Roh Kudus Memiliki Rasio dan Dia Adalah DiriNya Kebenaran

1 Yohanes 5:6: “Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah Kebenaran.

Yesus menyatakan diri-Nya di Yohanes 14:6: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup…” Maka kebenaran yang ada pada Kristus itu adalah sifat dasar Ilahi. Demikian juga kebenaran yang ada pada Roh Kudus itu adalah esensi Ilahi, sebab Roh Kudus adalah DiriNya Kebenaran. Kita sebagai manusia hanya dapat memikirkan tentang kebenaran tetapi Roh Kudus adalah DiriNya Kebenaran itu sendiri. Sehingga Roh Kudus adalah sumber dari kebenaran. Dia menjadi sumber segala rasio yang benar, karena Dia adalah Kebenaran itu. Dia yang mewahyukan kebenaran dan memimipin orang untuk masuk ke dalam kebenaran.

Yoh 14:16-17: Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.

Yoh 15:26: Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang aku.

Yoh 16:13: Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Roh Kebenaran adalah DiriNya Kebenaran itu sendiri.

Roh Kudus Memiliki Emosi

Roh Kudus memiliki kasih, dan kasih Allah dicurahkan kepada kita melalui Roh Kudus. Roma 5:5: Dan pengharapan tidak mengecewakan karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Roh Kudus juga bisa sedih dan berduka, seperti dicatat di Efesus 4:30: Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Karena ketidaktaatan kita, makan kita akan mendukakan Roh Kudus. Seperti seorang ibu yang penuh kasih, akan sedih melihat ketidaktaatan anaknya. Demikian juga Roh Kudus akan berduka jika kita tidak taat pada Dia.

Roh Kudus Memiliki Kehendak, Kebebasan dan Menetapkan

Kisah Para Rasul 15:28-29: “…Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban daripada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat! Ayat ini menjelaskan bahwa ini adalah keputusan Roh Kudus mengenai larangan makan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala, daging binatang yang mati dicekik, larangan minum darah, serta percabulan. Jadi Roh Kudus memiliki kemauan untuk mengambil keputusan. Roh Kudus bukan hanya sekedar kuasa, gerakan atau prinsip saja, tetapi Roh Kudus aldah Pribadi yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengambil keputusan.

Roma 8:14: Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

Roma 8:2: Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Roh Kudus bukan saja memberikan keputusan, tetapi juga memimpin manusia dan juga memberikan kemerdekaan kepada manusia. Sehingga di mana Roh Kudus berada, di situ juga ada kebebasan. Jadi Roh Kudus bukan saja memimpin manusia kepada kebenaran tapi juga memberikan kemerdekaan. Roh Kudus juga mengutus orang untuk melayani Tuhan.

Kisah Para Rasul 13:2: Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Pengutusan itu direncanakan dan ditetapkan oleh Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus juga pernah memberikan pimpinan dengan melarang Paulus dan Silas ke Asia karena Roh Kudus ingin mereka memberitakan Injil ke Eropa, melalui Makedonia, yang merupakan pintu gerbang Eropa. Kisah 16:7: Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Kudus tidak mengizinkan mereka.

Sebutan Allah bagi Yesus bukan keluar dari mulut Petrus melainkan dari murid Yesus yang paling skeptis yaitu Tomas. Sebelum bertemu dengan Yesus, setelah Yesus bangkit, Tomas pernah mengeluarkan kata-kata yang sangat lancang. Peristiwa ini dicatat oleh Yohanes di Injil Yoh 20:25-29: Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak percaya.” Delapan hari kemudian, murid-murid Yesus beada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!”

Yesus tidak menolak sembah sujud dari Tomas, sebab memang Dia adalah Allah. Demikian pula Alkitab mencatat di Markus 10:17-27, pada waktu ada seorang kaya yang datang kepada Yesus sambil berlutut di hadapan Yesus sambil berkata: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: “Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.” Yesus tidak menolak sembah sujud itu sebaliknya Yesus berkata: “Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja”.

Kalimat ini ditafsirkan dengan salah oleh bidat-bidat dengan mengatakan bahwa Yesus sendiri menolak sebutan Guru yang baik, karena yang baik cuma Allah. Padahal dalam jawaban Yesus itu mengandung suatu kaitan ironis yang luar biasa. Seakan Yesus berkata: “Kalau engkau memanggil dan menganggap Aku Guru, engkau tidak berlutut seperti itu. Kalau engkau memang tahu bahwa Aku adalah Allah, memang engkau harus berlutut. Saat ini engkau sudah berlutut di hadapan Aku, tetapi mengapa engkau memanggil Aku Guru bukan memanggil Allah? Apa yang engkau cari yaitu hidup kekal tidak dapat diberikan oleh seorang guru, guru hanya dapat memberikan pengetahuan. Sekarang engkau datang kepada Guru dan berlutut di hadapan-Nya serta memanggil-Nya ‘Guru yang baik’. Yang baik hanya Allah; tidakkah engkau tahu bahwa Aku adalah Allah. Kalau engkau belum tahu Aku adalah Allah, mengapa engkau berlutut? Jadi saat Yesus berkata: “Yang baik hanya Allah.” Ia seolah bertanya, “Tidakkah engkau tahu Aku adalah Allah?” tetapi Aku belum menyatakan hal ini kepadamu, karena waktu-Ku belum tiba.” Sesudah Yesus bangkit maka murid-murid-Nya makin jelas, siapakah Yesus. Dia menerima sembah sujud dan dipanggil “Allah”.

Rasul Paulus menulis tentang Yesus di Roma 9:5b: “Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!” Karena Yesus Kristus adalah Allah, maka salah satu sifat yang kita harapkan ada padanya ialah kekekalan. Nubuatan mengenai diri Yesus dapat kita temukan di Mikha 5:1: Tetapi Engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, daripada-Mu akan bangkit bagi-Ku seseorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Melalui pernyataan Yesus sendiri di Yoh 8:58: Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Mengenai akhir-Nya, kita baca di dalam Ibrani 1:11-12: “…Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.” Sifat kekekalan hanya dimiliki oleh Allah, dan ini juga dimiliki oleh Kristus, karena Dia adalah Allah. Lalu bagaimana dengan Roh Kudus? Alkitab mencatat hal ini di Ibrani 9:14: “Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. Dalam ayat ini dikatakan bahwa pada waktu Yesus mati di kayu salib, Dia telah memberikan suatu persembahan kepada Allah dan persembahan kepada Allah ini diberikan melalui Roh yang kekal. Roh Kudus adalah Roh yang kekal. Allah yang kekal dinyatakan dalam Pribadi Ketiga, Dialah Roh Kudus yang kekal.

(Disarikan dari SPIK V Pdt. Dr. Stephen Tong 4-7 Oktober 1987 dan buku “Hati yang Terbakar”)

Sumber : https://fide1ity.wordpress.com/2013/05/19/atribut-roh-kudus/#more-525