Kemuliaan Tuhan

Pdt. Dr. Stephen Tong

Tuhan Yesus menyelesaikan pembicaraan di dalam Yohanes 16 agar murid-murid-Nya memperoleh damai sejahtera di dalam Dia. Ia menegaskan, “Di dalam dunia, engkau menderita aniaya, tetapi kuatkanlah hatimu, sebab Aku telah mengalahkan dunia.” Jadi orang yang benar-benar mengalahkan dunia bukanlah Iskandar Agung, Hannibal, Charlemagne, Napoleon, Hitler, dan lainnya, tetapi Yesus Kristus. Kembali pernyataan ini diulang di dalam 1 Yohanes 5: “Yang memampukan kita mengalahkan dunia adalah iman.” Maka, setiap orang yang di dalam Kristus, beriman kepada-Nya, dapat menang atas dunia fana ini, atas kedagingan dan nafsunya yang akan binasa, dan akan menikmati sejahtera sorgawi. Sekalipun kesulitan besar melanda, ia akan tetap stabil karena mengikut Tuhan mengarah kepada hidup yang kekal.

Sesudah mengakhiri pesan-Nya dalam Yohanes 14-16, Yesus berbalik, menengadah ke langit, menaikkan doa di Yohanes 17, satu pasal yang unik, sangat berbeda dengan semua pasal di Alkitab. Satu-satunya pasal yang memperlihatkan kepada kita komunikasi antar Allah Tritunggal; isi doa Allah Putra kepada Allah Bapa. Banyak orang ketika berdoa mengacu ke Kitab Mazmur, karena di situ terdapat pergumulan orang yang mencari Tuhan, yang berdoa menyatakan tujuan hidupnya, mau menyinkronkan keinginan yang dicipta kepada kehendak Allah, sang Pencipta.

Doa bukan minta kesejahteraan, kesehatan, kekayaan, atau meminta Allah mengabulkan permintaan manusia yang semaunya, mau memuaskan nafsu kedagingannya. Itu bukan doa, melainkan ekspresi egoisme dan keserakahan manusia berdosa, yang belum ditebus, yang mau memperalat agama dan doa untuk memenuhi keinginannya.

Doa yang sejati adalah doa yang menyinkronkan keinginan kita dengan kehendak Allah, bersandar kepada-Nya untuk menggenapkan kehendak rencana-Nya demi kemuliaan nama-Nya. Jadi, inti doa adalah “Kehendak Tuhan jadi, di bumi seperti di sorga.” Ini yang kita lihat di dalam doa Tuhan Yesus di dalam Yohanes 17 dan di dalam Doa Bapa Kami (Mat. 6) yang agung, yang Dia ajarkan. Jadi jika kita tidak mengerti apa itu doa dengan benar, hidup kita hampir tidak berbeda dengan orang kafir.

Yohanes 17 adalah satu pasal khusus, karena seluruhnya memaparkan bagaimana Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa. Di sini kita mempelajari relasi antar Pribadi dalam Allah Tritunggal yang begitu unik yang tidak dapat dianalogikan dengan apa pun di luar Allah Tritunggal, yaitu Tiga Pribadi tetapi Satu Substansi, yaitu substansi Ilahi. Di dalam sejarah manusia, Allah mewahyukan intisari doa Allah Pribadi Kedua kepada Allah Pribadi Pertama, salah satunya di dalam Yohanes 17. Di sini kita melihat Yohanes memiliki kejelian mengamati segala yang terjadi, memiliki ingatan yang begitu baik, yang merupakan anugerah Tuhan kepadanya. Ketika Yohanes mengikut Tuhan, usianya masih sangat muda. Sifatnya begitu keras, menandakan kerohaniannya yang belum matang. Sepertinya tidak cocok menjadi murid Yesus.

