Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

Tanya : Di acara Riddles of the Bible, National Geographic Channel terdapat banyak arkeolog yang meragukan peristiwa perbudakan orang Israel di Mesir, sepuluh tulah… adalah fakta sejarah. Bagaimana orang Kristen menanggapi keraguan ini?

Jawab : Wahyu Tuhan tak mungkin menipu. Inilah dasar dari iman kita. Jadi, kalau saja hampir tak ada orang di dunia ini yang percaya ada kebenaran, orang Reformed tetap percaya, firman Tuhan adalah kebenaran. Seorang bertanya pada saya: “pak Tong, bagaimana tanggapan anda tentang statemen Stephen Hawking, Allah tidak menciptakan dunia ini?” “gampang, Allah telah menciptakan manusia. Dan diantara manusia yang Dia cipta terdapat seorang yang mengatakan, Allah tidak mencipta”. Tapi ingat, kau percaya – tidak percaya tak akan mempengaruhi fakta bahwa Dia adalah Pencipta. Jadi, Kita tak perlu risau oleh pendapat seperti itu. Sebab the faith itself is truth. Saat orang mencela: iman Kristen tidak masuk akal. Saya suka membalikkannya: akal manusia tak mungkin mengerti semua fakta. Orang dunia memang sulit untuk bisa menerima ajaran Kristen, tapi setelah diterangi oleh wahyu Tuhan, jadi lebih tidak mudah untuk menerima prisaposisi: tidak ada Allah. Kita tahu, baik National Geographic Channel, Discovery Channel maupun sistem pendidikan Modern dan Post Moden mencerminkan apa yang tertulis di Alkitab, di akhir zaman, hati manusia yang sudah tercemar tak mau percaya.

Jadi, bukan tak bisa tapi tak mau percaya. Itu sebab, Tuhan membiarkan pikiran yang salah muncul di dalam mereka, membuat world view mereka tak didasari pengertian yang netral dan akurat, membuat mereka menafsirkan segalanya dengan kacatamata berwarna. Kalau kau mengenakan kacamata berwarna biru, maka semua yang kau lihat jadi biru. Dan sesungguhnya, bukan semuanya berwarna biru, tapi kacamatamu berwarna biru. Kalau Tuhan membiarkan world view-mu ternoda, interpretasimu terhadap alam semesta pasti menyimpang. Maka jangan kau mempercayai National geographic yang semakin hari semakin dikuasai oleh orang-orang akademis yang tak punya iman sejati.

Perlu saya tegaskan, academic is merely an enslavement for your original conviction. Jadi jangan mengira semua hal yang kau dapat dari sekolah tinggi itu benar. Sebenarnya, sekolah tinggi hanya membuktikan kau pernah mempelajari sesuatu. Dari manakah seorang mendapatkan pengetahuan? Dosen, buku, sejarah, kebudayaan bangsa yang sudah ternoda oleh kepercayaan yang kaku, sempit, terbatas dan tak mau diubah.

Orang Islam tak mungkin percaya Allah yang Tritunggal, maka mereka studi di Universtitas di Cairo, di Baghdad, di Turki…, meraih pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya untuk mengukuhkan keyakinan mereka Allah itu bukan Tritunggal dengan kutipan yang mereka ambil buku-buku akademis. Jadi studi hanya melayani keyakinan mereka yang tak mau percaya akan Allah Tritunggal. Maka semakin mereka belajar semakin sulit diinjili. Karena conviction is overruling their understanding. Their academical study is merely to be enslaved by the bondage of their conviction.

Jadi, benarkah ada orang yang pernah diperbudak di Mesir? Pasti ada. Apa itu berarti kecuali pemimpin negaranya bangsa Mesir, selebihnya adalah budak? Tidak! Mungkin hanya sekian persen. Percaya ada atau tidak percaya adanya hal itu bukan diputuskan oleh orang yang tidak percaya, tapi diterima oleh orang percaya. Jadi, apakah sepuluh tulah, orang Israel diperbudak, mujizat… yang tertulis di Kitab Keluaran itu adalah fakta sejarah? Ingat: penelitian masih terus berlangsung. Jadi terlalu dini untuk mengatakan ya atau bukan. Tapi menurut Gotthold Ephraim Lessing, filsuf dan teolog Jerman: sejarah yang sudah berlalu tak mungkin bisa diulang. Jadi mau membuktikan sejarah memang sulit. Tapi tentu ada gejala dan esensi yang dapat kita pegang. Itulah benih yang dapat merangsang kita melakukan comparison study of religion.

