MANUSIA DENGAN CEMBURU ILAHI

1.Kasus Bileam dan Tindakan Pinehas

Alkitab mencatat beberapa kasus di mana ketika seseorang mempunyai cemburu ilahi. Tuhan menghargai dan Tuhan memakai orang tersebut. Pada zaman Musa, ada seorang nabi yang mengenal Tuhan Allah. Nabi bernama Bileam ini tidak berani menyeleweng karena dia tahu prinsip ilahi, namun ia terlalu mencari keuntungan bagi dirinya sendiri sehingga tetap berusaha menyeleweng. Bileam melihat raja orang kafir yang membawa satu kereta emas kepadanya hanya dengan meminta satu hal, “Engkau seorang nabi, aku memberikan kepadamu satu kereta emas, coba kutuklah bani Israel. Kutuk mereka, kabulkan demi nama Allah karena kamu berkuasa, kamu adalah nabi-Nya.”  (Band. Bilangan 22:6). Apa bedanya Musa dengan Bileam? Musa adalah nabi Yehovah yang melayani bangsa Yehovah dalam wadah Yehovah, tetapi Bileam adalah nabi yang memakai nama Yehovah, namun tidak melayani dalam wadah yang disediakan oleh Tuhan. Dia melayani di luar. Akhirnya orang yang di luar berkata, “Kutuklah Israel, maka seluruh kereta emas akan menjadi milikmu.”  Semua pembesar suka uang, kecuali mereka yang betul-betul cinta Tuhan. Jika orang bisa menerima uang suap, namun sekaligus tidak melanggar hukum, maka menerima suap itu lebih “enak”. Kalau menerima uang suap yang melanggar hukum, besok akan susah sendiri. Yang satu melanggar hukum, menerima uang. Yang kedua, tidak melanggar hukum, menerima uang. Kalau tidak ada kuitansi, tidak ada buktinya bukan? Bagaimana membuktikan tanpa kuitansi? Dari zaman ke zaman, selalu ada orang seperti ini. Bileam mengatakan, “Bolehkah aku mengutuk bangsa yang dipilih Tuhan? Pergilah kamu. Emasmu, keretamu, uangmu, bawalah pulang.”

Kali yang kedua Bileam ditawarkan lebih banyak lagi uang, mereka datang dengan pemikiran bahwa kalau seseorang melihat uang lebih banyak, dia pasti goncang; mungkin suap yang pertama ditolak karena kurang banyak. Tapi tiga kali Bileam menolak. Akhirnya Bileam memakai satu cara, kalau mengutuk, dia yang berdosa, tapi kalau Israel yang berdosa, maka Israel akan terkutuk dengan sendirinya. Maka Bileam menjerumuskan Israel kedalam perzinahan. (Band. Bilangan 31:16). Kalau Israel dihukum Tuhan, itu karena mereka sendiri yang telah berdosa, saya hanya memasang perangkap (memberikan kesempatan) supaya mereka berzinah dan melacur. Setelah seluruh bangsa dihukum. Maka saya akan berkata, saya tidak mengutuk, tapi mereka sendiri telah terkutuk. Ini kejahatan yang lebih jahat daripada kejahatan manapun.

Hamba Tuhan memakai siasat untuk menjatuhkan seluruh gereja ke dalam dosa, supaya langsung dihukum oleh Tuhan sendiri.Tuhan tahu jahatnya seorang yang namanya nabi Tuhan namun yang menghancurkan atau yang mengharapkan bangsa Tuhan hancur. Bileam rela melihat bani Israel hancur asal dirinya kaya. Jadi, dia tidak ada hati untuk umat Tuhan. Yang dia pikirkan adalah keuntungannya sendiri. Akhirnya dia memasang cara yang membuat Israel mulai bebas melacur, membawa perempuan masuk ke dalam kemah. Bani Israel, bani yang paling suci di seluruh dunia, melacur. Banyak laki-laki terjerumus. Lalu Tuhan berkata kepada Musa, “Bangsa-Ku sudah terjerumus ke dalam kejahatan.”

Alkitab mencatat, ada seorang pemuda yang begitu cemburu dengan cemburu Ilahi. Ia melihat bangsa ini sudah mau rusak, sudah mau hancur, sudah mau dihukum Tuhan. Maka di tengah jalan, ketika dia melihat seorang pria membawa seorang pelacur masuk ke dalam kemah, Pinehas, pemuda tersebut, mengambil tombak dan melemparkannya menembus jantung pria itu sampai mati. Setelah Pinehas, dengan cemburu Ilahi, membunuh orang yang berdosa, barulah kemarahan Tuhan berhenti. (Band.Bilangan 25:6-8). Ini contoh terbaik dalam Kitab Suci tentang cemburu Ilahi. Jika ada pemuda yang berani melawan dosa, membasmi kejahatan, dan menyatakan cemburu ilahi (tidak berarti kita harus melakukan pembunuhan seperti yang dilakukan Pinehas pada zamannya), maka ada pengharapan bagi bangsa tersebut.

