Mendapat Sukacita Kudus

Sukacita yang suci, adalah emosi yang dikuduskan. Dari manakah kita bisa mendapatkan sukacita seperti ini?

1. Kedudukan Yang Baru di dalam Tuhan

Sukacita yang suci kita peroleh dari status atau kedudukan kita yang baru di dalam Tuhan. Alkitab mengatakan dalam Filipi 4 : 4 “Bersukacitalah di dalam Tuhan!” Bukan sembarang sukacita, tetapi sukacita “di dalam Tuhan.” Kata ini diulang sampai tiga kali di dalam Filipi 4 ini. Bersukacitalah di dalam Tuhan berarti sukacita yang benar hanya mungkin terjadi jika itu berada di dalam Tuhan. Di luar Tuhan tidak ada sukacita yang sejati, yang kudus, yang suci. Bagi Allah hanya ada dua eksitensi, yaitu : 1). Di dalam Adam; atau 2) di dalam Kristus Tuhan. Di dalam Adam, manusia akan binasa; di dalam Kristus, manusia mengalami kebangkitan. Di dalam Adam ada ketidaktaatan, di dalam Kristus ada ketaatan, di dalam Adam hidup berdosa, dan di dalam Kristus hidup benar, di dalam Adam kita adalah anak-anak berontak, di dalam kristus kita adalah anak-anak yang diperdamaikan dengan Bapa di sorga. Di dalam Adam kita adalah anak-anak setan, anak-anak dunia yang berdosa, sedangkan di dalam kristus kita menjadi anak-anak Allah. Hanya ada dua jenis eksistensi ini dihadapan Tuhan Allah.

Penginjilan berarti membawa orang berpindah dari status di dalam Adam menuju status di dalam Kristus. Penginjilan bukan membawa orang dari luar gereja masuk ke dalam gereja. Penginjilan berarti membawa orang keluar dari status menuju kebinasaan menjadi orang yang berstatus menuju sorga yang kekal di dalam Kristus. Itulah sebabnya, sukacita sejati adalah sukacita di dalam Tuhan (Yesus). Di saat itu kita sudah memiliki status yang baru, dosa kita sudah diampuni, dan kita sudah diperdamaikan kembali dengan Allah. Sekalipun kita masih hidup di dalam dunia yang penuh dengan kesulitan, tetapi kita sudah berada di dalam Tuhan. Sekalipun lingkungan kita sangat berbeda dengan status kita, sekalipun banyak kesulitan yang menghadang di depan, sekalipun kita harus menempuh bahaya, semua itu terjadi dalam kondisi kita tetap bersukacita, yaitu status baru di dalam Tuhan.

2. Menyimpan Firman di dalam hati

Kita bersukacita karena menyimpan Firman Tuhan di dalam hati kita (Yoh 15:11). Kaitan antara sukacita dan menyimpan firman dalam hati ini sudah diungkapkan oleh Kristus. Jika perintah Tuhan kita simpan di dalam hati kita, maka kita akan bersukacita. Saya percaya bahwa inilah perbedaan orang Kristen yang sungguh-sungguh dengan orang bukan Kristen. Orang Kristen yang sungguh, karena begitu rindu terus menerus menyimpan Firman Tuhan di dalam hatinya, sehingga setiap kali dia mendapatkan Firman Tuhan, dia akan penuh dengan sukacita.

Adakah kamu juga mendapatkan sukacita ketika mendengarkan Firman Tuhan? Adakah kamu mendapatkan sukacita ketika menyimpan Firman Tuhan dalam hatimu? Saya baru menerima sepucuk surat empat lembar dari seseorang perwakilan kedutaan besar Taiwan di Denmark. Dia mencari alamat saya dengan begitu susah dan mengirimkan ke saya. Dia mengungkapkan bahwa orang-orang Kristen di Denmark dalam statistik berpuluh-puluh persen, tetapi kebanyakan hanya datang tiga kali seumur hidup, yaitu pertama kali ketika baru lahir, di mana dia dibaptiskan oleh orangtuanya. Kedua kali adalah ketika menikah, mengharapkan berkat dari Tuhan, dan ketiga kalinya setelah dia mati, jenazahnya dibawa ke gereja untuk disemayamkan sebentar. Itu yang disebut sebagai four-wheel christian (orang Kristen empat roda). Ketika di Baptis, dia masih memakai kereta bayi dengan empat roda; ketika menikah memakai kereta kencana datang untuk diberkati; dan ketika meninggal memakai kereta jenazah yang juga memiliki empat roda. Dan dalam tiga kesempatan ini dia tidak ingin mendengarkan khotbah. Orang baru lahir belum bisa mendegar khotbah, ketika menikah tidak ingin mendengarkan khotbah, bahkan ingin agar khotbah cepat-cepat selesai, dan ketika mati sudah tidak bisa lagi mendengarkan khotbah. Inilah orang Kristen binasa. Saya sangat menghargai orang-orang yang begitu menghargai firman dan mau terus menerus mendengar berita firman yang baik. Dia memohon kalau bisa saya datang ke Denmark untuk memberitakan firman, sekalipun dia sadar orang di sana tidak merespon dengan baik. Saya belum menjawab undangan itu.

