Kita sangat bersyukur kepada Tuhan yang memanggil manusia di setiap zaman untuk mengikuti segala rencanaNya. Siapakah orang yang dibutuhkan oleh dunia ini? Semacam manusia yang tidak boleh tidak ada di setiap zaman: mereka yang menyampaikan firman Tuhan, yang melakukan kehendak Allah dalam membangun moral, iman maupun kerohanian umat manusia. Itulah tugas yang mulia dari seorang hamba Tuhan. Suatu kali, seorang Pendeta bermain golf dengan seorang Pangeran Inggris, katanya kepada sang Pangeran, jika kau naik tahta kelak, jangan lupa menaikkan pangkat saya. Jawab sang Pangeran, apa katamu, naik pangkat? Adakah pangkat yang lebih tinggi dari seorang hamba Tuhan? Jawaban sang Pangeran mengingatkan kita, betapa bahagianya mereka yang dipanggil Tuhan, yang diurapi Tuhan dan yang dididik Tuhan untuk menjadi hambaNya.

Setiap kali memanggil orang menerima panggilan Tuhan, saya merasa sangat gentar, karena saya tahu, lebih gampang menjadi seorang Presiden dibandingkan menjadi seorang pendeta yang baik. Presiden yang hidupnya tidak beres masih bisa diterima, tapi seorang Pendeta yang hidup seksualnya tidak beres tidak mungkin diterima. Presiden cukup berpidato satu atau dua kali dalam satu tahun, tapi seorang hamba Tuhan harus berkhotbah setiap minggu untuk mengisi, memberikan pengajaran yang benar dengan resiko orang merasa bosan terhadap dirinya. Menjadi hamba Tuhan adalah suatu hal yang sangat serius dan sangat sulit. Karena dia harus menghadapi serangan dari musuh, dari ajaran-ajaran yang tidak beres, juga tidak diterima oleh penganut agama lain yang fanatik, selalu diintai dan dicobai oleh penghulu dunia yang tidak kelihatan, agar dia gagal.

Kalau saya hanya mengutarakan kesulitan-kesulitan yang harus ditempuh oleh seorang hamba Tuhan, mungkin akan ada banyak orang yang takut menjadi hamba Tuhan. Tetapi itulah panggilan. Seorang yang sudah tahu panggilan itu sulit, perlu menanggung beban berat, tapi dia tetap rela melakukannya bahkan berjanji kepada Tuhan untuk tidak menyeleweng dari panggilan itu seumur hidupnya, itulah tanda pertama di mana seseorang dipanggil oleh Tuhan. Karena panggilan dimengerti:

  1. Melalui rasa tanggungjawab, tahu bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan Bapa, maka meskipun sulit tapi karena panggilanNya, saya rela terjun ke ladang yang telah Dia sediakan.
  2. Sebagai sesuatu yang penting, yang harus dia jalankan, karenanya dia taat kepada pimpinan Roh Kudus. Kalau seseorang berkata: saya mau melayani Tuhan, tapi karena menjadi fulltimer itu sulit, lebih baik melayani paruh waktu saja: tetap menjadi konglomerat dan sekali-kali berkhotbah tentu akan lebih diterima oleh gereja-gereja.

Bukan maksud saya menyangkali keberadaan tent maker, tetapi jangan lupa, motivasi Paulus menjadi tent maker adalah: dia pergi mengabarkan Injil tapi dia tidak mau hutang barang satu senpun kepada orang kafir, maka dia bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri, jadi bukan melarikan diri dari panggilan Tuhan lalu menipu diri dengan menjadi tent maker. Bila seseorang berkata, menjadi parttimer membuat saya merasa tidak sejahtera, sampai saya taat sepenuhnya kepada Tuhan, menjadi seorang fulltimer barulah saya bisa merasakan sejahtera yang sejati. Itulah tanda kedua dari seorang yang dipanggil oleh Tuhan. Tuhan menghendaki orang Kristen melalui hidup yang sinkron dengan pimpinan Tuhan: to think after God ‘ s thinking, to feel after God ‘ s feeling and to do after God ‘ s planning, to act after God ‘ s action.

Jika seseorang berkata, saya tahu, saya harus menjadi hamba Tuhan fulltimer, tapi saya mau menunggu sampai panggilan Tuhan menjadi lebih jelas barulah saya mau taat. Karena dia membuang-buang waktu, Tuhan akan memukulnya. Maka pukulan yang dari Tuhan merupakan tanda ketiga dari seorang yang dipanggil Tuhan.

Inilah prinsip-prinsip panggilan yang harus dimengerti oleh orang Kristen, yang tidak takut tergeser oleh waktu.

Setiap kali memanggil orang menyerahkan diri, saya merasa gentar, karena saya tahu menjadi hamba Tuhan adalah sulit, tapi saya juga bersukacita karena ternyata masih ada orang yang mau menyerahkan diri.

