“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan dilaut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26:27)

“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.”  (Mazmur 8:4-9)

A).TERMINOLOGI

1). Tselem

Manusia diciptakan menurut peta/gambar dan teladan/rupa Allah. Kata “peta/gambar” adalah tselem (Ibrani), image (Inggris), morphe (Yunani). Artinya, suatu peta yang ada bentuk atau patronnya. Sehingga kita cenderung berpikir ada bentuk fisik Allah.  Dulu saya berpikir manusia mirip Allah, maka Allah juga mirip manusia dengan ukuran serba raksasa. Istilah tselem memang lebih mudah dimengerti dengan bentuk-bentuk materi. Itu sebabnya dalam hukum kedua dari Sepuluh Hukum, Allah mengatakan, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya, atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu.”  (Keluaran 20:4-5).

Ini yang kemudian menjadi images “berhala”. Penyembahan kepada berhala adalah kesalahan doktrinal, yaitu tidak tahu Allah adalah Roh sehingga mematerialisasikan Allah. Ini tidak diizinkan Allah. Bukan berarti kita tidak boleh memiliki patung Bali atau lukisan. Karena dalam Bait Allah sendiri di atas tabut perjanjian ada dua ukiran kerub, demikian juga di tirai pembatas ruang suci dan maha suci ada bordiran/tisikan berbentuk malaikat. Harus dibedakan antara memberhalakan patung dan memelihara kesenian patung.

2). Demuth

Sedang arti “teladan/rupa” adalah demuth (Ibrani), likeness (Inggris), skema(Yunani). Mirip dengan bentuk, dalam arti sesuatu yang modelnya harus seperti bentuk yang pertama. Berarti hidup kita harus sesuai dengan bentuk ukuran standar. Setiap kebudayaan mempunyai bentuk seperti itu. Kita harus mencapai suatu patokan. Model dan hidup menurut model itu sampai Tuhan mengatakan, “Aku puas engkau adalah manusia yang benar”. Sehingga orang lain berkata, “Aku puas memiliki seorang kawan yang wataknya menjadi teladan, sebagai standar.”  Sesuatu yang menjadi standar itulah demuth.

3).“dan”

Dalam Alkitab berbahasa Ibrani tidak ada kata penghubung “dan” antara kata tselem dan demuth. Bahasa aslinya, “Mari Kita menciptakan manusia menurut peta, yaitu menurut teladan Kita.”  Maka istilah “peta/gambar” dan “teladan/rupa” jangan diperuncing perbedaannya. Peta adalah teladan, gambar adalah rupa. Tetapi ketika Alkitab diterjemahkan ke bahasa Yunani oleh 72 ahli di Mesir yang disebut Septuaginta/LXX dipakai kata penghubung. Demikian juga ketika Jerome menterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Vulgata, juga memakai kata penghubung. Sehingga timbul pendapat yang mengatakan bahwa kedua istilah itu harus dibedakan.

Padahal tidak seharusnya kata penghubung “dan” menjadi faktor esensi pembeda kedua kata tselem dan demuth. Manusia diciptakan menurut peta Allah, sesuai dengan teladan-Nya. Bukan manusia diciptakan menurut peta Allah dan juga menurut teladan Allah. Pemakaian kedua kata ini kadang hanya muncul satu kali dalam ayat-ayat lainnya. Dalam Perjanjian Lama banyak muncul tselem daripada demuth. Kejadian 5 memakai kata demuth, tetapi dalam pasal 6, 9 dsbnya hanya muncul istilah tselem.

Bila tselem dan demuth dipisahkan pengertiannya, akan menimbulkan dualisme yang mengakibatkan terisolirnya anugerah dari alam, supra alam dari alam, iman dari rasio. Mengapa manusia hidup memakai rasio hanya pada waktu berusaha dan bekerja tetapi melepaskan rasio ketika berada digereja? Mengapa mempelajari segala pengetahuan dengan rasio yang luar biasa, tetapi di gereja sembarangan membabi buta tanpa rasio? Karena kita mendualismekan rasio dengan iman. Bila ini terpisah kita bisa melihat rasio selalu murni sedangkan iman berbeda sehingga keduanya tidak bekerja baik. Ada suatu pengisoliran yang menyebabkan kita hidup dalam schizophrenic.  Banyak orang Kristen yang hidup terpecah belah seperti ini tanpa sadar, padahal bila keduanya diharmoniskan, maka seperti Paulus kita bisa berkata, “Aku tahu siapa yang aku percaya.”  Berarti antara kepercayaan dan yang dipercaya ada satu keharmonisan.