Saya percaya, semua yang Alkitab tulis benar adanya. Dan ingat: arkeolog yang beriman berusaha mencari dan membuktikan hal itu memang pernah terjadi. Tapi arkeolog yang tak beriman, berusaha mencari dukungan yang mengatakan hal itu tak pernah terjadi. Riddles of the Bible adalah salah satunya. Tapi jangan lupa, Mesir punya kebudayaan yang sangat agung, orang Mesir juga sangat pintar. Karena 4000 tahun silam, mereka sudah bisa menyaring emas yang kemurniannya melebihi emas 24 karat dari London 999 zaman ini, yang ditemukan pada pembungkus mumi dari Tutankhamun. Juga bangunan Piramid yang begitu kokoh, meski usianya sudah hampir 4500 tahun, belum runtuh. Bahkan sempat memegang rekor bangunan tertinggi selama empat ribu tahun. Baru pada th.1889, digantikan oleh Eiffer Tower di Paris. Bisa bayangkan tidak, berat dari setiap batu di Piramida adalah 2500 kilo, bagaimana caranya mereka menaikkan batu-batu itu ke ketinggian seratus lima puluh lima feet; + 42 lantai? Apalagi batu penutup kubur dari Firaun terbesar yang terletak di tengah-tengah Piramida, yang beratnya 320 ton. Jadi, Katedral Mesias tak terhitung apa-apa. Karena batu terberat di seluruh bangunan ini adalah patung ukiran Venus de Milo 886 kilo plus stand-nya + 400 kilo – hanya 1286 kilo saja. Tapi kita mengangkatnya dengan susah-payah. Tapi mengapa bangsa Mesir punah? (Perhatikan: orang yang sekarang bermukim di Mesir bukan keturunan orang Mesir kuno, melainkan bangsa Arab (91%) dan bangsa Coptic (+ 9 %)) Salah satu sebab adalah mereka memperbudak umat Tuhan.

Jadi, saya bukan menyoroti masalah apakah orang Israel pernah diperbudak di Mesir dari fakta sejarah, melainkan dari pimpinan Tuhan di dalam sejarah: umat Tuhan, yang menerima janji penyertaan Allah dari Abraham, Isak dan Yakob; leluhur mereka itu meski pernah perbudak, populasinya juga begitu sedikit tapi tampil sebagai peraih Nobel Price terbanyak. Sementara Mesir punah. Maka jangan menghina apalagi memperbudak orang miskin, agar jangan Tuhan menghancurkan keturunanmu. Mari kita beriman pada Tuhan, jangan biarkan imanmu begitu mudah digoncang oleh hasil research dari orang-orang yang tak mau percaya Tuhan.

Tanya : Apa itu bahasa roh atau bahasa lidah?

Jawab: Arti aslinya: glosa; glosolali, memakai lidah untuk mengatakan sesuatu yang bermakna. Muncul di P.B. 50 kali dan tak satupun yang mengacu pada suara yang tak punya arti. Karena begi orang Gerika, istilah “lidah” mengacu pada bahasa yang seorang pakai. Maka saat orang mengatakan “lidahku ini lidah Jepang, Chinese, Indonesia…” yang dimaksud adalah aku berbicara dengan bahasa Jepang, Chinese, Inggris, Belanda…., bukan bahasa yang tak dimengerti orang.