Kita melihat  korupsi di Indonesia tidak karuan dari atas sampai bawah. Kita melihat banyak hal yang tidak beres terjadi di seluruh negara, semakin banyak narkoba dan perjudian. Jika di dalam pemerintahan tidak ada orang yang membasmi, tidak ada orang yang berani mengatakan sesuatu, maka negara ini semakin lama akan semakin merosot sampai akhirnya dibuang oleh Tuhan. Tetapi kalau ada orang seperti Pinehas, mungkin dia akan dibuang orang lain dan diangap musuh pemerintah. Ini kesulitan manusia, zaman terus menerus seperti ini.

Ketika Pinehas memakai tombak menusuk jantung orang yang bejat, saat itu Tuhan memberhentikan penyakit yang menular, memberhentikan kemarahan-Nya. Dan sekali lagi menyayangi umat-Nya. Singkirkanlah segala kejahatan dari hatimu, dari gereja; singkirkanlah semuanya itu, supaya kita boleh terus diberkati dan dipakai oleh Tuhan. Kita memerlukan cemburu ilahi. Dan kita sendiri perlu menjadi orang yang bersih, yang hidup dengan kemurnian hati, sehingga kita sendiri tidak membangkitkan kecemburuan Tuhan.

2. Kasus Lembu Emas dan Tindakan Musa

Kasus kedua adalah ketika orang Israel menari dan menyembah patung lembu emas. Musa turun dari Gunung Horeb mengatakan, “Suara apa ini?” Yang mengikuti Musa menjawab, “Ini suara biasa”. Tetapi Musa berkata, “Tidak! Aku telah mendengar suara yang tidak beres.” (Band.Keluaran 32:17-18). Orang di sekitar Musa tidak sepeka Musa yang bisa membedakan suara yang beres dan yang tidak beres. Musa marah dan melempar kedua batu loh yang mencatat Sepuluh Perintah yang ditulis oleh tangan Tuhan Allah sendiri. Kemarahan manusia paling besar timbul saat ini, sehingga yang ditulis Tuhan Allah pun dipecahkan. Jika sekarang saya merobek surat Presiden, bukankah itu pelanggaran yang luar biasa kurang ajar? Seperti demikian kita boleh mengerti Musa memecahkan batu yang diatasnya tercantum Sepuluh Perintah yang ditulis Tuhan Allah sendiri. Tetapi heran, Tuhan tidak marah kepada Musa. Mengapa? Karena Musa sedang marah seperti Tuhan Allah marah; dia sedang marah sesuai dengan kemarahan Tuhan.

Pada waktu Tuhan mengasihi manusia, banyak orang mau menjadi pendeta yang menyatakan cinta kasih, mengutarakan berita kasih. Namun pada saat Allah marah kepada satu bangsa, tidak ada yang mau menjadi hamba-Nya untuk membawa berita murka Allah. Karena kemarahan membuat hubungan menjadi tidak baik, membuat orang membenci kita, maka kita enggan melakukannya. Ketika Tuhan mau memakai kita menjadi saluran kasih, kita semua mau menjadi hamba-Nya. Pada waktu Tuhan mau memakai kita menjadi saluran cemburu ilahi dan kemarahan yang suci, jarang ada orang mau mulutnya dipakai oleh Tuhan. Itu sebabnya Tuhan sangat memakai Yohanes Pembaptis, Paulus, John Sung, Charles Finney, dan John Wesley. Mereka berani marah dengan kemarahan yang bersifat ilahi. Saya tidak menyebut Billy Graham karena dalam hal ini diasangat kurang memberitakan murka Allah atas orang berdosa. Tetapi lihatlah pengorbanan yang harus mereka alami. Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya. John Wesley berkhotbah 1.000 kali dalam setahun sehingga lelah luar biasa. John Sung meninggal dunia pada usia 43 tahun karena kanker tulang dan karena terlalu lelah. Mereka menyatakan kemarahan ilahi pada zaman mereka, berani menegur dosa, bukan hanya penghiburan. Bertobatlah! Karena Allah itu suci adanya.

