Jesus Christ-2D. Pencipta Semesta

Istilah ini pernah digunakan oleh kaum Stoa dan mereka mengatakan bahwa alam semesta terbentuk dari lapisan-lapisan yang berbeda. Lapisan yang paling rendah adalah lapisan  yang kasar dan itu adalah lapisan yang kita kenal sebagai materi karena lapisan materi itu adalah lapisan yang mati. Dan kemudian kaum Stoik menganggap bahwa materi itu nilainya rendah. Kaum Stoik mengatakan bahwa dunia ini terbagi menjadi dua. Alam semesta yang bisa kita lihat adalah tubuh dari alam semesta. Mereka percaya bahwa alam semesta juga mempunyai jiwa dan jiwa alam semesta itulah logos. Jadi, pengertian tentang alam semesta bagi kaum Stoik adalah : alam semesta mempunyai badan yang adalah materi, juga mempunyai jiwa yang adalah logos.

Orang-orang Stoa mulai memikirkan hal ini kira-kira 400 tahun sebelum Kristus lahir, dan kemudian Paul Tillich di dalam bukunya yang berjudul “Confession of Christian Thought” mengatakan bahwa orang Kristen sebenarnya meminjam istilah dan konsep yang asalnya dari Yunani. Saya katakan hal itu sebagai pendapat yang salah, saya tidak setuju akan pemikiran Paul Tillich. Saya menganggap bahwa Allah mengizinkan istilah tersebut dipakai lebih dahulu oleh orang Yunani. Orang Yunani memakai istilah logos, tetapi mereka tidak mengetahui artinya, seperti orang kafir yang menyebut nama Allah sembarangan yang tidak mengetahui siapakah Allah itu. Tapi orang Kristen akan Allah sejati, yang mengirim Kristus menjadi Juruselamat kita!

Pada waktu rasul Yohanes memakai istilah Logos, memang ia terlambat memakainya kira-kira 400 tahun dibandingkan orang-orang Stoa dan lebih lambat 500 tahun dibandingkan orang-orang pengikut Herakleitos. Namun demikian, pada waktu orang Kristen mengerti akan maknanya logos, maka orang Kristen langsung mengerti akan makna dan titik pusat sesungguhnya dan mereka yang di luarnya akan meraba-raba di luar secara lahiriah dan tidak mengerti dengan sesungguhnya. Menurut pengertian kaum Stoik, di antara materi dan logos yang tinggi, kita melihat adanya tahap-tahap yang berbeda. Tahap yang tidak bisa ditangkap oleh indera kita, lalu tahap yang bisa ditangkap oleh indra, lalu tahap rasionil, tahap instrinktif dan sebagainya.

Teori tersebut dapat diterangkan sebagai berikut : waktu Anda memukul sebuah meja, maka sekeras apapun meja itu Anda pukul, tetap ia tidak akan membalasa memukul Anda. Beda halnya jika Anda memukul monyet yang besar. Demikian pula jika Anda menginjak rumput, maka di antara rumput ada sejenis rumput yang bisa mengatupkan daun-daunnya (rumput putri malu) maka kaum Stoik menyimpulkan bahwa dunia ini memiliki bagian-bagian yang bisa bereaksi terhadap sensasi dan bagian yang tidak, dan di antara segala yang lain dalam alam, maka yang paling memiliki sensasi adalah binatang. Demikian pemikiran kaum Stoik yang menganggap bahwa yang paling tinggi di antara alam semesat yang berada di bawah logos, adalah manusia. Siapakah manusia menurut mereka? Mereka menyebutnya sebagai logikos. Logos berarti: firman besar; logikos artinya firman kecil. Logos adalah rasio universal, tapi logikos artinya rasio pribadi yang fragmental. Logos ada dalam seluruh alam semesta dan berkeliling untuk mengedarkan sesuatu pikiran, tetapi pecahan/kepingan yang keluar dari pada logos adalah logikos.

