4. Menjalankan Kehendak Tuhan

Ketika kita menjalankan kehendak Tuhan, maka kehendak dan pimpinan Tuhan akan memenuhi hati kita. Jika engkau memegang perintah-Ku dan menjalankan firman-Ku, maka sukacitaku akan semakin berlimpah. Itulah perkataan Yesus. Dan itu diikat dengan satu pernyataan, “saling mengasihi.”

Kita sering kali lebih suka mendendam, iri hati, juga lebih senang mencari kesalahan dan kekurangan orang lain, lalu memberikan topeng kepada diri seolah-olah kita mewakili keadilan Tuhan Allah.

Mengapa kita tidak lebih suka menjadi wakil kemurahan dan cinta kasih Allah? Karena kita lebih suka menjadi wakil keadilan Allah untuk mengorek-ngorek dan mencari-cari kesalahan orang lain., bagaikan dokter yang pandai mendiagnosis penyakit, tetapi tidak mampu menyembuhkan. Orang yang bisa mengasihi dan mengampuni orang lain lebih agung daripada orang yang hanya bisa melihat kesalahan orang lain. Dunia ini memerlukan jaksa, memerlukan hakim, tetapi juga memerlukan pengampunan dari Juruselamat. Orang pandai mengetahui di mana letak kesalahannya, tetapi orang agung tahu bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Orang pandai mengetahui dosa ada di mana, tetapi orang agung mengetahui pengampunan ada di mana. Jikalau dunia penuh dengan orang pandai, maka dunia akan sedikit berkurang akan dosa, tetapi jika di dunia tidak ada orang agung, maka tidak ada yang mengetahui bagaimana pengampunan boleh mengampuni dosa, sehingga dunia tidak punya pengharapan. Yesus adalah Hakim terbesar, tetapi Yesus juga adalah Juruselamat bagi manusia yang berdosa. Urutannya menunjukkan bijaksana Allah. Mulai dari Juruselamat, baru Hakim, bukan sebaliknya. Yesus berkata : “Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.” (Yoh 12 : 47). Hanya mereka yang tidak menerima pengasihan Tuhan Yesus, akan mengalami penghakiman Tuhan Yesus di hari kiamat nanti. Urutan ini jelas. Perlu menyatakan keadilan dahulu baru kasih, tetapi pemberian pengampunan dulu baru penghakiman (to reveal the righteous first than love, but to give redemtion first than condemnation). Salah dalam urutan ini akan menimbulkan kekacauan. Cara Tuhan  menyatakan diri adalah menyatakan keadilan-Nya terlebih dahulu, baru kemudian menyatakan kasih. Karena tanpa mengerti keadilan Allah terlebih dahulu, manusia tidak akan bisa mengerti dan menghargai kasih dan kemurahan Allah. Tetapi di dalam menjalankan keadilan, Allah terlebih dahulu menawarkan pengampunan-Nya, baru menjalankan penghakiman dan penghukuman-Nya. Inilah cara Tuhan bekerja.

Marilah kita belajar mengasihi, saling mengasihi. Karena inilah yang Allah ajarkan kepada kita. Allah  mengasihi Kristus, dan Kristus mengasihi kita. Sebagaimana Allah menyediakan Kristus sebagai Juruselamat, maka kita harus mengampuni orang lain terlebih dahulu (Mat 6 : 12). Maka sukacita itu akan penuh di dalam hati kita.

Sukacita akan penuh dalam hati orang-orang yang mengasihi orang lain. Orang yang membenci orang lain tidak akan mempunyai sukacita. Semakin membenci, dia akan semakin kehilangan sukacita.  Semakin seseorang membenci orang lain, dia akan semakin menjerumuskan dirinya sendiri. Dia akan terikat oleh kebencian, kepedihan dan kepahitan, dan akhirnya tidak tertolong lagi. Sebaliknya, ketika kita mengasihi orang, kita akan merasakan sukacita, karena mengasihi adalah suatu pemberian, suatu pembagian hidup (share of life). Ketika kita memberi kepada orang lain, kita akan mendapatkan sukacita yang lebih besar. Mengapa manusia tidak suka memberi? Dan mengapa manusia lebih suka menerima? Jikalau kita menerima uang ratusan juta rupiah, kita menjadi sangat bersukacita. Tetapi kalau memberikan seribu rupiah kepada orang lain, kita sudah merasa sakit. Bersukacitalah jika kita boleh mengasihi orang lain. Ketika kita menjalankan perintah ini, maka Tuhan Yesus akan beserta dengan kita.

