“Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.” (Keluaran20:5-6).

Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku! Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (2 Korintus 11:1-3).

Kini kita akan membicarakan perasaan cemburu. Cemburu adalah emosi yang sering terjadi di dalam hati dan hidup kita. Bahasa Inggris menggunakan kata yang sama untuk cemburu dan iri, yaitu “jealous”, sehingga memberikan kesan bahwa kedua kata tersebut memiliki makna yang sama. Tetapi sebenarnya “cemburu” sangat berbeda dari “iri hati”. Cemburu dan iri hati mempunyai motivasi yang sama sekali berbeda. Secara pernyataan emosi, cemburu dan iri hati memiliki kemiripan, tetapi di dalam motivasinya, terdapat perbedaan yang besar sekali.

PENGERTIAN“CEMBURU”

Di dalam Keluaran 20:5-6. Tuhan berkata, “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.”

Terjemahan yang seharusnya untuk frasa“beribu-ribu orang” mestinya ialah “beribu-ribu keturunan”. Dengan demikian menunjukkan perbandingan antara keturunan yang diberkati oleh Tuhan dan yang tidak:“Barangsiapa yang membenci Aku, Aku membalas sampai keturunan ketiga dan keempat; tetapi barangsiapa mengasihi Aku dan menaati firman-Ku, Aku menunjukkan kasih setia kepada seribu keturunannya.”

Di dalam Sepuluh Perintah ini, Tuhan meminta manusia untuk berjalan di dalam kebenaran dan jangan berbuat dosa. Di dalam Sepuluh Perintah, Tuhan memberikan petunjuk bagaimana manusia harus beribadah kepada Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Di dalam Sepuluh Perintah, kita dibatasi dengan kata “Jangan” yang muncul berulang kali karena ini menjadi satu lingkup di mana kebebasan kita diatur, dikontrol, dan diselidiki oleh Tuhan. Pagar-pagar itu seperti lampu merah, yang membawa kita kepada keamanan, seperti lampu merah yang memberi tahu kapan harus mengerem karena ada bahaya di depan.

Tetapi yang mengherankan adalah, bahwa didalam Sepuluh Perintah ini, Tuhan, yang tidak mau manusia berdosa, justru mengatakan, “Aku adalah Allah yang cemburu” (Jealous God). Bahasa Inggris memakai satu istilah yang sama yaitu “jealous”. Tetapi bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia memakai istilah yang berbeda. Bahasa Indonesia memakai kata“cemburu” sementara bahasa Mandarin memakai istilah “ji xie”. “Ji” berarti iri, “xie” berarti penyelewengan, kesesatan, atau ketidak-beresan. Maka pengertian “cemburu” dapat diartikan: “Aku adalah orang yang marah terhadap orang yang menyeleweng, marah terhadap mereka yang sesat dan berselingkuh.”

Allah adalah Allah yang hati-Nya panas, sedih, dan marah terhadap mereka yang tidak beres. Inilah salah satu sifat ilahi yang jarang kita dengar, yang jarang dikhotbahkan, yang jarang kita pikirkan, tetapi Alkitab mencatat seperti itu. Allah kita mempunyai sebuah emosi yang lain dari “allah yang lain” karena sebenarnya “allah yang lain” bukanlah Allah. Allah yang sejati tidak mau kita menyembah allah-allah yang lain.

Ketika saya memimpin seminar Nanyang University di Singapura, ada peserta yang bertanya, “Bukankah agama Kristen hanya merupakan semacam paksaan kebudayaan dari bangsa tertentu untuk mengubah konsep dan mental kebudayaan bangsa lainnya? Bukankah kita harus saling menghormati kebudayaan bangsa-bangsa yang berbeda?

Di dalam kebudayaan memang ada hal-hal yang harus kita hormati, kecuali jika hal itu tidak cocok dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan bukan sekadar hasil kebudayaan, tetapi merupakan wahyu dari Tuhan Allah yang melampaui kebudayaan. Didalam Kovenan Lausanne – di mana saya adalah salah seorang dari panitia yang menerjemahkan isi kovenan itu ke dalam bahasa Mandarin – ada dua butir yang penting mengenai kebudayaan: Pertama, semua kebudayaan harus konformasikan arti pentingnya dan kita hormati; tetapi butir kedua mengatakan, kita tidak boleh lupa bahwa semua kebudayaan mungkin mempunyai unsur dari setan untuk mengacaukan pikiran dan hidup manusia. Itu sebabnya dalam hal ini Firman Tuhan mempunyai tugas menjalankan manfaat yang penting, yaitu mengkoreksi dan mentransformasi kebudayaan.