Teori dari Laplace mengatakan: jika suatu benda ruang angkasa berjalan dengan cepat, maka akhirnya kekuatan yang keluar dari gerakan benda itu akan mengakibatkan pecahan-pecahan. Dengan demikian maka kita dapat melihat bahwa eksistensi dari pecahan-pecahan benda tersebut, sepenuhnya tergantung dari eksistensi benda induknya sekaligus merupakan sumber eksistensi pecahan tersebut. Orang Stoa mengemukakan bahwa sebagai kepingan-kepingan logos, maka manusia seharusnya terkait dengan induknya dan induk itu adalah logos, manusia itu logikos. Dengan istilah logikos, mereka mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang bisa berfikir, berlogika, berspekulasi, analisa, diskusi, eksperimen, serta dialog. Hal ini dimungkinkan karena mereka menganggap manusia sebagai kepingan yang keluar dari logos dan jika manusia mati maka ia kembali ke logos. Seorang raja dari kekaisaran Romawi yang bernama Markus Aurelius menulis dalam bukunya demikian:”Waktu saya mati, janganlah menangisi saya. Tak perlu engkau bersedih karena perpisahan, itu salah. Karena sebenarnya waktu saya mati, itu bukan berpisah dari kamu semua, tetapi saya berpulang kembali kepada induknya.” Ajaran ini bukanlah ajaran Krsiten, tetapi dengan melihat sebagai cermin, kita dapat membandingkannya dengan ajaran Kristen yang jauh lebih tinggi melampaui ajaran itu. Logikos adalah kepingan-kepingan yang kecil yang keluar dari logos, namun kaum Stoa mengajarkan bahwa tidak semua manusia telah menggunakan instink maupun fungsi logosnya. Orang yang tidak mempunyai kesanggupan ber-logikos, akan mati dan musnah, tapi orang-orang yang ber-logikos akan kembali kepada logos.

E. Sumber Hikmat Semesta

Alkitab mengatakan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya. Logos yang dimaksudkan Alkitab adalah faktor kekuatan dan menjadi unsur Pencipta. Yohanes 1:1-2 berkata : “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatupun yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah dijadikan.” Kita lihat di sini bahwa Kristus yang adalah Media ciptaan yang dimengerti dalam Alkitab sebagai Creating Logos. Kristus juga boleh dimengerti dalam Alkitab sebagai Univesal Wisdom, yaitu bijaksana daripada keseluruhan alam semesta.

Bijaksana berbeda dengan pengetahuan. Bijaksana bersifat lebih, di dalam aspek dan fungsi menentukan apa yang ada di dalam pengetahuan. Pengetahuan mempunyai satu fungsi yang menetapkan isi yang seharusnya ada di dalam bijaksana. Pengetahuan adalah isi dari bijaksana, bijaksana adalah arah bagi pengetahuan. Bijaksana adalah fondasi pengetahuan, pengetahuan adalah bangunan yang berdiri di atas bijaksana. Sebuah gedung yang tinggi menjulang pasti memiliki fondasi yang cukup memadai di dasarnya. Untuk menunjang berdirinya gedung yang tinggi, perlu memasang pondasi yang begitu dalam. Faktor manakah yang lebih menentukan berdirinya satu bangunan, fondasi atau bagian yang diatasnya? Fondasi tentu menentukan yang di atasnya. Demikianlah fondasi itu saya gambarkan sebagai bijaksana, sedang bangunan yang di atasnya, itulah pengetahuan. Anda bisa saja pergi belajar ke Amerika dan memperoleh pengetahuan banyak, tapi belum tentu Anda memperoleh bijaksana, tapi jika Anda mempunyai bijaksana yang banyak, tapi tidak mempunyai pengetahuan, maka orang lain tidak melihat bijaksana Anda itu. Pengetahuan dan Bijaksana itu saling bekerjasama, bijaksana menunjang pengetahuan. Kristus adalah Universal Wisdom, Bijaksana dalam seluruh alam semesta.