 B).ARTI PETA DAN TELADAN ALLAH

Karena manusia di cipta menurut peta dan teladan Allah, maka:

1).Allah adalah Sumber

Manusia mempunyai satu induk atau satu asal dari suatu peta dan teladan Allah. Kita dicipta seperti Dia. Ada satu sumber bagi manusia. Segala kesulitan yang timbul dalam pertikaian dan perselisihan hidup manusia, harus kita hentikan dan masing-masing kembali kepada Induk, mencari kekuatan baru dari-Nya. Manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah, manusia seharusnya seperti Allah, berarti kalau kita tidak beres karena kita tidak ingat kembali bagaimana seharusnya kita seperti Dia.

Manusia seperti Allah, mengandung suatu kehormatan terbesar yang bisa diberikan untuk melukiskan siapakah manusia. The greatest order, the greatest dignity, and the highest possible of the possession in the universe can be described for man. Manusia tidak mungkin dimengerti lebih tinggi dari kalimat ini. Pada waktu Allah mengatakan, “Mari Kita menciptakan manusia menurut peta dan teladan Kita,” berarti Ia telah menjadikan manusia tertinggi yang boleh mewakili Dia. Puji Tuhan.

Karya seseorang makin mantap bila dijiwai sungguh-sungguh oleh penciptanya. Karya manusia makin memuncak, makin mengekspresikan jiwa yang agung dari Sang Pencipta. Saya tidak mengatakan dalam ciptaan Allah ada evolusi, bahwa Allah itu makin lama makin berpengalaman sehingga akhirnya menjadi hebat dan bisa menciptakan manusia. Tetapi maksud saya, dalam dunia manusia terjadi proses menuju kematangan ini.

Ketika Afandi sudah sedemikian mahirnya, goresan tangannya mengutarakan jiwa yang luar biasa. Da Vinci memberikan suatu definisi mengenai kesenian, Art is the action of the spirit. Yang disebut seni itu adalah satu tindakan dari roh, geist (Jerman), spirit. Melukiskan manusia di atas kanvas dengan mata, telinga, tangan, kepala, tubuh, bisa dilakukan oleh semua orang, tetapi tidak semua lukisan itu laku. Tetapi sewaktu pelukis seperti Van Gogh, Michaelangelo, Giotto, Caravaggio, Cezenne, Picasso, dll, maka ada perbedaan dalam goresannya untuk mata, pengekspresian semangat yang dituangkan dalam lukisan. Picasso, Renoir, mempunyai ciri khas ekspresi masing-masing. Ciri khas Paul Gauguin adalah melukiskan mata orang Tahiti yang seakan-akan mau merenggut hati dan jantungmu. Berarti Paul Gauguin sudahberhasil mengekspresikan jiwa orang Tahiti di dalam lukisannya. Mutu lukisan berbeda-beda karena actional spirit, pemancaran jiwa yang diekspresikan. Orang akan langsung mengenali, ini lukisan Gauguin, Cezenne, da Vinci, Rafelo, dsb. Ciri lukisan Rafelo adalah madona yang menatap ke bawah, dengan mata yang lembut dan sinar cahanya begitu indah. Tidak ada seorang pun yang bisa melukiskan seorang perempuan dengan mata ke bawah dan kulit yang begitu lembut dengan sinar cahaya begitu indah. Tidak pernah dilampaui orang lain selama 500 tahun. Apa sebabnya? Sebab pelukis ini telah menjiwai lukisannya dengan jiwa sendiri.

Waktu Allah menciptakan langit dan bumi, Dia mencipta dengan mudah. Ia berkata, “Adalah terang!” maka terang adalah. Pada waktu Ia mengatakan, “Tegaklah!” Maka tegaklah. “Lenyap!” maka lenyaplah. Hanya dengan satu kalimat keluar dari mulut Allah, segala sesuatu menjadi ada dan menjadi tidak ada, karena Allah demikian berkuasa. Tetapi pada waktu Ia menciptakan manusia, bukan demikian.  Ia memakai peta dan teladan Allah di dalam diri manusia. Sehingga manusia berlainan dengan segala makhluk. Manusia sudah dicipta dengan mempunyai peta dan teladan Allah. Sehingga pada momen-momen tertentu engkau masih bisa melihat sisa-sisa cahaya peta yang masih berada dalam diri manusia, yang mempunyai pengaruh yang bisa mengesankan orang, mempesona orang.