Saya berharap, kelak orang yang menyerahkan diri bisa masuk ke sekolah teologia. Mengapa? Kalau dia tidak belajar dengan sungguh mana mungkin dia bisa mengajar dengan baik? Seorang yang mempunyai kharisma besar bisa saja menarik ribuan orang berhimpun, tapi sesungguhnya semakin dia sukses semakin malu di hadapan Tuhan. Karena dia telah memonopoli hak orang-orang untuk mendengar kebenaran, dia telah menghalangi anak-anak Tuhan bertumbuh di dalam kebenaran dan kerajaan Allahlah yang dirugikan. Cara berpikir antitesis seperti ini membiasakan diri untuk tidak hanya memandang segala sesuatu dari segi fenomenanya saja tapi mau meneliti apakah yang diajarkannya adalah prinsip Kitab Suci atau bukan? Jika bukan, berarti gereja itu sudah menjadi penghambat pekerjaan Roh Kudus. Setiap zaman membutuhkan firman, maka saya berharap, setiap orang yang sudah menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, studilah, persiapkanlah diri sebaik mungkin, agar anda bisa membawakan firman Tuhan yang mengisi kebutuhan zaman.

Hari ini adalah hari Reformasi, hari di mana Tuhan menggugah hati nurani Martin Luther untuk membawa gereja kembali kepada firman. Empat prinsip besar yang terdapat di dalam ajaran Martin Luther:

  1. Sola Scriptura; hanya Kitab Suci. Baik Martin Luther, Bullinger, Beza,Melanchton, Zwingli, maupun John Calvin, tak seorangpun dari para Reformator itu yang berminat membuat doktrin baru, semua mereka hanya mempunyai satu tujuan: membawa gereja kembali kepada Kitab Suci taat dan setia kepada firman Tuhan dengan tidak menambah ataupun menguranginya. Itulah semangat Reformasi. Jadi jangan memandang Reformasi sebagai satu peristiwa sejarah saja, melainkan harus memandangnya sebagai satu semangat yang dibutuhkan oleh setiap gereja, setiap  zaman, setiap orang Kristen: back to the Bible, believe the Bible,our faith only based on the Bible, nothing else.
  2. Sola Fide; hanya berdasar pada iman saja. Karena satu-satunya unsur yang membuat kita diperkenan oleh Tuhan adalah beriman kepadaNya. Definisi iman yang berada di dalam pikiran Martin Luther adalah the acceptance of acceptance; menerima suatu fakta. Fakta apa? Allah telah menerima orang yang berdosa, yang telah menjadi seteru Allah, seperti saya. Memang tidak logis,tetapi itulah supra logical, supra rational realm, yang tidak saya mengerti: sebelum saya menerima Tuhan, Dia sudah mati bagi saya dan merupakan satu fakta yang begitu jelas. Maka hal yang bisa saya lakukan hanyalah menerima fakta itu. The acceptence of the acceptance adalah definisi iman yang sangat inovatif, yang Martin Luther temukan dari pengertiannya terhadap Kitab Suci yang begitu mendalam.
  3. Sola Gratia; semua hanya anugerah Tuhan, tak menuntut apa-apa dari kita. Kalimat ini memang bisa disalah mengerti oleh orang berdosa yang pikirannya belum diubah oleh Roh Kudus. Istilah gratia dimengerti sebagai gratis di dalam bahasa Indonesia. Manusia condong mendapatkan sesuatu secara gratis, lalu take it for granted, itu sebabnya manusia selalu mempermainkan, menghina anugerah. Dietrick Bonhoeffer yang digantung mati, dua minggu sebelum Hitler bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri, mengatakan: the grace of God is free but not cheap. Ada dua hal yang barus kita mengerti: Jika segala sesuatu adalah anugerah Tuhan, maka saya harus bertanggungjawab dan berespon kepada Tuhan dengan rasa gentar dan syukur. Teologia anugerah ini membuat kita rendah hati, mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Mengapa kita bersyukur kepada Tuhan? Karena kita tahu, segala sesuatu yang ada pada kita tak lain adalah anugerah Tuhan yang sebenarnya tidak layak kita terima itu sudah diberikan kepada kita. Kedua, karena anugerah Tuhan diberikan bukan untuk dipermainkan maka kita akan memakainya untuk memperkenan hatiNya.
  4. Soli Deo Gloria; segala kemuliaan hanya kepada Tuhan. Saya uncondition elected; maka Tuhanlah yang harus memperoleh kemuliaan atas semua itu. Jika kita melanggar keempat prinsip ini, berarti secara tidak sadar kita telah mencoreng kemuliaan yang telah Tuhan berikan kepada gerakan Reformasi, menghujat motivasi kaum Reformator yang telah menderita begitu rupa bagi gerakan Reformasi: John Huss dibakar hidup-hidup oleh orang Katholik di Bohemia, karena dia ingin gereja kembali kepada firman, hal itu dianggap tidak sesuai dengan iman orang Katholik. Selain dia. ada seratus ribu lebih kaum Hugenot; orang-orang yang berpegang pada doktrin Calvinis di Perancis,dipanggil oleh raja dengan alasan akan mengadakan rekonsiliasi dengan mereka, tapi ketika pesta besar itu berlangsung, mereka justru dibakar secara hidup-hidup.