Ketika Kaisar Nero (sekitar 62-66 AD) membakar Roma dan mengambinghitamkan orang Kristen, yang menyebabkan orang Kristen dianiaya, Petrus dan Paulus mati sebagai martir; kemudian tahun 70 AD Yerusalem dibakar, Bait Allah dirobohkan, kaki dian dibawa Jenderal Titus ke Roma, kekristenan seolah tidak memiliki hari depan. Di saat seperti itu, Tuhan menyisakan satu orang, yaitu Yohanes. Ia harus berdiri memimpin Gereja, yang dihadang oleh empat hal yang menakutkan, yaitu: 1) Penganiayaan politik; 2) Ejekan kaum filsuf; 3) Kekacauan di dalam gereja; dan 4) Ajaran bidat yang menyusup ke dalam gereja. Dia meneguhkan iman mereka, berperang bagi kebenaran dengan begitu gigih, untuk memelihara iman Kristen yang tulen. Perjuangan apologetisnya itu diteruskan oleh Polikarpus, Irenaeus, Bapa-Bapa Gereja, seperti Agustinus, dan sampai para Reformator, seperti Martin Luther dan John Calvin. Dan hingga hari ini: GRII, memelihara dengan ketat akan tradisi iman Kristen yang diwariskan dari zaman ke zaman.

Syukur bahwa di masa tuanya, Yohanes masih dikaruniai pikiran yang begitu tajam dan ingatan yang begitu baik, sanggup menghasilkan tulisan-tulisan yang begitu ketat, begitu mendalam, terintegrasi secara organik, untuk menyatakan pengertiannya tentang misteri Ilahi, khususnya Kitab Wahyu, kitab penutup Alkitab kita. Dengan demikian Alkitab menyajikan Alfa dan Omega, dari awal penciptaan hingga akhir dunia kiamat. Dan Alkitab menunjukkan bahwa dari semua itu, fokus dari sejarah manusia adalah Gereja, yaitu kaum pilihan Allah.

Yohanes 17 adalah pasal yang penting dan unik dalam menunjukkan doa Yesus begitu berbeda dengan doa semua manusia. Manusia berdoa karena mereka perlu, maka semua nabi Perjanjian Lama ketika mau melakukan mujizat, mereka berdoa terlebih dahulu. Tetapi Yesus Kristus tidak perlu, karena Dia adalah Allah, tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya. Jadi ketika Ia berdoa kepada Bapa, Ia berbicara secara langsung tanpa membutuhkan pengantara.

Kalimat pertama di dalam ayat pertama memang bukan doa Tuhan Yesus, tetapi ini pengantar untuk kita mengerti siapa yang mengatakan kalimat-kalimat berikutnya. Tuhan Yesus mengawali doanya dengan kemuliaan Allah. Ini senada dengan Doa Bapa Kami. Di dalam Yohanes 17, hal ini diperjelas: “Bapa, muliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan-Mu.” Bagi Kristus, kemuliaan Allah adalah hal yang sangat penting. Allah yang sejati tidak akan mau membagikan kemuliaan-Nya dengan ilah-ilah. Tertulis dua kali dalam Kitab Yesaya: “Aku ini Tuhan… Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain.” Maka, ketika orang menyembah Guan Gong, Guan Yin, Gong Ming, dan ilah-ilah lain, engkau merampas kemuliaan Allah dan memberikannya kepada yang bukan Allah. Ini dosa yang sangat besar.

Membajak hak milik orang lain adalah dosa. Pembajakan yang terbesar bukan membajak musik atau membajak kaset dan buku, tetapi membajak kemuliaan Allah. Kemuliaan yang seharusnya kita berikan kepada Allah telah kita berikan kepada yang bukan Allah. Itu adalah hal yang dibenci Allah. Setiap orang harus memberikan kemuliaan hanya kepada Allah, karena hanya Dia Pemilik kemuliaan yang sejati. Ketika orang memuliakan diri, di mana orang pandai merasa begitu penting, penyanyi yang baik merasa diri paling penting, atau merasa Tuhan begitu membutuhkan dia, dia melakukan dosa yang sangat dibenci Tuhan.