Jika dua ditambah tiga boleh dikatakan tujuh, delapan, nol, dan sebagainya, dan kita harus menghormati semua jawaban, maka ini tidak beres. Jika dua tambah tiga boleh dikatakan delapan, maka delapan menganggap diri benar dan menghina yang lain; Jika dua tambah tiga boleh dikatakan tujuh, lalu tujuh juga menganggap diri benar, maka semua menganggap diri benar, semua menganggap diri sudah mendapat jawaban. Seperti itulah agama. Seperti yang telah dikatakan di dalam Yesaya 53:6, kita semua seperti domba yang tersesat, masing-masing mengambil jalannya sendiri. Semua agama merasa diri benar, dan menganggap agama yang lain tidak benar; lalu mari kita tidak bercekcok, mari kita menghormati semua, mari semua agama saling menghormati, semua kebudayaan saling menghormati. Tetapi benarkah hal demikian? Kalau demikian, berarti tidak ada kebenaran. Yang ada hanya jawaban. Dan jawaban tidak perlu sinkron: kamu mempunyai jawabanmu sendiri, saya mempunyai jawaban saya sendiri, dia mempunyai jawabannya sendiri. Masing-masing mempunyai jawaban sendiri-sendiri yang berbeda-beda. Itulah keadaan kebudayaan.

Agama dan kebudayaan hanyalah dua aspek dari cetusan potensi manusia, yang manusia ciptakan bagi dirinya dan hidupnya sebagai manusia yang diciptakan mnenurut peta dan teladan Allah. Pada waktu manusia menemukan sistem nilai hidup eksternal, itu menjadi dasar dari kebudayaan. Pada waktu manusia menemukan sistem moral internal, itu disebut sebagai unsur agama. Agama dan kebudayaan sama-sama mengatur, menguasai dan memberikan pengarahan bagi seluruh hidup kita sebagai manusia, baik secara eksternal maupun intedrnal. Sistem nilai agama dan kebudayaan menjadikan seseorang tidak sama dengan orang barbar. Orang barbar dengan sewenang-wenangnya berbuat segala kejahatan dengan bebas tanpa diikat oleh dalil apa pun, tetapi agama tidak memperbolehkan. Inilah yang membentuk bangsa-bangsa untuk mempunyai agama dan kebudayaan.

Semua bangsa menganggap agama dan kebudayaannya sendiri yang paling baik. Apakah penginjilan lalu berarti memaksakan kebudayaan suatu bangsa untuk mengontrol bangsa yang lain? Bukankah ini mudah diperalat oleh imperialism untuk memerangi agama lain?

Memang melalui Perang Dunia I dan II, dunia mulai belajar tentang harus adanya demokrasi. Kebudayaan Barat-lah yang terlebih dahulu mencapai pengertian tentang hak asasi rakyat, dan ini memiliki efek samping, meskipun tidak harus demikian utama untuk mempengaruhi seluruh dunia. Tetapi ini akhirnya menjadi berkat bagi banyak bangsa. Dalam hal ini, Negara-negara Kristen memberi hadiah kepada negara-negara bukan Kristen. Kita melihat sampai abad ke-21 masih begitu banyak Negara non-Kristen yang terus menginjak hak asasi manusia. Ini bukan berarti Negara Kristen yang paling baik, tetapi Negara Kristen lebih dahulu sadar akan keharusan menghormati manusia yang diciptakan menurut peta teladan Allah, karena peta teladan Allah merupakan dasar harkat, keanggunan, dan nilai setiap pribadi, sehingga setiap orang harus dihargai oleh siapapun, bahkan oleh raja atau pemerintah.

