedua loh batu yang ditulis oleh tanganAllah sendiri, tetapi  Allah tidak murka terhadapnya? Allah tidak murka terhadap Musa yang berani memecahkan kedua loh batu itu, karena kemarahan Musa keluar bertepatan dengan waktu kemarahan Tuhan. Jadi, di dalam hal marah, dia sehati dengan Tuhan. Martin Luther berkata, I never worked better than I was inspired by holy anger. Karena pada saat itu dia sedang membela kesucian yang dari Tuhan. Apa jadinya setelah dua loh batu itu dipecahkan? Musa berteriak: siapa yang memihak Tuhan, berdirilah di sini. Siapa yang memihak anak lembu emas, berdirilah di sana. Berperanglah di antara kamu. Dan inilah peperangan yang disetujui oleh Tuhan, peperangan yang dilakukan untuk membela gerakan yang murni, membela doktrin yang benar.

Hari itu ada satu suku yang lain dari suku-suku yang lainnya, suku ini mempunyai pengertian yang lain, karena dia sudah benar-benar memperhatikan, mempelajari dan bertekad untuk mengikut Tuhan dengan sehati, tidak mengikut pada yang lain. Itu adalah suku Lewi. Semua orang dari suku Lewi memihak Musa, tetapi suku-suku lain tidak mau. Mereka berpikir, untuk apa kita memihak Yehovah yang tidak tampak? Yang kami mau adalah Yehovah yang tampak, yang bisa kita pegang, bisa kita sembah sujud seperti anak lembu emas ini. Mereka berperang. Hari itu ada tiga ribu orang yang mati.

Itulah hari pertama Tuhan memberikan Taurat. Taurat membuktikan bangsa Israel adalah satu bangsa yang menerima firman Tuhan, bangsa yang lain daripada bangsa-bangsa lain di dunia. Tidak boleh ada kompromi. Di Perjanjian Lama, saat Taurat diberikan ada tiga ribu orang mati. Di Perjanjian Baru, saat Roh Kudus turun, ada tiga ribu orang yang diselamatkan. Old Testament, New Testament, The Righteousness of God and the salvation of God. Hukum Allah, pengampunan Allah. Keadilan, cinta kasih Allah.