Dara berusia 15-16 tahun bisa mempesona seorang pria sehingga pria itu luluh. Hanya karena seorang perempuan menulis surat putus cinta, seorang pahlawan bisa menggantung diri. Mengapa? Karena didalam diri manusia ada suatu peta dan teladan Allah yang mempunyai kuasa seperti mewakili Allah, seperti pengaruh Allah, mempunyai kesan seperti Allah yang mengesankan, mempunyai daya tarik seperti Allah menarik orang. Ini hanya ada dalam diri manusia, tidak pada diri binatang. Mengapa kita bisa kecewa, senang, tertarik, terdorong oleh karena orang lain yang begitu mempengaruhi kita? Karena ia mempunyai peta dan teladan Allah. Dan engkau juga dicipta menurut peta dan teladan Allah. Maka manusia mempunyai peta dan teladan Allah, mempunyai potensi begitu besar hampir tidak terbatas. Manusia mempunyai teladan Allah yang juga mempunyai krisis yang begitu besar hampir tidak terbatas. Itu sebabnya menjadi orang resikonya besar. Besarnya potensi dan pengaruh seseorang sulit diukur. Satu orang bisa memberi pengaruh yang jahat kepada banyak sekali orang. Seorang perampok, setelah merampok di Medan, pindah ke Palembang, Jakarta, Semarang, Yogya, Malang. Dalam beberapa puluh tahun seluruh kepulauan Indonesia menjadi jelek moralnya dan orang ketakutan luar biasa karena satu orang yang berpindah-pindah dan menyebabkan daerah itu dianggap rawan.

Manusia seperti Allah. Allah itu induk dan sumber kita. Manusia tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tetapi harus kembali kepada Allah, harus menyelesaikan segala kesulitan di sana dan manusia seperti Allah menunjukkan betapa hormatnya manusia.

2).Allah adalah tujuan hidup manusia

Manusia seperti Allah mengajarkan kepada kita bahwa hidup manusia seharusnya mempunyai tujuan. Manusia seperti Allah, berarti kita harus terus memperbaiki hidup kita sehingga seperti Allah Pencipta kita. Seperti Tuhanku, berarti Ia bukan hanya sumber tetapi juga tujuan manusia. Allah adalah Alfa dan Omega. God is the starting point and God is the ending point. God is our source and God is our telos.  Allah itu sumber kita dan Allah adalah tujuan kita. Allah itu titik permulaan dan titik akhir dari kita. Sehingga dari permulaan kita berasal dari Dia dan berlangsung proses hidup untuk menyenangkan hati Tuhan.

Dalam kebudayaan sudah banyak orang mempunyai pengertian dan puncak pengertian yang paling tinggi yang pernah dicetuskan dalam satu kalimat, dari filsafat Plato, yaitu tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah hidup seperti Allah. Bagaimana hidup yang seperti Allah? Plato sendiri tidak mengerti. Sampai dalam Kitab Suci Allah menyatakan diri, baru manusia bisa mengerti siapakah Allah.

Bila engkau bertindak sesuatu, selalu orang yang mempengaruhimu memberi vibrasi pada otakmu, yang mempengaruhi keputusan dan tindakanmu. Misalnya, waktu saya mau melakukan sesuatu yang baik atau tidak baik pada masa kecil, saya mempertimbangkan lebih dahulu, senang atau tidak senangkah mama dengan kelakuan saya ini. Bila tindakan saya membuat beliau susah hati, maka lebih baik saya tidak kerjakan hal ini, demi tidak menyusahkan hati mama. Jadi ada bayang-bayang seseorang dalam hati yang ikut berperan untuk mempengaruhi tindak tandukmu. Kadang-kadang engkau sudah jatuh cinta lalu sedang menimbang untuk membeli sesuatu, mulai berpikir, senangkah dia kalau saya membeli barang ini atau sebaliknya? Itu karena bayang-bayangnya mempengaruhi engkau.

Demikian orang yang mengerti arti peta dan teladan Allah, harus menjadikan Allah tujuan yang menentukan segala gerak geriknya. Saya mengerjakan ini, menyenangkan Allah atau tidak? Saya mengerjakan ini, diperbolehkan Allah atau tidak? Saya mengerjakan ini, mempermuliakan Allah atau tidak? Maka Paulus berkata, “Tidak peduli apa pun yang engkau perbuat, harus memuliakan Allah. No matter what are you going to do, you should glorify God. Whatever you want to do, glorify God.”  Kita harus memuliakan Allah, menjadi pendorong, penentu, dan penghakim dalam tindak tanduk yang kita lakukan. Seharusnya Allah menjadi tujuan, karena kita diciptakan menurut peta dan teladan Allah.