Kembali kepada ilustrasi di atas. Dalam kasus dua ditambah tiga, maka delapan menganggap delapan benar, tujuh tidak benar; sementara tujuh menganggap tujuh benar, delapan tidak benar; dua mengatakan dua benar, tujuh dan delapan tidak benar. Lalu angka nol mengatakan saya nol, maka saya yang paling rendah hati, maka sayalah yang benar. Apakah itu benar? Lalu di tengah perdebatan itu, datang satu yang mengatakan, “Sayalah satu-satunya yang benar, semua salah.” Yang satu ini datang menyatakan diri sebagai satu-satunya yang benar, dan mengulangi kesombongan kita? Memangnya siapa kamu? Saya adalah Lima. Dua tambah tiga adalah Lima. Ketika di antara jawaban-jawaban itu, ada yang mengatakan sayalah satu-satunya yang benar, kalian semua salah. Apakah dia tidak berhak mengatakan itu? Dia berhak, asal dia adalah kebenaran. Kalau dia adalah satu-satunya yang benar, maka ia berhak mengatakan yang lain salah. Inilah yang harus kita percayai. Ini Apologetika saya. Kalau semua angka lain yang salah juga boleh dianggap benar atau menganggap diri benar, maka tidak ada kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan. Hanya yang benarlah yang sesungguhnya berhak untuk mengaku benar.

Dalam apologetika saya, kebenaran itu sendiri memiliki hak otoritas. Kebenaran itu sendiri memiliki hak kemutlakan.Kebenaran itu sendiri berhak menghakimi dan menjalankan keputusan. Dua tambahtiga adalah lima, kamu semua salah. Dua tambah tiga bukan tujuh, bukan delapan,bukan duia puluh, bukan yang lain. Maka hanya satu angka yang berhakmengatakan“aku benar, semua salah!” yaitu angka lima. Angka lima adalah satu-satunyaangka yang berhak menyangkal semua angka lain dan menyatakan diri sebagai yangbenar secara mutlak. Dia adalah satu-satunya jawaban yang berhak memveto,menghakimi, dan mengadili semua jawaban yanglain. Seperti itu;lah Alkitab.Tuhan Allah mengatakan, “Aku adalah Allah satu-satunya, di luar Aku tidak adaallah yang lain.”  Dia berhak karenamemang Dia Allah. Semua ilah yang dibuat manusia itu bukan Allah, semua agamayang berasal dari produksi manusia bukan berasal dari wahyu Allah.Yangmenganggap diri sudah menerima wahyu dari Allah pun harus dicek apakahbenar menerima wahyu.

Agama yang berani mengaku diri menerimawahyu hanya tiga agama besar, yaitu agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Yangtidak terlalu besar pengaruhnya termasuk Zoroastrinisme dan beberapa agamakecil lainnya di Asia atau India. Agama besar yang tidak berani mengaku dirinyamenerima wahyu adalah Konfusianisme, Taoisme, Shintoisme, Hinduisme, danBuddhisme. Maka kita mempunyai tugas ganda:

  1. Membedakan agama yang menerima wahyu danyang tidak menerima wahyu.
  2. membedakan wahyu sejati dan tidak sejati.
  3. membedakan wahyu yang lengkap dan yangtidak lengkap.
  4. membedakan wahyu yang sempurna dan yangtidak sempurna.
  5. membedakan wahyu yang berasal dari Allahdan yang bukan berasal  dari Allah.

Orang Kristen tidak mengakui adanya wahyu lain dalam bentuk kitab apa pun juga, selain Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jikalau demikian, apakah pengertian ini merupakan suatu usaha pemaksaan satu kebudayaan kepada bangsa lain? Bukan! Ini adalah memperkenalkan kebenaran kepada bangsa-bangsa.