Siapa yang menafsirkan bahasa roh adalah bahasa yang tak dimengerti? Orang Kristen yang bukan saja menafsirkan Alkitab dengan sembarangan bahkan berani mengklaim bahwa bahasa yang tak dimengerti itu adalah bahasa Roh Kudus. Coba tanyakan pada mereka: “dari mana mereka tahu itu adalah bahasa Roh Kudus?” jawabnya: karena aku tak mengerti, maka aku mengatakannya bahasa Roh Kudus. Apakah metode, devinisi dan motivasi mereka betul? Tidak! Maka sekarang, orang Karismatik yang terlibat glosolali tak berani banyak bicara. Karena dasar mereka sama sekali tidak Alkitabiah dan tidak kuat. Bahkan mereka berani menjadikan pengalaman diri sebagai dasar untuk mengajar orang berbahasa lidah. Padahal bahasa lidah tak mungkin kita dapat dari private lesson.

Di Alkitab tak pernah ada orang mengajarkan berbahasa lidah. Jadi, apa yang mereka ajarkan non Christian and non biblical. Mengapa ada saja orang Kristen yang mau belajar? Karena di gerejanya tak ada hal yang seperti itu. Jika demikian, apa yang kau inginkan: kebenaran atau bukan? Bukan; tapi keinginanmu sendiri. Permisi tanya, apakah Yohanes pembaptis adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus? Dia adalah satu-satunya orang yang dipenuhi Roh Kudus sejak di rahim ibunya. Dari mana kau tahu hal itu? Alkitab: Maria yang usia kandungannya lebih muda enam bulan itu berjalan kaki berhari-hari untuk menemui Elisabet, familinya. Saat Elizabet mendengar sapaan Maria, maka bayi yang Yohanes ada di rahim Elisabet melompat-lompat. Mengapa? Karena dia senang sekali. Mengapa senang? Karena dia yang dipenuhi Roh Kudus tahu Tuhannya datang.

Maka kita tahu, Yohanes pembaptis adalah satu-satunya manusia ciptaan (selain Yesus yang adalah Firman menjadi manusia) yang filled by the Holy Spirit even before his birth. Siapa yang dimaksud dengan Tuhannya? Yesus. Bahkan Elisabetpun menyebut Maria sebagai ibu Tuhanku. Ketahuilah istilah theotokos (bahasa Yunani. Arti: ibu dari Tuhan) hanya muncul satu kali di Alkitab. Tentu bukan berarti Maria melahirkan Tuhan, melainkan Tuhan dilahirkan lewat Maria. Karena Maria adalah manusia, dia tak mungkin melahirkan Tuhan. Tapi Tuhan meminjam rahimnya, agar Dia dapat lahir sebagai manusia.

Jadi orang Katholik menyebut Maria: you are the mother of God — tidak benar. Yang benar adalah the mother of my Lord, Maria melahirkan Tuhanku, saat Dia menjelma jadi manusia. Kesalahan Katholik ini sudah berlangsung lebih dari dua ribu tahun. Mereka percaya, Maria adalah mamanya Allah. Padahal arti sesungguhnya dari statemen itu: Dia yang Maria lahirkan bukanlah manusia biasa, melainkan manusia yang punya sifat Ilahi; Firman yang menjelma jadi manusia. Kita harus bias membedakan keduanya dengan jelas, agar kita dapat tetap setia pada kebenaran yang Alkitab wahyukan.

Peristiwa Yohanes pembaptis yang masih dirahim ibunya menyambut kedatangan Yesus yang juga masih di rahim ibunya dengan melompat-lompat itu dijadikan tema seni oleh beberapa pelukis. Di Sophilia Fine Art Center juga terdapat karya Morello, Da Vinci tentang tema itu. Di ruang Morello, pelukis Prancis, terdapat lukisan seorang yang anak yang sedikit lebih besar memandang pada anak lain yang usianya lebih kecil enam bulan darinya, yang sedang memegang seekor domba — indah luar biasa! Yang ingin dia nyatakan adalah: Jesus is the Lamb of God. Dan Yohanes pembaptis, seperti sedang berkata: I want to serve You. I am ready to die for You.