Seberapa sungguhkah orang Kristen mau mendengar firman? Dan jikalau ada orang-orang yang sungguh-sungguh mau mendengar firman, perlu ada orang yang sungguh-sungguh memberitakan firman dengan setia. Berbahagialah gereja yang di dalamnya masih ada orang-orang yang sungguh-sungguh memberitakan firman dengan akurat, baik, dan setia. Hargailah pendeta-pendeta yang berani menegurmu dan berani menyatakan kebenaran firman dengan setia, mau taat pada pimpinan dan perintah Tuhan, walaupun hal itu sangat tidak disukai oleh masyarakat. Saat ini, banyak gereja dan pengkhotbah yang hanya mau berita yang lucu, yang penuh canda, dan tidak berisi. Untuk  apa cerita-cerita seperti ini? Apakah hanya agar kita mendapatkan kesenangan? Apa gunanya ke gereja dan menjadi orang Kristen jika kita tidak mau serius mendengarkan, mempelajari, dan merenungkan Firman Tuhan di dalam hidup kita. Apa gunanya tahu kebenaran firman jika kita tidak memegangnya dan menjalankannya dalam hidup kita? Bagaimana kita akan bertemu dengan Tuhan kelak?

Tuhan berkata: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh 15 :11). Yang dimaksudkan dengan “semua itu Kukatakan…” adalah Firman Tuhan. Jika kita menyimpan Firman Tuhan dalam hati, dan betul-betul mentaatinya, maka kita akan dipenuhi dengan sukacita Kristus. Sukacita Kristus akan memenuhi hati kita dan melimpah dalam hidup kita. Firman itu sudah diberitakan, dan ketika kita menerima Firman, kita akan sekaligus menerima sukacita Kristus di dalam hati kita.

Kiranya di dalam hidup kita, kita boleh senantiasa memiliki sukacita Kristus, Ketika Tuhan Yesus mau ditangkap. Dia begitu tenang. Dia tetap bersukacita. Firman Tuhan mengatakan : “Hari ini adalah harinya Tuhan, mari kita bersukacita” (Maz 118 : 24). Ayat ini telah dijadikan lagu Sekolah Minggu. Lalu dengan semaunya dan tanpa pengertian yang beres, mengganti kata “hari ini” dengan hari Senin, hari Selasa, dan seterusnya. Ini bukan sembarangan hari. Ayat itu merupakan nubuat yang menunjuk kepada satu hari yang sangat khusus, yaitu hari dimana Kristus dihakimi. Itu adalah satu-satunya hari di sepanjang sejarah, di dalam seluruh alam semesta, yaitu hari Anak Domba Allah disembelih, dipaku di kayu salib. Dan sebelum hari itu selesai, Dia harus sudah diturunkan dan dikuburkan. Dan itu boleh membawa sukacita besar bagi manusia. Betapa dasyatnya sukacita Kristus yang diberikan kepada kita.

Ketika Firman Tuhan ada di dalam hati kita dan memberikan sukacita kepada kita, maka sukacita itu menjadikan sukacita yang suci, karena Firman Tuhan itu adalah firman yang suci. Orang yang hatinya dipenuhi dengan firman, pikirannya terus memikirkan firman, maka dia akan mengalami suatu sukacita yang berlainan dari sukacita orang dunia. Saya rasa itu adalah satu kebahagiaan  hamba Tuhan yang betul-betul hidup bergaul dengan firman dan mencintai firman. Sukacita itu akan memenuhi dirinya sebelum dia kabarkan kepada orang lain. Seorang hamba Tuhan yang senantiasa mempelajari firman, merenungkan firman, lalu menyimpannya dalam hatinya, maka sukacita itu akan terus memenuhi hatinya.