Seorang filsuf Jerman yang bernama Friedrich Nietzsche, pada masa mudanya selalu memakai Kitab Suci, kelihatan seperti pendeta di tengah keluarga dan familinya, tetapi pada usia dua puluhan dia mulai melawan Alkitab, melawan gereja, melawan Kekristenan, dan melawan orang yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Dia menjadi salah seorang anti-Kristus yang paling besar dalam sejarah filsafat Barat. Justru dialah yang menghina kebenaran satu-satunya ini. Nietzsche mengatakan, pada suatu hari, allah-allah dari semua agama bermusyawarah di sorga. Di tengah musyawarah itu, di antara pada allah, ada satu yang paling sombong (berarti ada allah lain yang lebih rendah hati). Yang paling sombong itu berdiri dan berkata, “Akulah satu-satunya allah, di luar aku tidak ada allah yang lain.” Pada waktu allah itu mengaku paling hebat, semua allah yang lain tidak setuju dan tertawa. Allah-allah itu terus menertawakan satu allah yang sombong itu, sehingga mengakibatkan dasar sorga menjadi goncang sampai semua allah akhirnya mati tertawa. Itu yang disebut Godis dead. Dia berusaha menyindir bahwa agama Kristen adalah agama yang sombong karena Allah di dalam Kitab Suci berani mengaku, “Akulah Allah yang sejati, tidak ada Allah di luar saya.”  Filsafat Nietzscheini telah mempengaruhi pemikiran Barat menjadi sekularisme. Begitu banyak orang melawan Kristen karena Nietzsche. Ini mengakibatkan orang berkata, “Sudahlah, semua allah sama, semua agama sama.”

Saya ingin bertanya, “Apakah semua agama sama? Apakah semua allah sama?”  Tidak ada Allah kecuali satu. Satu-satunya yang mencipta, menebus, memelihara, dan menghakimi seluruhnya adalah Dia. Saya melihat manusia seperti domba yang tersesat masing-masing berjalan dalam jalannya sendiri. Charles Spurgeon mengatakan, “Mengapa kita dikatakan seperti domba? Mengapa kita tidak dikatakan seperti kucing? Atau sapi? Atau anjing? Atau kuda?”  Spurgeon mengatakan, karena domba adalah binatang yang paling bodoh dalam kemampuan untuk pulang ke rumahnya sendiri. Anjing, kucing, atau kuda bisa pulang hanya dengan mencium bekas jejak air kencingnya sendiri. Anjing, kucing, dan kuda mengerti arah. Yang paling tidak mengerti arah dan tidak tahu jalan pulang adalah domba. Pada waktu Tuhan menegur bangsa Israel mengenai kebodohan mereka dalam mengenal arah melalui Yesaya, Dia mengatakan,“Sapi pun pulang ke kandang, tapi bangsa-Ku tidak tahu jalan kembali kepada-Ku.”  Maka Alkitab tidak salah menyebut kita seperti domba. Tapi Tuhan mencintai domba-domba-Nya.

Hanya ada satu Allah dan Dia-lah yang benar seratus persen. Dia-lah Sang Kebenaran. Kalau tidak ada Dia, manusia tidak memiliki pengharapan, tidak tahu harus ke mana, tidak mempunyai otoritas, fondasi, prinsip, moral, etika, ataupun hukum. Allah ini mengatakan, “Aku adalah Allah yang cemburu, kamu tidak boleh menyembah siapa pun atau apa pun juga yang lain.”  Orang Kristen yang masih pergi keahli nujum, Gunung Kawi, kelenteng, dukun, bertobatlah! Kembalilah kepada Tuhan! Karena Allah adalah Allah yang cemburu.

CEMBURU DAN DOSA

Kalau Allah cemburu, apakah Allah berdosa? Tidak, karena ini adalah emosi yang menguasai dan membawa kita kembali kepada kebenaran. Emosi cemburu itu penting sekali. Cemburu berbeda dari iri hati. Iri hati mempunyai unsur dosa, tetapi cemburu mempunyai unsur membasmi dosa. Iri hati mempunyai unsur egoisme, tetapi cemburu melawan egoisme. Cemburu mungkin mudah dimengerti bagi perempuan jika suaminya melirik wanita lain. Cemburu seorang wanita kadang disertai egoisme, tetapi tidak demikian dengan cemburu ilahi, yang di dalam terjemahan lain dikatakan oleh Rasul Paulus sebagai “kemarahan yang bersifat cemburu,” kemarahan Tuhan waktu dia cemburu.