Kembali tentang bahasa roh. Apakah bahasa roh yang asli itu ada tidak? Pasti ada. Karena Alkitab mengatakannya. Ada tiga macam bahasa roh:

  1. Bahasa yang seorang pakai dalam doanya secara pribadi dengan Tuhan — misteri yang tak dapat kita ungkap. Saya tak akan menguraikan lebih detail.
  2. Bahasa roh di dalam pertemuan jemaat. Untuk itu, Paulus memberikan beberapa kreteria: dalam satu pertemuan, hanya boleh ada satu, dua orang menyampaikannya secara silih berganti. Bukan semua orang ramai-ramai berbahasa lidah. Dan di saat yang sama Roh Kudus juga memberi anugerah pada orang lain untuk menerjemahkannya. Sehingga seluruh jemaat mengerti apa yang dia katakan. Hal yang terjadi sebelum Kitab Suci selesai ditulis.
  3. Bahasa roh yang Roh Kudus beri untuk kebutuhan pendengar. Itulah yang terjadi saat ribuan orang-orang berkumpul di Bait Allah, di Yerusalem. Dan Petrus berkhotbah, tapi tanggapan pendengar: “mengapa kami mendengar dia berkhotbah dalam bahasa kami?” Padahal mereka adalah orang-orang Yahudi yang tak mengerti bahasa di negara asalnya. Karena mereka tinggal di Arab, Mesir, Finicia… lima belas negara yang bahasanya berbeda-beda. Tapi Roh Kudus mengubah bahasa Petrus jadi bahasa yang dimengerti oleh pendengarnya.

Bukan semua orang ramai-ramai berbahasa roh, Seperti yang kita saksikan di gereja Pentakosta, Karismatik… — itu menyimpang. Bahkan masih berani menyebut diri punya Roh Kudus dan menuding gereja lain, seperti Reformed, GKI, GPIB… tak punya Roh Kudus. Membuat gereja-gereja itu jadi minder, panik: mengapa kami tak punya – mereka punya? Padahal apa yang mereka punya itu palsu. Karena di zaman ini memang tak memerlukan hal itu lagi. Ingat: firman Tuhan adalah untuk dimengerti bukan untuk tidak dimengerti. Herannya, sifat agama manusia justru lebih tertarik pada hal yang tidak dia mengerti. Padahal Roh kebenaran bukan membunuh logika manusia, melainkan membawanya kembali pada kebenaran.

Tanya : Di tempat saya akan studi lanjut belum ada gerakan Reformed. Dapatkah saya request ke MRI di Hamburg untuk membentuk PRII, apa syaratnya?

Jawab : Saya sangat bersyukur pada Tuhan untuk orang-orang yang mengerti gerakan Reformed. Saya pernah mengatakan + tiga kali dari mimbar ini, dimana ada orang Kristen Indonesia berkumpul, di situ perlu GRII. Mengapa? Karena kalau di sana tak ada GRII, mereka sangat tersiksa, karena harus berbakti di persekutuan Indonesia yang berglosolali. Dan akitabnya, dua kemungkinan: dipengaruhi sampai iman Reformed-nya luntur bahkan hilang. Atau mencoba mempengaruhi mereka dan dibenci. Bagaimana menyelesaikan masalah saya ingin mempengaruhi mereka tapi sulit, mereka ingin mempengaruhi saya tapi saya tak mau?

Mendirikan PRII. Maka kalau kau studi di satu tempat, dimana ada tiga, lima orang yang berasal dari GRII, maka bentuklah persekutuan, agar kalian jadi akrab. Tapi apa jadinya kalau kau hanya seorang diri, tak mungkin membentuk PRII? Berbakti di gereja yang ada. Misalnya, saat kau ke San Fransisco, meski di sana tak ada cabang GRII tapi ada persekutuan Indonesia, pendetanya juga murid saya, yang menghormati saya. Berbaktilah di sana. Tapi kalau sekiranya kau menginginkan kelak bisa mengadakan PRII, maka katakan terus terang pada mereka: I am here only as a guest. Because I am going to establish Reformed fellowship.