Setiap zaman memerlukan orang yang mempunyai kecemburuan ilahi, kemarahan suci, keberanian untuk menyatakan dosa untuk membalikkan bangsa dan generasinya kepada Tuhan. Musa mengatakan, “Barangsiapa memihak Tuhan, bunuhlah saudaramu!”  Sepuluh Perintah baru saja mencatat, “Jangan membunuh.” Tapi Musa yang telah memberikan Sepuluh Perintah yang di dalamnya tercatat perintah jangan membunuh, sekarang menyuruh orang membunuh? Apakah pendeta plin-plan, bicaranya tidak konsisten? Kita sesungguhnya tidak mengerti rencana Allah yang jauh lebih tinggi daripada rencana manusia. Kadang kitahanya mau memakai ucapan yang pernah disampaikan oleh seorang pendeta untuk melawan pendeta itu sendiri.

Ketika Jakarta Oratorio Society yang saya pimpin merencanakan untuk mengadakan konser keliling ke beberapa negara, seorang jemaat saya menulis surat kepada saya, “Mengapa Pak Tong memakai satu miliar dalam empat hari untuk membawa koor keliling? Begitu banyak uang yang dipakai, tahukah bahwa ada banyak hamba Tuhan di pedalaman yang kekurangan uang?”  Saya tidak memakai uang satu rupiah pun dari kas gereja. Di dalam empat hari, begitu berat biayanya, yaitu satu miliar. Tetapi ini bukan berarti dalam empat hari memakai satu miliar, seolah-olah Pak Tong seorang diri dalam empat hari membuang satu miliar. Tidak! Itu adalah latihan bertahun-tahun dengan orang-orang yang telah melatih diri untuk memuji Tuhan di negara-negara lain supaya merangsang kemajuan musik gerejawi. Mereka membutuhkan biaya yang begitu banyak, dan akhirnya Tuhan memberkati pekerjaan ini. Tidak ada satu rupiah pun uang dari gereja Indonesia yang dipakai, tetapi Tuhan memberi kecukupan karena mereka yang menghadirinya selain membeli tiket juga memberi uang persembahan, termasuk sebagian dari anggota sendiri. Sisa uang yang saya bawa pulang sudah masuk ke kas STEMI. Ada hamba-hamba Tuhan yang salah mengerti saya. Saya tidak pernah memakai uang dari kas gereja untuk membiayai satu konser pun. Ada orang-orang yang digerakkan Tuhan membeli tiket yang mahal, sehingga mencukupi perongkosannya.

Musa menghancurkan kedua batu loh itu, lalu memerintahkan, “Bunuhlah saudaramu.” Bukankah ini suatu pelanggaran? Bukankah Tuhan tidak mau manusia membunuh? Justru terbalik, saat itu adalah perintah Tuhan  dengan cemburu ilahi dan kemarahan yang suci:“Bunuhlah saudaramu.”  Saat itu hanya satu suku yang berani keluar membunuh saudara-saudaranya yang berzinah menyembah patung. Jikalau hari itu hal itu tidak dilakukan, maka hari ini tidak ada Sepuluh Perintah yang sungguh-sungguh mengatakan, “Jangan engkau menyembah patung berhala karena Aku Allahmu adalah Allah yang cemburu.”  Iman kepada Allah monotheistik, ibadah monotheistic, juga system agama monotheistik, bisa terus berlangsung sampai hari ini karena pada hari itu Tuhan menyatakan kemarahan-Nya.

Setelah selesai, mayat yang dibunuh terhitung 3.000 orang. Itulah hari waktu turunnya Taurat. Pada saat Taurat diturunkan ke dunia, 3.000 orang mati. Waktu Roh Kudus turun ke dunia, 3.000 orang dibaptiskan dan diselamatkan. Inilah Perjanjian lama dan Perjanjian baru. Hukuman Tuhan sangat diperlukan. Jikalau tidak ada sifilis atau penyakit kelamin selama 500 tahun lamanya, manusia tidak akan menghormati kesucian seks. Tuhan membiarkan manusia menunggu sampai 500 tahun baru ditemukan penisilin, manusia melampiaskan nafsu lagi dengan berhubungan sembarangan dengan pelacur, main dengan banyak perempuan. Apakah Tuhan tidak tahu? Sekarang Tuhan membiarkan AIDS datang, dan belum ditemukan penyembuhan untuk AIDS. Apakah obat AIDS juga akan ditemukan setelah 500 tahun? Sekarang mungkin Korea Utara dan Saddam Hussein di Irak memiliki senjata biologis pemusnah massal, yang kalau dilepaskan akan memusnahkan dunia dalam waktu 30 tahun. Di dalam sepuluh tahun saja mungkin separuh dunia akan terjangkit penyakit yang begitu keras dan tidak bisa diobati.