Setangkai bunga yang kecil mengandung bijaksana yang luar-biasa di balik proses terjadinya; baik dalam pembentukannya, bahannya, kekuatannya dan fisiknya, sehingga angin yang bertiup keras, tidak mudah untuk mematahkan bunga itu. Telur ayam yang begitu kecil, telah memakai teori fisika yang paling tepat untuk mempergunakan bahan yang seminim mungkin dan memperoleh daya tahan sebesar mungkin. Kebenaran ini sudah dibuktikan  oleh sarjana-sarjana fisika yang menerima penciptaan sebagai bijaksana Allah yang paling tinggi. Tidak ada seorangpun manusia yang mampu membuat alat telekomunikasi yang beratnya hanya kurang lebih satu setengah kilogram, namun mampu mempelajari segala-event-event yang penting dalam sejarah yang umurnya sudah lebih dari 5 ribu tahun; kecuali otak kita yang sudah Tuhan ciptakan. Jika Anda melihat bunga yang kecil di bawah mikroskop eletron yang mampu membesarkan gambarnya ribuan kali, maka kita akan melihat bahwa tenunan yang membentuk bunga, jauh lebih teliti daripada semua hasil sulaman yang dijual di toko. Waktu kita melihat sel dari tubuh manusia yang diperbesar gambarnya, maka Anda akan melihat bahwa pembentukan dari segala jaringan sel dalam keadaan kerjasama, maka Anda akan mengakui bahwa tidak ada bentuk arsitektur yang lebih agung, yang lebih lengkap dan lebih sempurna dan lebih rumit dibandingkan bentuk arsitektur yang Tuhan buat. Telinga, mata dan apa yang ada pada kita yang begitu rumit, membuktikan Universal Wisdom, Kristus. Sebagai mana Creating Logos adalah Kristus, demikian juga Universal Wisdom adalah Kristus juga.

Ibrani 11:3 berkata: “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh Firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.” Dalam terjemahan yang lain, istilah yang dipakai untuk “alam semesta” adalah “segala dunia”, menggunakan istilah yang bersifat jamak, bukan tunggal. Segala dunia diciptakan Tuhan melalui Firman-Nya, segala dunia diciptakan oleh Firman-Nya. Walaupun pengetahuan bisa dibagi-bagi menjadi ribuan macam, tetap fokus dari segala pengetahuan adalah Kristus, maka kaum cendikiawan secara samar-sama mempunyai satu gambaran tentang adanya satu poros dari segala pengertian dan disiplin ilmu, mereka menyebutnya logika.

Dalam istilah Yunani, setiap disiplin ilmu diakhiri dengan istilah “logi”; misalnya biologi, filologi. Itu adalah bagian dari sistem akademis yang di dalamnya diakui memiliki satu logika yang menelusuri, mendorong hingga menjadi sumber bagi manusia untuk mempelajarinya. Siapakah Sumber logika itu? Itulah Yesus Kristus. Saya harap kita mengetahui Yesus Kristus bukan sebagai patung yang Anda taruh dirumah Anda, yang kelihatan seperti wanita yang rambutnya panjang. Saya harap kita tidak mengenal Kristus yang setiap hari tergantung di kayu salib saja. Kristus adalah faktor utama dari penciptaan. Di dalam segala sesuatu yang ada, Kristus adalah Bijaksana yang menjadi pusat pengertian bagi manusia dalam mengenal kebenaran.

F. Inkarnasi Allah

Yesus Kristus juga adalah “Eternal glory of invisible of God” Dia menjadi kemuliaan kekal Allah yang dapat dilihat oleh manusia. Allah sejati tidak bisa kita lihat, tapi Allah yang tidak nampak telah menampakan Diri-Nya di dalam kemuliaan kekal-Nya melalui satu tindakan inkarnasi. Kalau kita sudah melihat tindakan Allah yang pertama yaitu mencipta, maka kita masuk di dalam pengertian yang kedua yang besar ini, yaitu inkarnasi. Allah yang menciptakan segala sesuatu, memilih untuk mengunjungi dunia yang telah Ia ciptakan; Dia turun ke dunia, datang berada ditengah-tengah kita melalui tindakan inkarnasi, Allah menjadi daging. Kristus bukan saja Pusat dari alam semesta, Dia juga adalah Pusat dari sejarah; setelah Kristus, manusia tetap mengharapkan sesuatu. Sesuatu yang akan datang dan mengakhiri sejarah, sesuatu yang akan datang untuk menyelesaikan segala hal yang tidak adil.