3). Manusia harus meneladani Allah sendiri

Manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah, berarti kita seharusnya melihat dengan jelas dan meneladani Allah sendiri. Untuk memungkinkan terjadinya point ke tiga ini, Yesus datang ke dalam dunia, menjadi teladan yang paling sempurna, sehingga seluruh bangsa, zaman,dan setiap orang boleh memanggil-Nya sebagai teladan, sehingga hidup kita menjadi sempurna. Konfusius dianggap orang Tionghoa sebagai guru kuno yang paling suci, diagungkan sebagai orang saleh pertama, mahaguru untuk menjadi contoh segala zaman. Baru orang kedua adalah Mensius. Di Timur keduanya dianggap orang-orang teragung. Di Barat, Sokrates dianggap orang yang paling saleh di antara orang Yunani kuno. Waktu ditanyakan kepada seorang imam disana, berapa orang suci yang pandai? Dijawab oleh seorang imam, “Ada tujuh orang saleh.”  Siapa yang paling saleh? Yang terpandai dan tersaleh adalah Sokrates, di Athena. Jadi orang timur mengagungkan Konfusius, orang barat mengagungkan Sokrates. Sehingga orang-orang yang sungguh-sungguh mau berbuat baik, mau beribadah dan bermoral tinggi selalu mengambil patokan di Timur adalah Konfusius, di Barat adalah Sokrates. Dan kalau di agama lain, ada yang menganggap bahwa Sakyamuni paling tinggi, atau Muhammad paling tinggi, atau Abraham paling tinggi, tetapi kita melihat masing-masing punya kelemahan. Konfusius sendiri mengatakan, Kalau langit menambah usia saya lima tahun lagi, saya akan mempelajari kitab Perobahan dengan lebih tekun dan ketat dan boleh menghindarkan diri dari kesalahan besar, sementara kesalahan kecil tidak bisa dihindarkan. Lalu ia berkata lagi, Setelah berumur 70 tahun lewat, baru saya bisa berbuat segala sesuatu dengan tidak melanggar peraturan menurut keinginan baik hatiku. Baru setelah 70 tahun ia meraih kesuksesan. Tetapi umur 72 meninggal. Ini suatu paradoks. Orang yang dianggap paling pandai dan suci, tetapi mengakui sendiri bahwa baru pada usia 70 tahun ia meraih kesuksesannya. Demikian juga Abraham, Musa, sebelum mengatakan jangan membunuh, sudah membunuh. Sokrates, Muhammad, Zoroaster, Yesaya, Yeremia, semua mempunyai kelemahan. Sampai Tuhan Allah mengutus Anak yang Tunggal ke dalam dunia, Yesus mengatakan, “Ikutlah teladan-Ku.”

Engkau diciptakan menurut peta dan teladan Allah, sekarang Anak Allah memerintahkan untuk mengikuti teladan-Nya. Manusia disuruh mengikuti peta dan teladan Allah yang menjelma menjadi manusia. Didalam diri Kristus, engkau melihat kesempurnaan yang utuh. Di dalam Kristus, engkau melihat keadilan yang mutlak. Di dalam Kristus, engkau melihat sukacita yang sungguh berkemenangan. Di dalam Kristus, engkau melihat ketabahan menghadapi segala macam kesulitan dan penganiayaan. Ia tetap tekun dengan tidak mengeluarkan kalimat yang mencela atau mencaci maki. Di dalam Kristus engkau melihat kerendahan hati yang sungguh-sungguh. Di dalam Kristus engkau melihat segala yang paling tinggi mutunya, yang disebut moral, kesucian, segala sesuatu hanya berada dalam diri-Nya, peta dan teladan Allah yang asli.

Manusia diciptakan menurut peta dan teladanAllah, berarti kita bersumber, bukan orang yang tidak ada sumber dan tanggungjawab. Ini berarti manusia diciptakan sebagai orang yang bertujuan, bukan berkeliaran seperti anak terhilang. Manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah, berarti kita harus kembali kepada teladan kita, Allah yang pernah menjelma manusia, yaitu Yesus Kristus. “Ikutlah Aku, pikullah kuk dan belajar lah dari-Ku dan terimalah teladan-Ku” (Matius 11:28-29). Learn from my likeness, take My yoke, come and follow me. Ikutlah Aku, pikullah kuk dan ikutlah pada-Ku.”