Mulai hari itu Tuhan berfirman, “Suku Lewi, Aku memilihmu – orang yang berpihak pada-Ku, orang yang menjaga kesucian diri, orang yang tidak mau kompromi, orang yang mengerti firman dengan sungguh sungguh menjadi imam-imam yang melayani di tengah-tengah seluruh jemaat. Kamu tidak boleh melakukan pekerjaan lain selain melayani Tuhan dengan full time.” Dari mana mereka mendapatkan tunjangan hidup? Perpuluhan dari seluruh bani Israel diserahkan kepada suku Lewi, sehingga mereka tidak perlu sambil melayani sambil kuatir: dari mana mereka mendapatkan makan, mendapatkan uang sampai akhirnya harus melakukan kompromi dengan orang kaya, meminta-minta pada konglomerat. Seluruh perintah dan prinsip yang Tuhan berikan di dalam Kitab Suci betul-betul menakutkan. Tuhan bukan saja melebihi siapapun, bahkan Dia lebih tinggi dari semua yang tertinggi. Dia bukan hanya arsitek yang tertinggi, Dia juga ahli matematik yang terbesar. Dia sudah menghitung semuanya dan ditulisnya di dalam Kitab Suci. Suku Lewi adalah suku yang menerima perpuluhan. Apa hubungannya dengan Ibrani 7 ini? Bagian ini mengatakan, suku Lewi bukan hanya menerima perpuluhan melainkan juga memberi perpuluhan. Kepada siapa suku Lewi memberikan perpuluhannya? Melkisedek menerima perpuluhan dari siapa? Abraham. Waktu Abraham memberikan perpuluhan, apakah suku Lewi sudah ada? Belum. Karena Abraham melahirkan Ishak, Ishak melahirkan Yakub, Yakub melahirkan dua belas suku. Di antara kedua belas suku, suku Lewi berada di urutan keempat, dialah yang akan menjadi imam. Waktu Abraham memberikan perpuluhan kepada Melkisedek, di manakah Lewi? Di dalam bahasa Ibrani: ada di dalam pinggang Abraham. Maksudnya Lewi adalah cicit Abraham, tetapi belum lahir saat itu. Jika demikian, jangan kita berani mencela Yesus dengan berkata: siapa Yesus, mengapa Dia disebut sebagai imam? Dia bukan orang Lewi, Dia tidak boleh menjadi imam. Karena pendapat seperti itu salah adanya. Di Ibrani 2, 4, 5, dan 6 dikatakan: kita mempunyai seorang Imam Besar, yaitu Yesus Kristus yang sudah masuk ke tempat Mahasuci di sorga. Kita mempunyai seoarang Imam yang bukan tidak mengerti kelemahan kita, karena Dia pernah dicobai di dalam segala hal, hanya saja Dia tidak berdosa. Penulis Ibrani menyebut Yesus sebagai Imam, tetapi orang Ibrani sendiri berkata: mana mungkin Yesus menjadi imam? Yesus berasal dari suku Yehuda. Orang yang berasal dari suku Yehuda hanya boleh menjadi raja, tidak boleh menjadi imam, maka kami menolak- Nya. Tetapi penulis Ibrani adalah penafsir Alkitab yang paling jenius, karyanya nyatanya Paulus, Petrus, Yohanes dan penulis-penulis lain tidak pernah melihat perspektif atau inspirasi yang dia miliki – dari Mazmur 110:4, Tuhan berkata dengan sumpah: Aku meneguhkan-Mu menjadi Imam menurut sistem atau klasifikasi Melkisedek bukan menurut klasifikasi Harun.

Apakah Lewi boleh sombong karena dia dipilih untuk menjadi imam dan karenanya boleh menerima perpuluhan? Tahukah kamu, nenek moyangmu Lewi bukan menerima perpuluhan melainkan memberikan perpuluhan? Memberi perpuluhan kepada siapa? Melkisedek. dengan demikian, Ibrani 7:4 adalah ayat yang sangat signifikan. Bukan maksud saya mengatakan Melkisedek seorang diri boleh menerima perpuluhan dari semua orang.

Di Indonesia terdapat kebudayaan Kristen yang rusak: pendeta-pendeta beranggapan, perpuluhan adalah miliknya seorang diri. Saya pernah mengatakan hal ini di mimbar Granadha ini, ketika ada acara bersama-sama dengan banyak pendeta, saya mengajak pendeta-pendeta bertobat kalau kita menganggap perpuluhan milik pribadi, kita bukan hamba Tuhan melainkan perampok rohani. Kalimat itu membuat banyak pendeta benci terhadap saya. Bagaimana mungkin perpuluhan dimiliki satu orang? Di Indonesia terdapat ajaran yang merusak kekristenan: persembahkanlah uangmu, nanti Tuhan akan memberikan berkali lipat kepadamu. Jika kau berpikir seperti itu, bararti kau telah memperalat perpuluhan untuk memaksa Tuhan harus memberikan sesuatu kepadamu. Itu bukan pandangan teologi Reformed. Pandangan theologi Reformed adalah: Tuhanlah yang memberi, Dia jugalah yang mengambil. Terpujilah nama-Nya. Kalau perlu Tuhan mengambil semuanya, karena Dialah  yang berdaulat. Jangan berpikir kalau kau memberi, maka Tuhan berhutang sembilan kali lipat kepadamu. Kau buat Tuhan seperti berhutang dan harus membayar bunga sembilan ratus persen kepadamu. Itu adalah ajaran yang salah kaprah. Ajaran seperti itu sudah berjalar di Indonesia selama puluhan tahun.