3. Meninggikan dan Mengutamakan Tuhan

Bukan saja demikian,  ketika kita membesarkan dan mengutamakan Tuhan, maka kita akan menikmati sukacita yang luar biasa dari Tuhan. Dimanakan Tuhan di dalam hidup kita. Dimanakah kita memposisikan Tuhan Allah di dalam hidup dan hati kita? Kalau kita menempatkan Tuhan Allah pada posisi utama dan tertinggi dalam hidup kita, itulah posisi Tuhan yang sebenarnya. Tuhan harus mendapatkan posisi terpenting, terutama dalam hidup kita masing-masing.

Orang yang mengutamakan Tuhan hidupnya tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan. Orang yang mengutamakan Tuhan, seluruh aspek hidup, sampai yang terkecil sekalipun, pasti akan ditolong oleh Tuhan. Ungkapan ini keluar dari mulut seorang wanita, yaitu Maria, seorang perawan yang dipakai Allah unttuk mengandung Yesus Kristus. Maria adalah seorang gadis yang menderita begitu berat, karena harus menanggung beban dan penderitaan tanpa bisa membela diri. Dia harus mengandung tanpa menikah. Kondisi ini merupakan penyiksaan keperawanan yang paling besar. Penderitaan ini merupakan penderitaan batin yang sangat berat yang harus ditanggung oleh seorang perawan. Dan inilah yang Tuhan perkenankan untuk dialami oleh Maria.

Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah dia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.“ Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah. Juruselamatku sebab Dia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun temurun atas orang yang takut akan Dia” (Lukas 1 :41-50).

Kalimat yang diungkapkan oleh Maria di atas ini disebut The Magnificat, yaitu suatu ungkapan hati yang membesarkan Tuhan Allah. Di dalam seluruh Alkitab hanya ada satu ungkapan Magnificat ini. Maria mengatakan “Jiwaku memuliakan (membesarkan) Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah.” Memuliakan Allah terkait erat dengan hati yang bersukacita. Hati Maria membesarkan Allah, mengagungkan Allah, dan jiwanya penuh dengan sukacita.

Mengapa hati kita sulit bersukacita dan sering kali kehilangan sukacita? Itu karena kita terlalu banyak memperhatikan hal-hal yang rendah dan remeh; kita tidak mengutamakan Tuhan yang agung. Jikalau kita mengagungkan Tuhan, maka sukacita itu tidak akan hilang dari hidup kita. Ini suatu rahasia kehidupan. Diseluruh Alkitab hanya ada satu wanita yang boleh mengatakan kalimat yang sedemikian agung “hatiku mengagungkan Tuhan, maka jiwaku penuh dengan sukacita.” Barang siapa mengutamakan Tuhan, pasti Tuhan akan memberikan sukacita di dalam hatinya, sekalipun lingkungannya sama sekali tidak mendukung. Barang siapa hanya bisa mengagungkan uang, uang, dan uang, atau hanya mengagungkan manusia saja, dia bukan orang yang agung, dan tidak akan mempunyai sukacita yang sejati.

Katika saya berkhotbah di Manila beberapa tahun yang lalu, saya mengatakan : “Celakalah kamu hai orang-orang kaya, jika kamu hidup tidak jujur, tidak suci, dan tidak benar di hadapan Tuhan, kamu akan kehilangan sukacita di dalam hidupmu.” Saat itu saya tidak tahu kalau yang mengundang saya tinggal kerumahnya adalah seorang yang sangat kaya. Dan saya menduga bahwa dia akan marah ketika mendengar khotbah yang begitu keras. Tetapi saya terkejut, karena dia mengatakan: “Pak Tong, saya sungguh sangat bersyukur khotbahmu tadi, karena kita di Manila selalu mendengar khotbah pendeta yang hanya menyenangkan orang kaya. Akhirnya kami, orang-orang kaya, sangat menghina hamba-hamba Tuhan itu. Mereka bagaikan anjing yang ekornya digoyang-goyang dihadapan tuannya. Akibatnya, kami tidak pernah mendengar teguran, apa yang Tuhan ingin kami kerjakan. Mereka datang kepada kami hanya untuk mencari uang, minta dukungan untuk sekolah ke Hong Kong atau tempat lain. Tetapi malam ini khotbahmu menggugah kami, bagaimana kami harus hidup takut akan Tuhan.