Paulus pada masa tuanya mengatakan satu kalimat, “Belajarlah dariku sebagaimana aku sudah belajar dari Kristus.” Bila ada pendeta mengatakan, “Ikutlah aku” tetapi tidak menambahkan kalimat, “sebagaimana aku mengikut Kristus,” celakalah dia. Bila engkau mengikut dia, dia mati, engkau juga mati. Tetapi Kristus bangkit. Jika mengikut Kristus maka engkau ikut bangkit pula. Maka Paulus berkata, “Teladanilah aku sebagaimana aku telah meneladani Kristus.”  Jadi hanya di dalam Kristus teladan itu saya terima, sehingga saya boleh menjadi contoh/teladan bagi Saudara-saudara yang lain. Puji Tuhan. Ini merupakan suatu kemenangan yang luar biasa. Kalau manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah,Yesus yang pernah mengunjungi sejarah menjadi standar hidup manusia. Kita meneladani Dia.

4).Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah

Dan terakhir, manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah berarti manusia seperti Allah, tetapi manusia bukan Allah. Bila wajahmu mirip presiden, kemana-mana orang memperhatikanmu dan engkau merasa senang. Tapi bila lama kelamaan engkau merasa sebagai presiden, itu gila. Engkau hanya mirip. Mirip berarti bukan. Mirip dengan seorang yang baik, engkau senang. Tetapi semirip apa pun berarti engkau bukan orang itu. Alkitab mengatakan manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah, berarti manusia seperti Allah, tetapi manusia bukan Allah. Jangan berperan sebagai Allah. Jangan mengganti dan menganggap diri seperti Allah.

Engkau berkata, “Kapan saya menggantikan posisi Allah?”  Pada waktu engkau tidak mau diatur oleh firman Tuhan, pada waktu engkau sedang menentukan nasibmu sendiri, engkau sedang berperan sebagai Allah. Engkau sedang memperlakukan diri sebagai Allah. Di situ menentukan kegagalan hidupmu. Di situ kebahayaan paling besar, di mana tidak mungkin terjadi pada binatang, hanya pada manusia. Tidak mungkin engkau menolong diri kalau engkau berperan seperti Allah. Lalu engkau menganggap diri sebagai Allah dan mengatur segala sesuatu tidak lagi di bawah hukum dan di dalam kehendak Allah. Lalu engkau menganggap diri sebagai Allah dan mengatur segala sesuatu tidak lagi di bawah hukum dan di dalam kehendak Allah. Di situ engkau pasti menuju pada kegagalan yang tidak bisa ditolong lagi.

Manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Beberapa tahun lalu, ada laporan mengatakan banyak negara yang besar dan maju, mencari seseorang yang mirip dengan presidennya. Orang yang seperti Ronald Reagan dipanggil dan digaji untuk sering naik mobil yang juga seperti mobil Reagan. Untuk apa? Bila orang mau membunuh Reagan, yang mati dia.  Jangan sombong karena kemiripan, karena bila ada bom, yang palsu yang kena lebih dulu.

Jika kita seperti Allah jangan lupa kita akan menerima perlawanan dari musuh Allah, yaitu setan. Makin mirip Allah makin kita beresiko akan diserang oleh Iblis. Engkau akan berkata, “Saya tidak mau.”  Tidak mau seperti Allah, kalau mau aman jadilah seperti setan. Dengan menjadi setan, setan akan berkata, “Kawanku yang baik.”  Ingat bila engkau seperti setan, mendapat keamanan yang luar biasa, ada bahaya lain yang mengikuti yaitu engkau akan dihukum oleh Allah, sebagai musuh. Engkau akan berkata, “Wah ini gawat. Bila saya memihak setan, di lawan Allah. Bila saya memihak Allah, dilawan setan. Bila saya netral, tidak memihak Allah dan setan, berarti bahaya dari kedua belah pihak.”

Manusia sudah dicipta menurut peta dan teladan Allah, engkau tidak bisa melarikan diri. Di dalam dirimu ada peta dan teladan Allah, di dalam dirimu engkau harus berjuang seperti Allah, di dalam dirimu diberikan potensi, di dalam dirimu diberikan tanggung jawab. Di dalam dirimu diberikan segala kemungkinan untuk hidup seperti Allah karena engkau diciptakan menurut peta dan teladan Allah.

Sudahkah engkau bersedia untuk hidup baik-baik memancarkan kemuliaan Allah? Sudahkah engkau sadar berapa kewajiban dan bahaya yang mungkin ditimpakan kepadamu jika hidup tidak memuliakan Allah?

Amin.

Sumber:  https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/arti-peta-dan-teladan-allah-artikel-pdt-dr-stephen-tong/557813074267150

 

Nama Buku        : Peta dan Teladan Allah

Sub Judul          :  Arti Peta dan Teladan Allah

Penulis              :  Pdt. DR. Stephen Tong

Penerbit            :  Lembaga Reformed Injili Indonesia. 1990

Halaman            :  24 – 37