Cemburu berbeda dari iri hati karena irihati selalu membela kepentingan diri, berkaitan dengabn keuntungan diri yangseolah akan berkurang dengan adanya saingan lain. Tetapi cemburu yang benartidak terkait dengan keuntungan diri yang merasa tersaingi. Waktu kamu cemburu,itu tidak ada sangkut pautnya dengan apakah kamu akan dirugikan, tidak adakaitannya dengan keuntungan ataupun kerugian bagi dirimu sendiri, sehingga cemburu mempunyai keanggunan, kesucian,kebajikan yang memikirkan sesuatu tanpa memikirkan untung rugi diri. Aku yangcemburu tidak menghiraukan untung rugiku, untuk mengatakan sesuatu berdasarkansifat yang anggun. Karena kamu sudah menyeleweng, karena kamu sudah sesat,karena kamu sudah berbuat salah, maka aku cemburu. Seorang ayah yang baik harusmemiliki hati cemburu dalam mengajar anak-anak. Seorang isteri yang baik harusmemiliki hati yang cemburu terhadap suami yang menyeleweng. Seorang guru yangbaik harus memiliki cemburu terhadap murid yang dididik. Gabungkanlahkemarahan, kesucian, dan ketegasan di dalam menghadapi hal-hal yang sudahmenyeleweng. Itulah cemburu yang suci.

Paulus berkata, aku telah mempertunangkankamu dengan seorang laki-laki, yaitu Kristus, dengan menganggap kamu sebagaiseorang perawan, sebagai perawan yang suci (band. 2 Korintus 11:2). Di dalamhal ini, penginjilan berarti memperkenalkan Kristus, supaya mereka dijodohkandengan Yesus Kristus. Hal ini mengakibatkan terjadinya kasih antara Kristus danjemaat, kasih antara orang yang ditebus dengan Tuhan penebus, dengan emosikasih yang suci. Orang yang mengabarkan Injil mengharapkan kamu akan dicintaidan bersatu dengan Kristus.

Seperti mak comblang menjodohkan, “Marikukenalkan dengan seorang lelaki ganteng, yang sangat baik, yang rela berkorban,dan yang penuh cinta kasih.” Siapakah Dia? Dia adalah Yesus Kristus. Kalau kamumengenal-Nya, mau bersatu dengan-Nya, maka Dia akan mencintaimu selamanya. Itulahoenginjilan. Penginjilan membawa manusia untuk mengenal cinta Kristus danbersatu dengan-Nya. Tetapi sesudah dijodohkan, jangan kamu menyeleweng. Kristusbegitu suci, dan sungguh-sungguh mencintaikamu; janganlah kamu membuat Diakecewa, janganlah bercabang hati lagi.

Setiap orang mempunyai kisah kasihnyasendiri. Ibu saya termasuk salah seorang wanita yang paling agung. Bukan karenadia mama saya maka saya mengatakan demikian, melainkan karena di  dalam sejarah Tiongkok selama dua ratus tahunlebih dalam sejarah gereja, tidak ada ibu yang memberikan kelima anak lelakinyadi antara tujuh anaknya untuk menjadi hamba Tuhan. Dia adalah yang pertama.Kalau kamu mau menyaingi keluarga saya, silahkan melahirkan anak sebanyak mungkin,lalu mendoakan anak-anakmu agar dipakai Tuhan. Dia memecahkan rekor tersebut. Setiappagi, selama sejam dia berlutut, berdoa, membaca Kitab Suci. Suiaranya kamidengar setiap kami bangun. Saat itu dia seorang janda berusia 33 tahun, yangtelah menikah 17 tahun sebelumnya, yaitu ketika dia masih berusia 16,5 tahun.

Saat itu, dia yang baru pulang dari sekolahmelihat ada banyak hadiah di rumah. Dia bersalaman dengan beberapa tamu. Lalukakak perempuannya berkata, “Hari ini nasibmu ditetapkan. Di antara tiga yangdatang, salah satunya adalah calon suamimu.” Pria yang mana? Tadi ketika diamasuk, dia hanya melihat orang tua semua. Menikah dengan orang tua? Ada yangusia 50 tahun, 40 tahun, dan ternyata calon suaminya adalah yang paling muda,berusia 37 tahun dan baru ditingal mati istrinya satu atau dua tahun yang lalu,dan sekarang dikenalkan kepada ibu saya. Bukan karena ibu saya sudahmengenalnya, tapi karena orang tua mereka saling mengenal. Orang tua ibu sayaorang yang sangat mengherankan. Dia memiliki tiga orang anak, yang satudisekolahkan di sekolah bahasa Tionghoa, yang satu lagi di sekolah bahasa Belanda,dan yang satu lagi di sekolah bahasa Inggris. Ibu saya mendapat giliran disekolah Belanda, jadi seluruh hidupnya berbahasa Belanda. Dia menangis karenaharus menikah dan tidak boleh bersekolah lagi. Alkhirnya dia menikah diYogyakartya, dengan suami yang beda usia hampir 22 tahun. Ibu di bawa pulang keTiongkok, dan setelah ayah meninggal, Ibu baru kembali ke Indonesia.