Pernyataan itu mungkin mengejutkan mereka. Dan mungkin, perlakuan mereka terhadapmu tak begitu bersahabat…. biarkan. Sampai sudah ada beberapa orang Reformed studi di sana, kau bisa mengumpulkan mereka untuk membaca Alkitab, PA, doa…. mulai persekutuan Reformed, mereka sudah tak kaget. Berbeda halnya kalau kau berbakti di persekutuan Indonesia, bahkan sudah ikut melayani di Sekolah Minggu…. tapi kemudian kau menemukan khotbahnya kurang beres, buku-buku Stephen Tong ditarik dari perpustakaan….

Dan waktu ditanya: mengapa? Jawab mereka, kami menganut paham baptis selam, buku Stephen Tong jadi ancaman bagi kami. Lalu kau mengajak orang-orang Reformed keluar dari persekutuan itu, mereka akan menudingmu memecah-belah gereja dan memusuhimu. Jadi, kalau kau memang merasakan pimpinan Tuhan untuk mengadakan PRII, the best policy is honest, berterus-terang pada mereka, buat mereka kaget. Dan saat PRII dimulai, undanglah pendeta di sana datang. Kalau mereka sportif, tentu akan mengirimkan ucapan selamat. Kalau tidak, mungkin dia akan memusuhimu, bahkan mengajak semua jemaat memusuhimu. Inilah manusia: saat tujuan asalnya tak tercapai, persahabatanpun berakhir.

Pertanyaannya: bagaimana memulai PRII? Hidupmu harus beres, suci, cinta Tuhan, mau menyangkal diri, jadi teladan. Contoh, Willy, seorang yang sudah berkeluarga, tapi menyerahkan diri jadi hamba Tuhan dan tahun ini akan studi di STTRII. Dia berasal dari Surabaya, sejak kecil sudah mendengar khotbah saya. Saat dia pemuda, saya tahu dia adalah anak yang jujur dan bersungguh-sungguh. Kemudian dia pindah ke Salt Lake City dan mengumpulkan beberapa orang di sana untuk memulai persekutuan. Sekarang persekutuan itu sudah meningkat jadi MRI. Mereka tak punya pendeta, tapi David Tong melayani di Philadelphia, ke Boston, ke Salt Lake City, Los Angels… tanpa kiriman dana dari pusat.

GRII memang berbeda, tidak seperti gereja-gereja lain yang mengirimkan banyak uang untuk gereja cabangnya, agar dapat berkembang dengan cepat. Melainkan melatih mereka berjuang untuk bisa mendiri. Maka sekarang, kita sudah punya cabang di Los Angeles, Salt Lake city dan Boston. Setelah ada MRI atau GRII di Amerika, semua gereja Indonesia di sana yang dulunya mendukung KKR saya, sekarang tidak lagi, bahkan menghasut jemaatnya agar tak datang ke KKR saya. Kita tak peduli akan perkenanan orang, hanya ingin memberikan ajaran yang benar. Memang pernah terjadi, seorang menyatakan keinginannya untuk mengadakan PRII dan minta kaset khotbah saya, ternyata dia punya motivasi lain, ingin jadi pemimpin orang-orang Indonesia di sana. Tapi karena dia bukan pendeta, tak punya bahan khotbah, maka menggunakan kaset saya untuk menarik orang datang lalu taat padanya. Apa jadinya kalau setelah orang-orang berkumpul, mendengar khotbah saya lalu di kemudian hari dia menjadikannya sebagai persekutuan Karismatik? Maka kami tak lagi mengirimkan kaset pada mereka. Karena rekaman khotbah saya hanya diberikan pada orang-orang yang betul-betul mau sinkron dengan pusat dan punya tujuan yang jelas: membentuk gerakan Reformed injili. Jadi, syarat untuk mengadakan PRII adalah: kau betul-betul Reformed, jujur, kesaksian hidupmu baik, mau berkorban; meluangkan waktu untuk pekerjaan Tuhan. Kalau perlu, membezuk dan menghibur jemaat yang susah. Mau sinkrun dengan Pusat dan mendapat izin dari Pusat untuk mengadakan PRII.

Tanya : Bagaimana caranya mempunyai kesaksian hidup yang positif, yang dapat membawa non Kristen pada Kristus?