Semua yang mengatakan jangan perang mungkin hatinya baik karena mereka menganggap bahwa damai itu lebih baik. Tetapi jika negara-negara yang memiliki sejata biologis dibiarkan, dalam 10 tahun kemudian, cacar akan kembali melanda seluruh dunia. Cacar yang selama ini dikontrol senjata medis akan terlepas lagi. Bibit cacar besar dimiliki oleh Rusia, Irak, dan Korea Utara. Bedanya adalah ada negara yang mengerti control diri dan ada Negara yang tidak. Saya bertanya kepada seorang Islam, jika Osama Bin Laden memiliki bom atom hari ini, apakah dia akan menggunakannya atau tidak? Pasti digunakan! Tetapi jangan lupa, Amerika sudah memiliki bom atom sejak 58 tahun yang lalu, namun hanya dipakai pada saat Hiroshima dan Nagasaki. Mungkinkah orang seperti Saddam Hussein atau Osama, kalau memiliki bom atom, bisa bertahan selama 58 tahun untuk tidak memakainya? Belum tentu. Kita berada diambang pintu kebahayaan luar biasa. Tetapi apakah itu memang diizinkan Tuhan sebagai kemarahan cemburu ilahi menghukum manusia? Saya tidak tahu. Dalam kasus di mana Musa berkata, “Bunuhlah saudaramu.” Ini, setelah 3.000 orang dibunuh, kemarahan Tuhan baru berhenti, karena Tuhan adalah Tuhan yang cemburu.

3. Kasus Ayub dan Pemahaman Elihu

Kasus ketiga adalah Elihu. Elihu adalah seorang muda yang terus mendengarkan perdebatan ketiga kawan Ayub dengan Ayub. Semula tiga kawan itu begitu simpatik, duduk mendampingi Ayub tujuh hari tujuh malam tanpa mengatakan satu kalimat pun. Di dalam pembesukan kita, kita sering kali memakai 3 menit mengatakan ayat-ayat yang kita anggap hebat lalu kita pergi. Kadang-kadang apa yang kita kerjakan itu tidak ada gunanya. Ketiga kawan Ayub tidak berbicara sepatah kata pun. Mereka membesuk dan duduk mendampingi Ayub tujuh hari tujuh malam tanpa berbicara. Ketika melihat seluruh tubuh Ayub, kawan akrab mereka itu, berbisul dari kepala sampai kaki, mereka tercengang tidak bisa bicara. Mungkin mereka memikirkan, bagaimana kalau itu terjadi pada saya? Mereka hanya tahu simpati, belas kasihan, dan tidak bisa bicara. Setelah lewat 8, 9, 10 hari, sudah biasa melihat Ayub menggaruk-garuk, mereka mulai bosan dan mulai menuding, “Ayub, engkau berdosa terhadap Allah.”  Simpati manusia sangat terbatas. Pada saat simpati itu sudah lewat, manusia mulai mengomel, marah, dan berdebat.

Perdebatan mereka didengar seorang muda yang pintar luar biasa, yaitu Elihu. Elihu bagaikan gambaran orang yang berbijaksana dalam sejarah, sebab setelah tiga orang berdebat dengan Ayub, Tuhan marah kepada ketiga orang itu, tetapi tidak ada satu kalimat pun dari Tuhan yang mencela Elihu. Ini membuat saya tercengang. Siapa Elihu? Apakah dia malaikat yang berbentuk manusia? Apakah dia seorang nabi yang namanya tidak tercantum didalam peristiwa yang lain? Tetapi dia adalah seorang yang berani marah kepada ketiga kawan Ayub seolah-olah dia adalah Allah. Seolah-olah dia mengerti banyak daripada orang-orang tua yang mempunyai pengalaman yang lebih banyak. Katanya,“Ayub tidak benar, ketiga kawannya juga tidak benar. Aku sudah menunggu-nunggu adakah kalimat berbijaksana yang keluar dari mulut ketiga orang ini. Aku tidak menemukan, itu sebabnya baru aku bicara sekarang.”

Elihu mempunyai etika yang sangat baik, dia menunggu sampai orang tua selesai bicara semua, baru dia bicara. Kelemahan anak muda biasanya sudah cerewet sebelum mendengar sampai selesai. Baru belajar sedikit sudah banyak mengkritik. Banyak pemuda baru mendapat gelar theology sudah berkata, “Ini salah, itu salah.”  Kiranya kita bisa belajar mendengar dahulu, belajar dahulu, selesaikan dahulu. Kalau kamu memang lebih hebat, Tuhan akan memakai kamu, tetapi ada waktunya. Elihu menjadi kasus ketiga di mana cemburu ilahi dikeluarkan dari mulut yang bertanggungjawab. Semua kalimat yang ditulis itu dicantumkan di dalam Alkitab sebagai salah satu yang diizinkan Tuhan untuk menjadi sebagian dari wahyu yang diberikan kepada Musa.