Apa yang dimaksud dengan kemuliaan Allah? Kemuliaan Allah adalah bobot yang berada di dalam Pribadi-Nya. Ketika kita berbicara dengan seseorang, terkadang kita merasa bicaranya kurang berbobot. Itu menunjukkan kualitas yang ada di dalam diri orang itu. Allah itu mulia, karena Dialah yang paling berbobot. “Bobot” dipakai untuk memberi pengertian tentang kemuliaan Allah. Manusia dicipta seturut peta teladan Allah, maka manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat. Itu sebabnya, ketika kita membahas sifat manusia, berbeda dengan theolog lain yang hanya mengacu kepada tubuh yang bisa lelah, karena sifat manusia memiliki sisi yang lain, kemuliaan dan kehormatan yang dari Allah. Yesus Kristus memiliki kemuliaan yang terbesar dan kemuliaan-Nya bukan kemuliaan yang dicipta, melainkan kemuliaan yang dari sorga. Itu sebabnya, ketika Dia turun ke dunia, Ia menjadi manusia yang paling berbobot.

Dia mengatakan, “Muliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu memuliakan-Mu,” karena Ia memang Anak Allah. Allah yang paling berbobot sudah turun ke dunia, menjadi manusia yang memiliki sifat manusia sekaligus sifat Allah, sehingga memancarkan bobot kemuliaan Allah. Maka, kita tidak mungkin mempersamakan Yesus Kristus dengan Martin Luther, Sakyamuni, Socrates, dan lain-lain. Ia mutlak berbeda, karena Ia adalah Allah yang turun ke dunia, menyatakan bobot kemuliaan Allah kepada manusia. Itu sebab, Ia berkata, “Engkau melihat Aku, bukan melihat Aku, melainkan melihat Bapa yang mengutus Aku.” Kristus adalah perwakilan, wahyu Allah dalam bentuk manusia.

Pernyataan pertama doa Tuhan Yesus ini sama seperti Doa Bapa Kami, yang mengajarkan: diawali dengan dikuduskan, dimuliakanlah nama-Mu. Itulah prominent will (kehendak yang khusus), tujuan terakhir dari doa. Tujuan ultimat doa adalah agar Allah dipermuliakan. Itu sebab Tuhan Yesus mengawali doa dengan “permuliakanlah Anak-Mu, sehingga Anak memuliakan Bapa.”

Yesus minta dipermuliakan oleh Allah, baru Dia bisa memuliakan Allah, adalah suatu rahasia yang besar sekali. Yesus Kristus minta dipermuliakan oleh Allah Bapa, agar menyatakan bahwa Dia tidak menerima kemuliaan yang diberi oleh siapa pun, kecuali Bapa-Nya. Di dalam ajaran Yesus Kristus, kemuliaan berasal dari empat segi:

  1. Pertama, dari orang lain. Yesus berkata, “Orang yang menerima kemuliaan dari orang lain, dia tidak sejati.” Manusia suka dipuji oleh orang lain. Tetapi kita harus sadar ada dua macam pujian, 1) yang berdasarkan kebenaran, atau 2) yang menguji engkau. Itulah yang Amsal katakan, “Jika seseorang dipuji dan ia langsung menerima, maka ia suka kemuliaan manusia.” Bahkan ada orang yang demi untuk dipuji, berani menyuap atau membayar orang lain untuk memuji dia. Orang demikian adalah orang yang tidak tahu malu. Jika engkau adalah orang yang suci, adil dan berbobot, rendah hati dan berkerohanian baik, maka orang pasti memujimu. Jika engkau tidak senang ketika orang lain dipuji, engkau tidak beres. Ketika orang lain dipuji, amatilah apakah dia memang patut dipuji. Kalau dia tidak patut dipuji, selidiki mengapa dia tidak patut dipuji. Jadi jangan sembarang menghakimi atau memvonis seseorang secara dangkal, karena itu sangat keji. Kalau dia memang patut dipuji, ketika ia dipuji, kita harus merasa senang, karena Alkitab mengajar kita bahwa salah satu jerat kita yang terbesar adalah iri hati, di mana kita tidak bisa mendengar orang lain dipuji. Contoh kasus yang tepat adalah Saul ketika Daud pulang dengan membawa kepala Goliat, orang memuji, “Saul membunuh beribu-ribu (dia senang), tetapi Daud membunuh berlaksa-laksa (dia tidak suka).” Maka sejak saat itu Saul bertekad mengenyahkan Daud.
  2. Kedua, dari diri sendiri. Di sini kita melihat orang yang suka memperkenalkan diri, suka membual diri dan menyombongkan dirinya sendiri. Ia sibuk menceritakan kehebatan diri yang terkadang tidak sesuai dengan kenyataan aslinya.
  3. Ketiga, dari Allah. Ketika Allah mempermuliakan engkau, terimalah itu tanpa rasa takut atau malu. Tuhan akan memuji kebajikanmu melalui orang-orang rohani, bukan karena orang-orang itu menginginkan uangmu, atau mencari muka di hadapanmu, tetapi karena mau memuliakan Tuhan dengan itu. Itu adalah pujian yang sejati; kemuliaan yang dari Tuhan. Jadi, jangan memuliakan diri sendiri, jangan mencari kemuliaan dari orang lain, tetapi nantikanlah kemuliaan yang dari Allah.
  4. Keempat, kemuliaan palsu. Ketika seseorang membeli gelar Doktor atau Diploma adalah tindakan kemuliaan palsu, yang kosong dari dunia ini.