Manusia mengagungkan Tuhan bukan karena Tuhan memerlukan keagungan. Bukan juga karena Tuhan Allah kekurangan keagungan sehingga mencari keagungan dari manusia. Tetapi justru karena Allah adalah Allah yang agung, sehingga kita wajib dan harus mengagungkan-Nya. Kita memberikan keagungan yang sepatutnya dan harus setara dengan keagungan Tuhan itu sendiri. Mengagungkan yang tidak mencapai keagungan Tuhan adalah suatu sikap yang belum sungguh-sungguh mengagungkan Tuhan. Kita harus menghormati Tuhan karena memang Dia adalah Allah yang harus dihormati. Marilah kita berjanji dihadapan Tuhan, bahwa sejak saat ini kita mau belajar untuk menghormati dan mengagungkan Tuhan sesuai dengan kehormatan dan keagungan-Nya. Dan dengan demikian kita akan merasakan sukacita karena kita telah mengutamakan Tuhan.

Dalam Yohanes 3:29-30 dikatakan: “Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Dia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Yohanes menekankan bahwa dia sendiri harus semakin kecil, sementara Tuhan Yesus harus semakin besar. Dan itulah sukacita yang dia alami. Orang seperti Maria dan Yohanes adalah teladan bahwa orang percaya harus memuliakan dan membesarkan Kristus. Yohanes melihat bahwa Kristus adalah mempelai laki-laki yang senantiasa dinantikan oleh mempelai wanita.

Ketika Yohanes mengajak murid-muridnya untuk memandang dan membesarkan Kristus, hal itu tidak menguntungkan dirinya. Dia akan menjadi semakin kurang populer dan murid-muridnya akan beralih kepada Kristus. Itulah alasan mengapa Yohanes dipanggil. Ini konsep panggilan sejati. Yohanes dipanggil bukan untuk membesarkan dirinya sendiri, menarik semua orang datang kepadanya, lalu memberikan keuntungan dan popularitas bagi diri dan namanya, sehingga namanya semakin terkenal dan semakin dicari orang. Tidak! Yohanes justru dipanggil untuk memperkenalkan Kristus.

Hamba Tuhan yang baik tidak membawa orang datang kepada dirinya sendiri, tetapi membawa orang kepada Kristus, untuk memuliakan dan membesarkan Kristus. Hamba Tuhan yang baik tidak banyak menonjolkan diri sendiri, atau bercerita tentang riwayat diri sendiri. Hamba Tuhan yang baik selalu memperkenalkan Kristus dan membesarkan nama-Nya. Hamba Tuhan yang baik ingin orang-orang dunia boleh mengenal Kristus, dan datang kepada Kristus, menjadi murid Kristus, dan menjalankan kehendak dan perintah Kristus. Biarlah pada saat itu nama kita semakin kecil dan nama Kristus semakin besar. Saat itu sukacita kita menjadi penuh. Itulah sukacita Yohanes, dan juga sukacita setiap kita yang memandang kepada Kristus.

Ketika seorang pendamping mempelai mendengar suara mempelai, dia begitu bersukacita. Itu berarti dia bersukacita jika yang memang harus diutamakan itu diutamakan, bukan diri kita. Ada orang yang mengatakan bahwa ketika dia sedang memerankan seorang tokoh dalam sebuah cerita itu, dan bukan dirinya. Dia bisa menjadi seorang pemain lakon yang sungguh-sungguh menampilkan gambaran dari lakon tersebut. Dan itu membuat dia sangat bersukacita. Itu berarti dia telah sukses memerankan peran dalam cerita itu. Kalau orang masih melihat dirinya, itu berarti dia gagal memerankan itu.

Di dalam sastra Tionghoa ada sebuah cerita. Jin Kuei adalah seorang penghianat di dalam dinasti Sung. Karena dia ingin menyenangkan raja, dia mencari cara untuk mencelakakan seorang jenderal yang begitu hebat dan patriotik. Jenderal itu bernama Ie Phei. Jin Kuei sangat iri kepadanya, maka dia melontarkan fitnah yang sangat merusak nam Ie Phei di hadapan raja, sampai Ie Phei dipanggil pulang dan dihukum mati. Ie Phei dihukum mati dengan cara yang kejam sekali, yaitu tubuhnya dibalur dengan perekat yang kuat lalu diikat dengan tali. Setelah perekat itu mengering dengan tali dan kulitnya, maka tali itu kemudian dibuka, dan dengan demikian kulitnya tercabik, seperti manusia yang dikuliti hidup-hidup. Orang banyak menangis melihat kekejian seperti itu. Karena jenderalnya pulang, maka tentara akhirnya tidak bisa bertahan melawan musuh dan negara itu akhirnya hancur. Rakyat benci sekali kepada Jin Kuei dan bertekad menjadikan dia musuh bangsa sampai selama-lamanya. Maka di Tiongkok, kalau ada cerita sejarah dimainkan, maka siapapun yang memerankan Jin Kuei, sekalipun sudah di luar pentas, orang itu tetap dibenci orang, karena dia memerankan Jin Kuei. Saat pementasan, ketika Jin Kuei sedang melontarkan fitnah dihadapan raja, penonton begitu marah, mengambil pisau, dan mau melempar serta membunuh Jin Kuei, padahal bukan Jin Kuei yang sesungguhnya. Itu berarti si aktor sudah berperan sebagai pemain lakon yang sukses.