Ini yang disebut dijodohkan. Orang tua kunoketika menjodohkan anak mereka selalu berpegang pada standar mereka sendiri,sedangkan perasaan anak tidak dipedulikan: entah anaknya sayang atau tidak,kenal atau tidak, suka mukanya atau tidak. Lalu mengapa menikah? Karenadijodohkan. Mungkin orang tua menjodohkan dengan orang yang baik sekali, orangyang kita kenal, yang betul-betul sanggup memelihara kita karena karakternyabisa dipercaya, atau karena orangnya sungguh-sungguh baik, walaupun kita tidak mengenaldia. Kadang orang tua berutang dan akhirnya membayar utangnya dengan anak.

Tetapi Paulus mengatakan, Saya menjodohkan(mempertunangkan) kamu dengan Kristus. Tidak salah. Karena Kristus adalahPribadi yang paling baik, yang paling suci, yang paling indah, dan yang palingagung. Perjodohan yang terbaik adalah memperkenalkan manusia dengan YesusKristus. Inilah yang dikerjakan oleh Paulus, “Aku telah menjodohkan kamu denganKristus.”

Jika kamu adalah seorang perawan, masihsuci, bisakah kamu menjaga kesucianmu, karena kamu sudah dijodohkan? Jikalauada perawan yang sudah mempunyai jodoh tapi masih main-main dengan lelaki lain,itu adalah perawan yang bodoh sekali. Jikalau kamu sudah mempunyai seorang jodohyang begitu baik, setialah kepadanya! Itulah artinya. Tetapi sekarang saya melihat kamu tidak beres, matamumelirik ke sana kemari. Saya melihatmu bergaul dengan lelaki lain. Sayamelihatmu sering keluar malam. Saya melihat kamu tertawa dengan tawa tidak suciseperti perempuan sundal, maka aku marah. Inilah yang disebut cemburu ilahi.

Cemburu ilahi harus ada pada hamba Tuhan,kalau tidak, dia bukan hamba Tuhan. Cemburu ilahi harus ada pada semua orangKristen. Kalau tidak, dia tidak mungkin bersaksi dan memelihara kesucian dihadapan Tuhan. Cemburu yang baik seperti ini sangat diperlukan. Apakah kamumembiarkan anakmu ketika melihat dia menyeleweng, berjudi, melacur, danmelakukan segala kejahatan, dan berkata, “Tidak apa-apa, itu kebebasanmu, Nak. Ituhak asasi manusia. Dalam abad modern ini Ayahmu sudah berlajar untuk menghargaimu.”?  Tidak! Saya berkata kepada anak saya, kalau kamu kurang ajar sampaimenyeleweng, saya berani memukulmu, kalau perlu, sampai hampir mati. Tapi kamuharus tahu, kemarahan itu berasal dari ayahmu yang betul-betul menginginkankebaikanmu; maka hal itu harus kau hormati dan hargai.

Banyak orang tua tidak mengerti cemburu ilahi,tidak mengerti kesucian di dalam kemarahan Tuhan, dan akhirnya membiarkananaknya satu per satu di telan dalam kejahatan dan dibinasakan Iblis. Hari inikita berdoa kepada Tuhan: “Tuhan, berikan aku cemburu ilahi, berikan akukemarahan yang suci, berikan aku cemburu yang sesuai dengan cemburu-Mu yanganggun, yang suci, yang berharga, di dalam mendidik, mengatur, dan melayaniTuhan.” Cemburu ilahi sangat diperlukan.

Bersambung…

Nama Buku        :  Pengudusan Emosi
Sub Judul          :  Kecemburuan Ilahi
Penulis              :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit            :  Momentum, 2011
Halaman            :  247 -274

 

Sumber : https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/kecemburuan-ilahi-artikel-pdt-dr-stephen-tong/662459567135833