Jika kita ditanya tentang sikap membayar pajak kepada negara?, maka untuk menjawab pertanyaan ini tidak perlu ditanya motivasi penanya, kenapa? karena sering terjadi bahwa banyak hal yang ada di benak  penanya yang kadang menghilangkan kemurnian dari pertanyaan itu sendiri.

Walaupun demikian niatan orang Farisi saat bertanya, namun  Yesus Kristus menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Matius 22:21). Tahu kah kamu siapa itu Yesus kristus?  Dia Adalah Pencipta, Pewahyu dan Penebus. Jawaban Yesus tersebut diwujudkan sebelumnya dalam pembayaran pajak seperti yang ditulis dalam Matius 17 ayat 27 “…Ambillah uang itu dan bayarlah kepada mereka pajak kita untuk Rumah Tuhan.”

Jawaban tersebut adalah suatu ultimatum bahwa membayar pajak adalah suatu keharusan setiap individu/badan dalam suatu negara sebagaimana negara mengaturnya. Jawaban tersebut jauh sebelum Benjamin Franklin (1706 – 1790) berani menyimpulkan “nothing is certain but tax and dead“. Semua ini sudah menjelaskan bahwa pajak adalah sesuatu yang sangat vital bagi suatu negara. Seorang Leroy Beaulieu dari Prancis mengatakan “L’impot et la contribution, soit directe soit dissimulee, que La Puissance Publique exige des habitants ou des biens pur subvenir aux depenses du gouverenment”. bahwa pajak adalah suatu bantuan yang secara langsung maupun tidak yang dipaksakan untuk menutupi belanja pemerintah.

Dalam Alkitab hal tentang pajak dijelaskan dengan tuntas, karena pajak berguna untuk keseimbangan seperti yang terdapat 2 Korintus 8 :12-15 dikatakan : “ayat (12) Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. ayat (13) Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan, ayat (14) Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan, ayat (15) Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.”

Dalam tulisan kali ini penulis memberi judul Sekilas Tentang Pajak Menurut Alkitab, harapan penulis semoga tulisan singkat ini dapat mengingatkan kembali serta menguak tabir dan kesungguhan kita sebagai Pemerintah, Petugas Pajak, dan Wajib Pajak  untuk sungguh-sungguh dalam melakukan tugas dan tanggung jawab demi kesejahteraan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. 🙂

Pemerintah

Dalam Roma 13 ayat 1 dikatakan bahwa “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”

Ayat ini dengan tuntas mengatakan bahwa tidak ada pemerintah yang tidak ditetapkan oleh Allah, dengan demikian maka seharusnya orang-orang yang terlibat di dalamnya melakukan kinerja dan pengelolaan perpajakan  harus benar-benar dirasakan masyarakat jika tidak ingin bermain kucing-kucingan dengan para wajib Pajak.

Jikalau kita menyinggung pemerintah dan pajak berarti berbicara tentang politik, maka berbicara hubungan pemerintah dengan pajak itu ngeri-ngeri sedap :D, kenapa dibilang ngeri-ngeri sedap karena sulit dibuktikan jika uang pajak itu telah dimanipulasi melalui kebijakan-kebijakan untuk kepentingan partai/golongan politik tertentu. Lalu kenapa saya mengingatkannya, karena ini penting untuk menjaga kepercayaan yang diberikan kepada pengumpul pajak (petugas pajak) dan kepada pembayar pajak itu sendiri.

Perlu disadari bahwa politik pajak berperan dalam menentukan stabilitas negara, dimana saat kesadaran warga negara semakin tinggi dalam membayar pajak, maka mereka akan semakin kuat dalam mengawasi pemerintah. Dalam hal ini seharusnya pemerintahan harus berhati-hati dalam menggunakan uang pajak. Sehingga kondisi negara cenderung stabil karena mekanisme check and balances antara pemerintah dengan warga negara berjalan.

Sebaliknya, jika kesadaran masyarakat rendah untuk membayar pajak, maka kontrol terhadap pemerintah akan lemah. Bahkan warga negara yang tidak sadar pajak akan melakukan berbagai cara untuk tidak membayar pajak jika dipaksa oleh negara. Disisi lain, pemerintahan ikut pula menyelewengkan uang pajak karena kontrol warga negara sangat lemah. Ketika kesadaran semakin meningkat, sementara pemerintah tidak jua berbenah maka kondisi negara cenderung tidak stabil karena dengan kesadaran meningkat tersebut tuntutan untuk berubah menjadi lebih demokratis akan semakin kuat.

Jika dalam pemerintahan Kaisar Romawi  uang pajak disamping digunakan untuk memperkuat militer, membangun jalan dan prasarana seperti kantor pengadilan dan kuil-kuil  juga digunakan untuk kekayaan pribadi kaisar, yang menyebabkan rakyat tidak suka membayar pajak. Maka hendaklah pemerintah mengembalikan penggunaan uang pajak tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Petugas Pajak

Berbicara tentang Petugas Pajak dalam Alkitab, kita tidak akan lepas dari nama Matius dan Zakheus, mereka adalah petugas pajak.  Matius adalah seorang petugas pajak yang terampil, penghitung yang akurat dan smart. Dijelaskan bahwa dia merupakan petugas pajak yang tidak jujur dan juga serakah, hal itu berubah ketika Yesus Kristus memilih dia sebagai murid-Nya (Matius 9 :9).