Pengharapan manusia menuju titik penyelesaian total, itulah pengharapan akan kedatangan Mesias yang kedua kalinya. Konsep semacam ini ada pada semua agama yang agung; agama yang tidak mempunyai konsep pengharapan akan kedatangan sesuatu yang akan mengakhiri dan menyempurnakan segala sesuatu yang tidak beres dan tidak terselesaikan, tidak mungkin akan menjadi agama yang besar. Dengan demikian kita melihat bahwa kekristenan memberikan kepada kita satu gambaran total tentang pengharapan yang kekal. Dengan mengirimkan Anak-Nya yang kekal ke dalam dunia melalui tindakan inkarnasi dari Firman menjadi daging, kita melihat tindakan Allah dalam dunia, kita melihat satu kemuliaan kekal yang dinyatakan dalam dunia,  maka melalui Kristus kita mengerti Allah yang tidak mungkin kita mengerti; melalui Kristus kita menikmati kemuliaan Allah yang tidak mungkin kita mengerti. Yesus Kristus adalah pengutaraan dari Allah yang tidak kelihatan.

Bukan saja demikian, Kristus juga adalah standard moral yang abadi bagi manusia. Hidup Kristus menjadi Standard of morality for eternity. Dalam iman, hidup Kristen mempunyau suatu cara hidup yang sudah ada puncaknya, yaitu satu titik yang begitu mulia dan tidak mungkin terlampaui oleh manusia. Seperti Goethe mengatakan: “Biar manusia dengan kebudayaannya terus bergolak dan berkembang, tidak mungkin mencapai  moral dari Kristus  yang sudah dinyatakan dalam keempat Injil.” Pada waktu membaca pernyataan yang dituliskan oleh Goethe, saya begitu terkejut akan pengertian orang Jerman yang begitu hebat ini. Ia mengerti Kristus sampai pada titik puncak dan berani meramalkan bahwa sekalipun kebudayaan manusia terus maju, bergolak, tetap tidak mungkin menghasilkan moral yang lebih tinggi dari moral Yesus Kristus yang dicatat dalam keempat Injil. Waktu saya mengerti kalimat itu, saya sadar dan disegarkan lagi oleh Goethe tentang Kristus yang sudah saya miliki. Tuhan adalah yang paling suci, yang paling adil, yang paling bijak, yang paling mempunyai penguasaan diri, contoh bagi segala zaman, standard moral kekekalan dan yang patut kita sembah sujud. Inilah Kristus yang kita sembah, inilah Kristus yang kita kabarkan, inilah Kristus yang tiap hari mempunyai hubungan dengan kita, tapi kita tidak menyadarinya.

Waktu memegang setangkai bunga, Anda harus tahu bahwa yang menopang bunga itu adalah Kristus. Waktu Anda melihat ke cermin, ingatlah bahwa yang membuat hari ini Anda tetap hidup di dunia adalah Kristus. Waktu Anda menulis surat dan masih bisa mengingat banyak hal yang sudah Anda alami, ingatlah bahwa ingatan Anda ditopang oleh Kristus. Waktu Anda melihat gunung-gunung yang indah, lautan yang besar, keajaiban segala ciptaan Allah, ingatlah bahwa ditengah-tengahnya ada logi yang pusatnya adalah Kristus yang adalah logos. Waktu Anda melihat istri Anda yang begitu baik, suami yang setia, cinta kasih antara pacar yang begitu indah, ingatlah bahwa Dia adalah Sumber cinta kasih yang memberikan cinta murni yang seharusnya tidak diselewengkan oleh siapapun, tapi harus setia di dalam setiap keluarga. Dia Pencipta, Penopang, Bijaksana, Dia Logos, Dia adalah Allah, Bukan saja demikian, Dia juga menjadi manusia, hidup di tengah-tengah kita dan menjadi contoh bagaimana seharusnya kita hidup di dalam kesucian, cinta kasih, keadilan, biarlah semua orang belajar dari Yesus Kristus. Inilah karya Kristus, sebelum sejarah, sesudah sejarah; sebelum inkarnasi dan sesudah inkarnasi.

Sumber : Buku seri pembinaan Iman Kristen, Siapakah Kristus? Sifat dan Karya Kristus (Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong).

 

Artikel Terkait :

  1. Kristus Titik Pusat Alam Semesta (Part I)
  2. Siapakah Kristus?
  3. Mengenal Kristus