Kata Yesus kepadanya:”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14 : 6)

Ketika kita masih di Taman Kanak-kanak, guru biasanya berkata kepada kita. “Anak-anak, setiap kalian melakukan satu perbuatan baik, guru akan menghadiahkan kalian selembar sticker.” Setiap akhir minggu anak-anak akan menghitung dengan penuh semangat. “satu, dua, tiga,…” untuk melihat siapa yang mendapatkan sticker paling banyak. Sesampainya dirumah, ibu juga akan memberi permen dan kue-kue seraya memuji perbuatan kita. Lihat! Sejak masa kanak-kanak kita sudah dididik bahwa manusia harus berbuat baik.

Beranjak dewasa, kita sering mendengar orang mengatakan “Semua agama adalah baik, karena semuanya mengajarkan manusia berbuat baik,”. Kita juga biasa mendengar orang berkata “Perbuatan baik mendapat pahalanya. Perbuatan jahat mendapat balasannya.” Mencius, seorang bijak juga berkata “Manusia pada dasarnya memiliki sifat yang baik.”

Dengan demikian kita melihat bahwa bukan masalah apakah engkau adalah orang percaya atau tidak karena orang akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa hanya orang yang berbuat baik adalah orang baik.

Mengejar Kebaikan : Bagian Dari Sifat Dasar Manusia

Mengapa manusia ingin untuk mengejar kebaikan? Karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, sehingga kita dapat melihat kebaikan Allah pada semua orang. Akan tetapi mengejar kebaikan tidak sama dengan berbuat baik. Berusaha untuk mencapai kebaikan adalah sebuah mimpi yang tidak bisa membuat hidup kita suci.

Konfusius berkata. “Tambahkan beberapa tahun kepadaku, lima puluh tahun untuk belajar kebenaran, maka aku tidak akan melakukan kesalahan besar apapun.”

Kaum intelektual berkata. “Siapakah orang yang tidak pernah berbuat salah dalam hidupnya? Ketika orang mampu untuk memperbaiki kesalahannya, hal itu sendiri adalah suatu kebaikan.

Rasul Paulus mengatakan, “Keinginan berbuat baik ada padaku. Tetapi apa yang aku ingini aku tidak sanggup melakukannya.

Apa yang dilakukan menusia justru bukan kebaikan yang diinginkannya; malahan kejahatan yang tidak ingin ia perbuat, itulah  yang terus ia lakukan. Manusia sudah jatuh kedalam dosa, dan telah menjadi berfokus kepada diri, berzinah, membenci, iri hati, berbohong, dan lain-lain.

Manusia kerap mengartikan dosa berdasarkan berapa seriusnya akibat dari sebuah tindakan. Misalnya, membunuh disebut dosa; namun mendendam itu bukan dosa. Mencuri itu dosa; tetapi tamak itu bukan dosa dan sebagainya. Demikianlah standar manusia. Tetapi di mata Tuhan baik dosa besar atau dosa kecil, baik dosa berat atau dosa ringan, semuanya tetaplah dosa. Dosa adalah apa yang membuat manusia terpisah dari Allah, dan karenanya membawa manusia kepada kematian.

Ayub mengaku, “Dosaku lebih tinggi daripada kepalaku,” Raja Daud yang agung berkata. “Sejak di dalam rahim ibuku aku telah berdosa.” Paulus dengan jujur berkata,” Diantara orang berdosa, aku adalah yang paling berdosa.

Hanya Manusia sempurna yang tidak berdosa; yaitu Sang Firman yang menjadi daging, Anak Allah, Yesus Kristus, dapat berdiri di hadapan manusia dan berkata, “Siapa di antara kamu yang dapat menunjukan bahwa Aku sudah berdosa?” Tidak ada guru atau pendiri agama manapun yang bernai menantang orang lain seperti ini.

Alkitab berkata,”Semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Alkitab juga mengatakan, “Allah menghakimi setiap orang seturut perbuatannya, kebaikan atau kejahatan.”

Dapatkah manusia menggunakan perbuatan baik untuk mengurangi perbuatan jahat? Agama-agama di dunia lazimnya akan berkata. “Dapat.” Namun Kekristenan justru dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada perbuatan baik apapun yang dapat membawamu kembali kepada Allah. Sebaik apapun seseorang ia tetap tidak layak untuk diselamatkan. Perbuatan baik itu penting tetapi perbuatan baik tidak dapat memberi hidup kekal kepada manusia. Jika manusia ingin diselamatkan, ia hanya dapat bersandar kepada rencana keselamatan Allah yang digenapi melalui Yesus Kristus.

Allah Mengutus Yesus Kristus

Firman yang menjadi manusia, datang ke dalam dunia untuk menderita, dan akhirnya disalibkan, menumpahkan darah-Nya untuk membayar hutang dosa dan menggenapi rencana keselamatan. Karena Allah demikian mengasihi dunia, Ia menyerahkan Yesus Kristus sebagai Anak Domba Kurban.

Apakah manusia perlu membayar untuk keselamatan yang demikian mahal? Tidak, karena keselamatan diberikan gratis kepada manusia berdasarkan anugerah-Nya. Dia hanya minta supaya manusia melakukan satu hal, yaitu menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat mereka secara pribadi dan percaya bahwa Yesus sudah menebus semua dosa kita.  Allah sudah menyiapkan jalan bagi kita. Apalagi yang masih engkau tunggu?

 Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong (Terjemahan)

 

Sumber : Ditulis kembali dari traktat (STEMI), Stephen Tong Evangelistic Ministries International