Bagaimana dengan ogut, menjadi petugas pajak bagi saya adalah bukan suatu kebetulan, karena…. konon sewaktu masih kecil, setiap orang yang datang kerumah dan  bertanya kepada saya… dimana bapak/mamak?”, selalu saya jawab .. “Pajak” (Pasar.), karena orang tua saya saat itu adalah pedagang, begitulah kata kakak dan saudara saya. Mungkin karena itulah saat masuk di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara saya memilih jurusan dengan spesialisasi pajak… :D.

Perlu diketahui bahwa berbicara tentang hal rohani, maka manusia dipahami bukan sebagai pejabat melainkan pelayan yang profesional baik intelektual maupun mental, dengan begitu dapat menjadi garam dan terang dalam pekerjaannya, sikap demikian akan menempatkan manusia sebagai primus interpares.

Maka bagi kita yang menjadi petugas pajak, hendaklah kita memahami bahwa pekerjaan kita bukan hanya sarana penghasil upah, melainkan melayani sebagai pelayanan Allah dan sesama dengan penuh kasih. Jika saja sebagai petugas pajak kita memahami hal ini maka tindakan arogan dan memperkaya diri dengan mengambil yang bukan haknya  adalah merupakan suatu kekejian, karena disamping melanggar hukum ke delapan, juga menghianati kepercayaan yang diberikan kepadanya, menjadi pekerja yang tidak  jujur sama seperti Matius yang belum mengenal Kristus.

Dalam Lukas 18 ayat 13 dikatakan  “Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”. Ayat ini menceritakan bagaimana seorang yang berdosa ingin Berdoa, dimana dengan tulus dan malu akan dosa-dosanya, hal yang berbeda berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orang farisi dalam ayat sebelumnya.

Banyak fakta dalam berita yang membongkar manipulasi kejahatan perpajakan yang dilakukan oleh petugas pajak, hal yang sama dilakukan oleh seorang bernama Zakheus, Namun saat Yesus mau berkenan menginap dirumahnya maka dengan lantang Zakheus berikrar dalam Lukas 19 ayat 8 “… “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”  Jika saat membaca ini Yesus hadir didalam kehidupan kita, Mampukahkah kita (Petugas Pajak) mengatakan hal yang sama?

Wajib Pajak

Di awal tulisan di atas, telah jelas bahwa Allah yang menjadi manusia sejati pun tidak luput dari kewajiban membayar pajak. Dalam dunia ini ada Pemerintahan yang mengatur kelangsungan suatu negara, dimana dalam proses tersebut dibutuhkan pembiayaan, dan Yesus sendiri memberi contoh telada bahwa Dia membayar pajak.

Lalu siapakah kita jika kita menghindar membayarnya. Dalam Roma 13 : 1-7 (Kepatuhan Kepada Pemerintah), dikatakan bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan rakyat yang diperintahnya. Pemerintah menyandang pedang untuk atas nama Allah menghubukum mereka yang berbuat kejahatan. Oleh karenanya orang harus takluk kepada pemerintah dan wajib membayar pajak kepada pemerintah, sebab pemerintah dan para petugas pajak adalah pelayan-pelayan Allah.

Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa membayar pajak merupakan bukti ketaatan kita kepada Allah. Bagi orang Kristen, memenuhi kewajiban membayar pajak adalah memenuhi suatu kewajiban demi kehendak Kristus dan teladannya. Ini hendak mengungkapkan bahwa membayar pajak adalah suatu kewajiban bagi setiap warga negara tanpa terkecuali. Mungkin sebagai wajib pajak kita tidak setuju dengan cara pemerintah dalam membelanjakan uang rakyat tersebut, namun kita perlu ingat, bahwa tugas kita sebagai wajib pajak adalah  taat dan jujur membayar pajak.

Kesimpulan

Sebagai penyelenggara pemerintah, hendaklah menjalankan pemerintahan ini dengan bijaksana dan adil. Peka dengan situasi masyarakat dan amanah, bukan kah dikatakan “…  sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah”.

Sebagai sumber daya manusia, Petugas Pajak dalam pekerjaan harus mengerti bahwa profesi tersebut adalah amanat dari Tuhan, karena disamping kita bertanggung jawab kepada wajib pajak, negara, juga pada Dia pemberi kehidupan. Jangan pernah sekali-kali memposisikan diri sebagai pejabat melainkan sebagai pelayan yang tegas agar menjadi garam dan terang.

Kesetiaan membayar pajak adalah bukti kepatuhan kepada pemerintah, sikap taat dan hormat bukan berarti tidak kritis atas penyimpangan yang dilakukan pemerintah. Oleh karena itu hal yang sama dituntut oleh pembayar pajak  untuk dapat mengolah uang dengan benar dan bertanggungjawab.

(Tulisan terinspirasi dari Buku “Pajak Menurut Teologi Kristen”, ditulis untuk saling mengingatkan akan tugas dan fungsi kita baik sebagai Penyelenggara Pemerintah, Petugas Pajak, maupun Wajib Pajak)