Teladan Terhadap Yang Lebih Tua

Abraham memberikan yang terbaik kepada Melkisedek. Saat itu, Melkisedek sudah tua luar biasa. Siapakah dia? Menurut tradisi, mungkin Melkisedek adalah anak sulung Nuh yang belum mati. Memang kalau dihitung tahunnya, saat Abraham perang menang, Sem bisa saja masih hidup di dunia dan tentu usianya sudah mencapai ratusan tahun, sedangkan Abraham, belum mencapai usia seratus tahun. Kalau benar Abraham berjumpa dengan Sem yang jauh lebih tua dari padanya, sudah sepantasnya Abraham menghormati Sem. Di jaman modern, orang tidak lagi menghormati orang tua, malah sebaliknya mencaci-maki, menanti kematian orangtuanya sendiri. Itu bukan ajaran Alkitab. Pernyataan apa yang penulis Ibrani pakai untuk melukiskan Melkisedek? Melkisedek adalah Raja Salem, Raja Keadilan, karena istilah Melkisedek berarti the king of righteousness. Melkisedek mempunyai prinsip keadilan, mempunyai pengaruh bagi kesejahteraan dan perdamaian. Kedua hal itu terintegrasi di dalam dirinya. Padahal biasanya, orang yang terus menekankan keadilan, yang melaksanakannya dengan ketat tentu sulit untuk berdamai. Orang yang menekankan perdamaian selalu kompromi. Melkisedek adalah orang yang mempunyai damai, maka dia disebut sebagai Raja Damai; Salem (sama artinya dengan Salam, Shalom). Ada orang berpendapat, dia disebut Raja Salem berarti dia adalah Raja kota Yerusalem. Tafsiran seperti itu tidak betul, karena saat itu belum ada kota Yerusalem.

Melkisedek adalah raja yang menciptakan perdamaian, raja yang memberi damai sejahtera kepada manusia; the king of peace. Di dalam hal ini, dia sangat mirip dengan Tuhan Yesus Kristus (Yes. 9:6-7). Melkisedek disebut sebagai the king of righteousness. Yesus Kristus disebut sebagai Matahari Keadilan dan damai terintegrasi di dalam diri Yesus dan dilambangkan dengan munculnya Melkisedek. Karena dia juga disebut sebagai Raja Damai, sekaligus Raja Keadilan. Abraham yang sudah tua, yang dipandang sangat senior di mata orang, ketika berada di hadapan Melkisedek, dia merasa dirinya begitu muda, lalu dia memberi hormat kepada Melkisedek. Marilah kita belajar kepadanya, tidak berhenti pada tahap di mana kita merasa diri sudah cukup pintar, cukup senior, cukup terhormat, melainkan memberi hormat kepada orang yang patut dihormati. Coba pikirkan, betapa hormat dan mulianya Melkisedek. Mengapa? Karena Abrahampun berlutut, menghargai, bahkan memberikan perpuluhan dari yang terbaik kepadanya. Waktu Abraham memberikan perpuluhan kepada Melkisedek, saat itu Lewi ada dipinggang Abraham (7:10). Jadi keturunan Abrahampun ikut memberikan hormat kepada Melkisedek. Saya kira, kali itu Lot belajar banyak dari Abraham. Karena dia menyaksikan pamannya mempunyai prinsip-prinsip yang tidak dimiliki orang lain, dia akan merasa tertegur. Kita pun, sebagai keturunan Abraham secara rohani, patut meneladani kerohanian Abraham. Amin.

Artikel ini diambil dari seri khotbah ekspositori Ibrani 7:1-10 yang disampaikan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong di Gereja Reformed Injili Indonesia, Granada, Jakarta, pada tgl. 18 Februari 2001, pk. 07.00 WIB

 Sumber: Majalah MOMENTUM No. 46 – Maret 2001

Diambil : https://www.reocities.com/thisisreformed/artikel/abraham.pdf