Gerakan Reformed di Indonesia didirikan, karena kami tahu, zaman ini perlu diingatkan umtuk kembali kepada firman Tuhan. Saat itu, saya harus mengambil keputusan: tetap menjadi salah seorang yang terpopu1er di Indonesia atau memulai gerakan Reformed dan menyalahi semua gereja? tetapi karena Tuhan berkata, Indonesia membutuhkan gerakan Reformed, maka saya memilih untuk setiap minggu berada di Jakarta, membangun mimbar yang mementingkan firman. Karena ada begitu banyak orang yang sudah terseret ke dalam arus-arus yang tidak bertanggungjawab, yang menjadikan gereja sebagai tempat entertainment,yang membuat orang merasa enak saja tapi tidak mendengar Firman Tuhan dengan baik.

Kepada murid-murid saya yang diwisuda pada hari ini: kau ingin menjadi hamba Tuhan yang seperti apa? Untuk apa kau studi empat tahun? Bukan untuk sesuap nasi atau menonjolkan diri melainkan untuk menyuarakan Firman Tuhan kepada zaman ini, menjadi wakil Tuhan dalam menegur, menghibur, mengajar, mengoreksi, membawa manusia kembali kepada Tuhan. Maukah kamu tetap setia kepada panggilanmu dengan tetap memperhatikan kebutuhan zaman, tetap sensitif terhadap pimpinan Roh Kudus dan tetap mengisi diri dengan firman? Baca II Tim.3:15-17. Biarlah semua orang yang mengabarkan firman mempelajari fungsi Alkitab yang tertulis di sini:

  1. Mengajar orang. Mengajar tentang apa? Doktrin yang benar, wawasan yang benar, pengertian tentang isi hati Tuhan dan segala pengajaran yang tersimpan di dalam Kitab Suci.
  2. Menyatakan kesalahan. Banyak Pendeta tidak suka menyampaikan khotbah yang memperuncing perbedaan dan menyatakan kesalahan, itu sebabnya tubuh Kristus tidak bisa bersih dari pada segala cacat cela dan segala najis. Padahal salah satu tujuan Alkitab diberikan adalah agar menusia mengetahui mana yang benar, mana yang salah.
  3. Memperbaiki kelakuan. Ini soal etika. Apakah kau bersedia menjadi hamba Tuhan yang memperbaiki kelakuan orang lain? Tetapi mana mungkin kau bisa melakukan hal itu kalau kelakuan dirimu sendiri kurang baik? Sebab itu, saya tegaskan sekali lagi, menjadi hamba Tuhan memang tidak gampang. Karena dirimu adalah bobot, contoh yang membuktikan keabsahan dari apa yang kau katakan. Meski fasih lidah dan kharismamu di mimbar tidak terlalu besar, tapi kalau kau mempunyai hidup yang sungguh-sungguh suci, penuh dengan cinta kasih dan iman, lambat laum sebagian orang akan mengakui kau adalah hamba Tuhan, kami datang bukan karena fasih lidahmu, pengertian teologiamu melainkan karena contoh hidupmu.
  4. Mendidik orang dalam kebenaran. Tuhan berkata, pergilah ke seluruh dunia, ajarlah mereka dengan segala pengajaran yang telah Ku ajarkan kepadamu, jadikan mereka muridKu. To be evangelized only once in your life, but to be educated in the thruth is the rest of your life. Saya berharap, semua penginjil yang sudah selesai studi tidak malas mendidik diri, agar kalian bisa terus menerus bertumbuh dan tak habis-habisnya mengajarkan kebenaran kepada orang lain. Di dalam catatan harian John Wesley tertulis, selama 45 tahun ini saya selalu mengkhotbahkan murka Tuhan, keadilan Tuhan dan penghakiman Tuhan, dan hanya untuk tema-tema itu saja saya sudah membaca lebih dari empat ratus jilid buku. Meski saya tidak mengubah garis besar khotbah saya tapi saya meninjau isinya dari sudut-sudut yang berbeda dengan pandangan yang lebih sempurna tapi tidak menyimpang dari berita asli yang ada di Kitab Suci.

Semoga saudara-saudara yang hari ini diwisuda mempunyai semangat seperti para reformator, mengabarkan Injil dan firman Tuhan dengan setia. Kiranya Tuhan memberkati kita masing-masing.

(Wisuda STTRII- Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)

 

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://groups.yahoo.com/group/METAMORPHE/message/387