4. Kasus Berjualan di Bait Allah dan Murka Kristus

Kasus keempat, yaitu ketika Yesus Kristus, Anak Allah sendiri, berada di dalam dunia. Yesus masuk ke dalam Bait Allah, lalu Dia mengusir para pedagang keluar, “Ini bukan sarang penyamun, ini adalah Bait Tuhan Allah.” (band. Matius 21:12-13). Ini semua merupakan penerusan nabi-nabi sejak Musa, Elias, Yesaya, Yeremia, Hosea, Daniel, Yehezkiel, dan semua nabi yang lain. Mereka mempunyai cemburu ilahi untuk memecut, mendidik, mendisiplin anak Tuhan agar tidak menyeleweng dan hidup suci, agar berada dijalur yang benar. Yesus Kristus sebagai perwujudan Allah sendiri datang kedalam dunia dan dengan cemburu ilahi yang begitu hebat. Dia sampai rela di paku di atas kayu salib. Cemburu ilahi lain dengan iri hati. Cemburu ilahi tidak memperhitungkan untung rugi, hidup mati, sehat sakitnya sendiri. Pada saat diperlukan, dia mengeluarkan kalimat yang tegas, suci, adil, yang mewakili Tuhan untuk memberikan pencerahan kepada anak-anak Tuhan. Dengan demikian, orang-orang yang dididik dan melihat kemarahan Tuhan akan sadar bahwa Tuhan hadir.

Pada suatu saat, Dr. Stanley Yu, bercerita kepada saya. Pernah suatu ketika dia berkhotbah di Medan, dia mengatakan kalimat-kalimat yang keras, “Allah yang adil dan suci tidak mau kamu korupsi atau berzinah!”  Pada waktu dia berkhotbah dengan dipenuhi Roh Kudus, tangannya menuding. Semua tahu dia sedang menuding satu orang dan memang orang itu melakukan korupsi.  Tetapi Dr. Stanley sendiri tidak tahu; ia hanya tahu taat kepada Tuhan dan mengatakan kalimat-kalimat yang penting. Akibatnya orang itu benar-benar malu luar biasa, karena ia memang melakukan korupsi di dalam sekolah Kristen sehingga mendapat banyak uang untuk dirinya sendiri. Akhirnya orang itu bertobat. Dr. Stanley mengatakan, “Stephen, waktu itu ada orang yang berkata bahwa pada malam saya berkhotbah itu, orang-orang merasa Allah hadir. Seolah-olah penghakiman kiamat Tuhan dipercepat terjadinya di Medan pada hari itu.”  Saya sekarang mengerti, itu namanya penyertaan Tuhan.

Kita selalu mengerti penyertaan Tuhan seperti ini: kalau kita susah, Tuhan menyertai; kalau kita sakit, Tuhan menyertai; kalau kita tersendiri, Tuhan menyertai; kalau kita takut Tuhan menyertai. Tetapi penyertaan Tuhan tidak terbatas hanya begitu saja. Tuhan menyertai pada waktu kamu menjadi saksi Kristus, waktu kamu sedang membicarakan cemburu ilahi, pada waktu kamu menegur jemaat. Di situ ada kuasa keadilan Tuhan menaungimu, dan takhta Tuhan berada di sini. “Tuhan, biar Engkau yang menjadi visiku. Engkau yang menjadi takhtaku, di mana aku melihat kuasa-Mu dan menyatakankehendak-Mu.”

Kita sangat memerlukan cemburu ilahi. Paulus berkata, ”Aku mempertunangkan kamu dengan Kristus sebagai seorang perawan suci. Jagalah kesucianmu, jangan menyeleweng seperti Hawa digoda oleh ular, sehingga tidak lagi setia kepada Tuhan Allah yang menciptakannya.”  Kiranya Tuhan memberkati kita dan memberi kita cemburu ilahi yang suci untuk menghadapi diri, menghadapi gereja, menghadapi generasi kita, dan menghadapi anak-anak yang diserahkan Tuhan kepada kita.

Amin.

 

Nama Buku        :  Pengudusan Emosi
Sub Judul          :  Kecemburuan Ilahi
Penulis              :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit            :  Momentum, 2011
Halaman            :  247 -274

 

Sumber : https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/kecemburuan-ilahi-artikel-pdt-dr-stephen-tong/662459567135833

Artikel Terkait :