Ajaran kemuliaan Allah dari Alkitab begitu ketat. Di dalam ayat 1b, Tuhan Yesus menegaskan bahwa Dia tidak menerima kemuliaan dari manusia, dari diri atau menggunakan cara-cara lain yang palsu. Kemuliaan satu-satunya yang Dia terima adalah kemuliaan dari Bapa-Nya, Allah yang Mahatinggi. Kemuliaan yang dari Allah tidak akan dapat digoyahkan oleh siapa pun. Sebab Dialah yang tertinggi. Maka, kemuliaan dari Allah Mahatinggi adalah kemuliaan asli. Jangan mencari atau meminta kemuliaan manusia, penguasa, kemuliaan palsu yang kau beli. Semua itu tidak ada gunanya. Kemuliaan yang sejati, yang satu-satunya adalah dari Allah di tempat yang Mahatinggi, yang tinggal tetap selama-lamanya.

Allah menyebut Abraham sebagai “bapa orang beriman”. Tidak seorang pun dapat menyangkalnya, karena yang mengatakan adalah Allah sendiri. Jadi tidak masalah jika engkau dicela, difitnah, dihina orang, namun Tuhan memuliakan engkau.

Benarkah Tuhan memuliakan engkau? Tolstoy dalam bukunya menceritakan ada seorang yang dituding membunuh dan ditangkap, lalu divonis seumur hidup dibuang ke Siberia, daerah dingin dengan suhu hingga -40 s/d -60 derajat Celcius, padahal ia tidak membunuh. Tidak seorang pun mau mendengar apa yang ia katakan. Sampai usia 84 tahun, seorang mengetuk pintu penjaranya, membacakan surat keputusan: “Hari ini Tsar Rusia membebaskanmu.” Hatinya berkecamuk antara senang dan sedih. Ia bercucuran air mata berkata, “Usiaku sudah 84 tahun. Kalaupun aku dibebaskan, ke mana aku harus pergi? Naik kereta api lima puluh jam ke Moskow, lalu apa yang bisa aku lakukan?” Ketika saya membaca kisah itu, saya turut menangis. Inilah dunia.

Dunia ini sementara; pengharapan kita bukan dari dunia ini dan hidup kita bagi kekekalan. Itulah yang Yesus perlihatkan. Ketika Dia dipaku di atas kayu salib, semua orang mengejek dan mempermalukan Dia, memandang-Nya sebagai perampok terbesar, bahkan meletakkan-Nya di tengah dua orang perampok. Tetapi Yesus tidak meratapi nasib-Nya yang kurang baik, juga tidak memaki-maki orang yang memperlakukan-Nya dengan tidak benar; Dia terima semuanya. Karena Dia tahu: “Kemuliaan-Ku bukan dari manusia, bukan dari dunia ini. Kemuliaan-Ku adalah dari Bapa-Ku yang di sorga.” Di Yohanes 17: “Bapa, permuliakanlah Anak-Mu. Anak-Mu akan mempermuliakan Engkau.” Biarlah kita menjadi orang yang dipermuliakan oleh Allah, bukan dimuliakan oleh manusia, agar engkau dapat mengembalikan kemuliaan kepada-Nya, menjadi orang yang bertanggung jawab kepada-Nya.