Jawab : Para salesman pasti tahu tentang why people buy, why they pay more? Barulah dia dapat meyakinkan orang membeli barang yang dia tawarkan. Itu sebab, salesman diberi pelatihan untuk memaparkan keunggulan dari barang yang dia jual, membuat orang tertarik untuk membeli, tanpa peduli berapa besar biaya yang harus orang itu keluarkan. Padahal dunia ekonomi tahu, kau mendapat sekian besar untung adalah karena ada orang-orang yang merogoh kocek membeli produkmu. Bahkan mungkin melampaui penghasilannya. Membuatnya seumur hidup bekerja setengah mati seumur hidup tapi tetap miskin; tak punya tabungan. Mengapa pengeluaran seorang bisa melebihi pemasukannya? Karena dia merasa ini perlu – itu juga perlu, sampai yang tak perlu juga dia anggap perlu.

Bagaimana dengan kita, museum misalnya, mengharuskan orang beli tiket, apakah untuk mencari profit? Bukan. Karena hasil penjualan tiket tak akan mungkin mengembalikan uang yang sudah kami bayar untuk membeli benda-benda yang ditaruh di sana. Jadi untuk apa membangun museum? Karena kau perlu. Masalahnya: you do not know yet. So we ask you to buy something beyond your knowledge. Sampai satu hari, waktu kau sadar, barulah kau dapat bersyukur. Karena ternyata, ada orang yang saat tua baru tahu sedikit dan sudah harus mati. Tapi kau, yang sejak muda sudah tahu banyak, nantinya tentu akan jadi berkat bagi banyak orang. Seperti saya, yang sudah berkhotbah lima puluh sekian tahun, membagikan banyak hal yang membuat pendengar jadi lebih pintar. Mengapa bisa begitu? Karena sejak muda saya tak mau membuang-buang waktu. Sehingga waktu ke Paris misalnya, pasti mengunjungi Museum untuk belajar. Juga membeli banyak buku-buku untuk mempelajari semua bidang: musik, sejarah, filsafat, etika epistemologi, seni… yang dapat dibagikan pada pendengar; jadi berkat buat mereka.

Jadi, bagaimana kau dapat membawa orang pada Kristus? Kau harus punya hidup yang limpah, yang dapat kau bagikan pada banyak orang. Dan kau juga harus memancarkan hidup yang benar, suci, penuh kasih dan bijaksana, membuat orang menyadari, to be a Christian will be like him, so it is worth being a Christian. Jadi, hidup kita bisa menjadi daya tarik; sumber berkat bagi orang lain.

Bagaimana dengan menginjili orang: “percayalah Kristus. Kalau tidak, kau akan masuk neraka”. Gertakan semacam itu hanya berlaku bagi penakut. Tadi Pdt. Ivan mengemukan banyak hal yang membuat kita berkawan dengan orang: interes, profit, punya musuh yang sama….. Selain itu, cinta kebenaran juga merupakan daya tarik yang akan membuat kita saling menghormati. Kesaksian hidup yang sungguh-sungguh adalah: punya iman, hidup baru di dalam diri kita dan memancarkannya dalam kelakuan kita yang ada di luar. Kalau rohanimu bagus tapi tak pernah bersaksi, tak membuat orang merasa bahwa kau adalah orang Kristen. Sehingga banyak orang hanya mengakui kau sebagai orang baik, tapi tak tahu mengapa kau jadi baik – kau merebut kemuliaan Allah. Tapi kalau kau memberitahu orang: “bukan aku tapi Allah Penciptaku yang baik, Dialah yang mengubah hidupku” — Tuhan dimuliakan. Jadi, bagaimana menjadi orang Kristen yang dapat menarik orang percaya Kristus? Be sure, you had been born again in Christ, had the true understanding of the Bible. And manifest your Christian etihic: love, righteousness, loving kindness…. in your daily life. Dengan iman sejati yang memancar dalam kelakuanmu di luar membuat kau jadi orang Kristen yang mengabarkan injil secara effektif, amin?

(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)