Semua pelayan harus demikian, semua pendeta juga harus demikian. Bukan diri kita yang ditonjolkan, tetapi Kristus yang harus diutamakan. Dengan demikian, orang yang melihat pelayanan kita akan datang kepada Kristus. Orang-orang yang mendengar pelayananmu dan khotbahmu akan menangisi dosanya dan kembali kepada Kristus untuk memohon pengampunan dosa. Bukan kesuksesan kita sebagai pendeta, bukan kesuksesan kita melayani, sebaliknya biarlah nama Tuhan Yesus saja ditinggikan dan dibesarkan. Let Him be Magnified. Inilah mental pelayanan Yohanes Pembaptis.

Jikalau pada suatu hari saya melihat ada murid-murid saya yang lebih besar, lebih dipakai Tuhan, lebih berkuasa daripada saya, maka saya akan bersyukur kepada Tuhan. Sayang sampai sekarang saya belum melihat hal itu. Yang ada adalah orang yang baru belajar sedikit sudah sombong, baru sukses sedikit sudah merasa sangat hebat. Kalau suatu saat saya melihat ada bala tentara sorga yang bekerja bagi kemuliaan Tuhan, saya akan sangat bersyukur kepada Tuhan. Biarlah kita bersama-sama membesarkan dan mengutamakan Kristus. Orang-orang seperti ini sukacitanya tidak pernah habis sepanjang hidup.

Sukacita ada pada orang yang tidak mempunyai musuh, orang yang tidak mengutamakan diri, dan orang yang tidak merebut kemuliaan Tuhan. Biarlah Tuhan saya yang dipermuliakan. Soli Deo Gloria. Orang seperti ini tidak mungkin tidak ada sukacita, karena dia tidak memiliki ambisi apa-apa yang ingin dia rebut untuk kemuliaan dirinya. Yang ada hanyalah keinginan untuk memuliakan dan membesarkan Kristus. Salah satu ciri khas gereja yang diberkati adalah jika orang-orang yang melayani, termasuk yang menjadi majelis atau tidak menjadi majelis, tidak memperebutkan apa-apa. Tidak ada keuntungan yang direbut untuk kepentingan diri, sebaliknya semuanya memperjuangkan kepentingan pekerjaan Tuhan semata. Kalau di dalam pelayanan gereja, orang-orang yang melayani tidak mendapatkan keuntungan apapun untuk kepentingan sendiri, hanya untuk membesarkan nama Tuhan, maka gereja itu akan sangat diberkati oleh Tuhan. Dan gereja seperti itu akan disucikan dan menikmati sukacita. Orang yang mau melayani seperti ini, di dalam hatinya akan dipenuhi sukacita yang tidak dimengerti oleh orang lain. Hanya orang-orang yang sama-sama melayani seperti ini yang mengerti sukacita penuh yang Tuhan sediakan bagi mereka yang mengutamakan Dia. Orang yang hanya mau mencari pamrih, mau menonjol di depan, mau naik mimbar, mau mendapatkan keuntungan keuangan atau posisi, tidak akan mendapatkan sukacita. Orang-orang seperti  ini tidak akan mengalami sukacita.

Maria berkata: “Aku mengutamakan Dia, maka jiwaku bersukacita karenanya.” Yohanes berkata: ” Aku mendengar suara mempelai laki-laki… dan aku bersukacita dan sukacitaku penuh.” Inilah teladan orang-orang yang mau membesarkan Kristus.

Nama Buku        :  Pengudusan Emosi
Sub Judul           :  Sukacita Yang Kudus
Penulis                :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit              :  Momentum, 2011
Halaman           :  53 -66

Artikel Terkait :