5. Berbuah Injil

Bersukacita karena kita boleh berbuahkan injil. Membawa orang bisa mengenal Tuhan, membawa orang kembali kepada Tuhan, adalah suatu sukacita yang tak terkira. Ketika kita melihat seseorang diperanakkan pula dan mendapatkan hidup yang baru di dalam Kristus, itu adalah suatu sukacita yang kekal. Itu berarti kita sudah berbuah. Paulus berkata bahwa dia berkali-kali ingin ke Roma supaya mendapatkan buah di antara orang-orang di Roma, seperti juga di kota-kota yang lain (Roma 1 : 13). Dan Paulus mengatakan bahwa setiap kali dia melihat buah-buah Injil yang ada, dia bersukacita, dia mencucurkan air mata sukacita. Paulus senantiasa mengingat rekan kerjanya. Timotius, yang bagaikan anaknya sendiri. Paulus berbuah di dalam pelayanannya. Dia mendapatkan orang-orang yang dia injili sampai mereka menjadi orang Kristen yang bisa melayani dengan sungguh. Kemudian Paulus mengingat mereka, dan setiap kali mengingat mereka, dia mendoakan mereka dengan  penuh sukacita. Itulah sukacita abadi, karena berbuah di dalam Kerajaan Sorga. Siapakah di antara kamu yang selama ini telah membawa orang-orang lain untuk mengenal Tuhan, sampai dia menjadi orang Kristen? Orang-orang seperti ini pasti menikmati sukacita yang tidak bisa dirasakan oleh orang-orang yang belum pernah berbuah.

Ketika seorang gadis yang belum menikah melihat rekannya yang akan menjadi ibu sedang kesakitan karena melahirkan, dia menjadi ketakutan. Dia merasa beruntung karena belum menikah dan belum mempunyai anak. Perempuan yang tidak menikah dan tidak melahirkan anak mungkin bisa menghina mereka yang menikah dan melahirkan anak. Tetapi mereka tidak pernah memahami besarnya sukacita setelah melewati kesulitan dan kesakitan melahirkan, melihat lahirnya anak itu. Tuhan Yesus mengatakan bahwa sebelum melahirkan seorang perempuan mengalami sakit bersalin, tetapi setelah melahirkan, dan melihat wajah anaknya, dia segera melupakan penderitaan dan kesakitannya, dan digantikan dengan sukacita besar (Yoh 16 : 21). Yesus bukan perempuan, mengapa Dia tahu hal ini? Yesus belum pernah melahirkan, mengapa Dia bisa mengungkapkan sedemikian? Itu karena Dia adalah Pencipta semua perempuan. Dia adalah Pencipta semua manusia. Seorang wanita telah melihat wajah anaknya yang baru dilahirkan, segera melupakan semua ketakutan, kesakitan, dan penderitaan selama melahirkan. Demikianlah orang yang memberitakan Injil, mungkin dia dihina, ditentang, dilawan oleh orang yang mendengar berita injil. Tetapi jika  kemudian orang tersebut menerima, menyadari dosanya, bertobat, dan dilahirkan kembali, kita akan merasakan sukacita luar biasa, yang tidak mungkin dimengerti oleh orang yang tidak pernah memberitakan Injil. Charles Spurgeon mengatakan: “Seandainya saya adalah seorang yang paling egois di dunia, saya tetap akan memilih untuk memberitakan Injil kepada orang lain di dunia ini.” Kamu tidak akan pernah merasakan sukacita orang yang menerima Injil jika kamu tidak pernah memberitakan Injil. Kamu tidak akan pernah mendengar orang berkata kepadamu : “Aku bersyukur kepada Tuhan, karena kamu telah memberitakan Injil kepadaku, sehingga sekarang aku boleh menerima Tuhan Yesus.” Ketika kamu mendengar orang berkata sedemikian, betapa sukacitanya kamu. Apalagi  kalau orang itu dulu pernah menyiksa kamu karena Injil yang kamu beritakan. Pada saat kita mendengar kesaksian dari buah Injil yang kita beritakan, maka sukacita itu tidak mungkin bisa diganti dengan apa pun juga. Jika saya seorang egois, demi mendapatkan sukacita dasyat seperti itu, saya tetap akan memberitakan Injil.

Di dalam sebuah buku tentang penginjilan, diceritakan tentang seseorang yang akan dihukum mati. Sebelum dihukum mati dia mengatakan: “Saya tidak tahu apa sebabnya orang Kristen tidak mau mengabarkan Injil. Saya sekarang tidak mempunyai kesempatan hidup lagi, karena saya harus dihukum mati akibat dosaku yang begitu berat. Saya bersyukur bahwa sebelum saya dihukum mati, saya telah menerima Tuhan Yesus. Saya sekarang tahu apa bedanya menerima dan menolak Tuhan Yesus. Saya sekarang tahu apa artinya sudah diampuni dosanya ataupun tidak diampuni. Jikalau saya mempunyai kesempatan hidup, sekalipun saya harus berlutut di atas pecahan kaca untuk memberitakan Injil, saya mau melakukannya, karena itu memberikan suatu kebahagiaan besar saat seorang berdosa boleh diselamatkan.” Inilah sukacita yang saya lihat dari Alkitab. Memang masih banyak pengungkapan Alkitab tentang sukacita, tetapi kita telah melihat lima hal berkaitan dengan sukacita sejati yang kudus. Kiranya pengertian sukacita ini bisa mendorong kita menjadi orang Kristen yang lebih baik.

Kiranya Tuhan memberkati kita, menegur dan menguatkan kita, memberikan inspirasi dari firman-Nya, sehingga kita boleh semakin bertumbuh, memiliki emosi yang disucikan, sehingga berkenan dihadapan Tuhan. Amin

 
Nama Buku        :  Pengudusan Emosi
Sub Judul           :  Sukacita Yang Kudus
Penulis                :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit              :  Momentum, 2011
Halaman           :  66 -71

Artikel Terkait :