Di ayat 2: Seluruh ciptaan berada di dalam tangan Allah. Yesus Kristus memiliki dan berkuasa atas semua ciptaan-Nya. Kita dapat mengategorikan ciptaan, mulai dari yang paling pasif, materi, kemudian rumput, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan tertinggi manusia. Orang Stoa menyebut “yang tidak punya hidup” sebagai pasif, dan “yang punya hidup” sebagai aktif. Dari “yang hidup” kita melihat tingkatan dari kehidupan bersel tunggal, rumput, terus meningkat hingga yang tertinggi adalah manusia. Inilah yang diungkap juga di dalam Mazmur 8: “Engkau telah memahkotai manusia dengan hormat dan mulia. Memberinya kuasa atas semua ciptaan, burung di udara, binatang di bumi dan ikan-ikan di laut.” Semua ciptaan ini Tuhan serahkan kepada Adam. Adam menamai dan berkuasa atas semua ciptaan. Namun, dosa telah membuat Adam kehilangan kuasa itu. Akibatnya, manusia takut kepada binatang, yang seharusnya dia kuasai. Jadi, setelah Adam berdosa, keberadaan berbagai makhluk lain menjadi ancaman bagi kesejahteraan manusia.

Tetapi di dalam ayat 2, Tuhan Yesus memproklamasikan bahwa Dia memperoleh kembali hak, kuasa yang hilang di dalam Adam, yang belum Adam miliki secara faktual, yaitu berupa janji Allah, dan Yesus memiliki itu. Ayat-ayat Mazmur 8, Kejadian 2, Korintus, Wahyu, dan Ibrani 2 menyatakan bahwa tidak seorang manusia pun berkuasa atas segala ciptaan-Nya, tetapi Anak Allah yang berinkarnasi, sementara jadi sedikit lebih rendah dari malaikat, Dia berkuasa atas semuanya. Maka ayat ini menegaskan bahwa Kristus adalah Adam yang sejati. Adam pertama gagal dan Yesus Kristus menjadi Adam yang sejati, yaitu Adam yang Allah semula rencanakan.

Di dalam ayat 2 ada banyak lapisan. Beberapa di antaranya: 1) Siapa yang memberi kepada siapa? Allah memberi kepada Anak-Nya; 2) Siapa Anak-Nya? Yesus Kristus; 3) Apa yang Allah berikan kepada Kristus? Semua yang hidup, semua ciptaan Allah, termasuk manusia. Yesus berkata, “Aku akan memberikan hidup kekal kepada orang-orang yang Kauberikan menjadi milik-Ku.” Jadi di sini terdapat dua lapisan hidup, yaitu hidup yang dicipta, yang dimiliki semua makhluk, dan hidup yang bukan dicipta, yaitu hidup kekal, yang akan Yesus tambahkan kepada orang-orang yang Bapa berikan kepada-Nya.

Yesus Kristus, Allah yang mulia datang ke dunia, dipermuliakan oleh Allah yang Mahatinggi. Lalu Dia mengembalikan kemuliaan kepada Bapa. Dan memberikan hidup kekal kepada manusia, yang mempunyai hidup tertinggi pada saat dicipta. Kita adalah manusia yang hidup, yang Allah cipta lebih dari semua ciptaan-Nya yang hidup. Tapi hanya punya hidup itu saja belumlah cukup. Karena kata Yesus, “Aku akan memberikan hidup yang kekal dari Allah, bukan hidup yang sementara, yang dicipta.” Dan Gereja, adalah tempat, di mana orang yang telah menerima hidup kekal berkumpul bersama untuk menyaksikan, mempelajari, memperoleh kemuliaan Allah, dan memuliakan Allah dengan hidup kekal yang Yesus berikan pada kita. Amin.

 

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/