Faith In Him

Tindakan rohani bukanlah melarikan diri dari kehendak Allah. Sebaliknya justru bertindak untuk melakukan kehendak Allah supaya rencana yang sudah ditetapkan di dalam kekekalan boleh digenapkan. Mengapa orang Kristen yang beriman mempunyai kemungkinan untuk bertindak seperti itu? Karena di dalam pemikirannya terdapat pengertian yang jelas akan beberapa hal :

1. Allah adalah Allah yang menguasai sejarah

The Lord is the master of history.  Allah yang menguasai sejarah membuat manusia tidak perlu takut dan tidak dikejutkan oleh hal yang tidak dia ketahui sebelumnya. Sejarah terus berlangsung. Kesulitan kita didorong oleh kemarin menjadi hari ini, lalu didorong lagi oleh hari ini untuk mengarah kepada esok. Namun yang kemarin sudah tidak dapat diubah. Sekarang adalah saat kita mengambil keputusan. Sedangkan esok tidak kita ketahui. Di dalam proses ini kita memang lemah adanya. Di dalam proses ineksistensi kita tidak mungkin berpegang pada sesuatu yang belum terjadi, juga tidak mempunyai kemungkinan merubah apa yang sudah terjadi dan tidak gampang untuk mengambil keputusan akan apa yang ada sekarang. Ini adalah process of time: past, present, future. Future is unknown.  Itulah yang membuat iman kita teruji. Walau demikian Yesus Kristus menjadi contoh bagi kita karena semua hal yang belum terjadi bagi kita sudah Kristus lihat semuanya karena sifat illahi-Nya yang melampaui proses sejarah. Itulah sebabnya Ia berkata, “I am that I am, I am who I am. Aku melampaui sejarah. Kau harus beriman kepada-Ku.”

Maka iman adalah kita menerobos proses sejarah menuju kepada sinkronisasi diri kita dengan Allah yang melampaui sejarah. Apa yang belum terjadi tidak menjadi soal bagi Tuhan Allah. Karena bagi Allah tidak ada yang disebut esok, yang belum datang, yang tidak diketahui.

Teologia Proses salah karena konsep teologi ini membawa Tuhan masuk ke dalam proses waktu dan bagi Tuhan hari depan merupakan tanda tanya besar. Menurut mereka Tuhan pun tidak tahu keadaan hari depan akan bagaimana. Tuhan yang seperti itu bukanlah Tuhan yang sejati. Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang merencanakan. Tuhan yang membiarkan dan Tuhan yang akan menghakimi seluruh sejarah dari permulaan hingga titik akhir. Dari alfa hingga omega, Allahlah yang menguasai sejarah. He is the master of history.  Iman kita berada di dalam pengertian seperti ini.

2. Allah adalah Allah yang adil

Kalau kita takut diperlakukan tidak adil, takut diperlakukan tidak beres, takut diperlakukan tidak sesuai dengan keinginan kita dan tidak sesuai dengan keadilan yang disebut dalam kitab suci, tidak apa-apa, karena kita tahu Allah kita adalah Allah yang adil, sehingga pada akhirnya Dia pasti menyatakan kemuliaan-Nya yang melampaui semua kuasa yang melanggar prinsip ini. Dengan iman inilah kita bertindak, dengan iman inilah kita menyerahkan diri kepada Tuhan.

Salah satu puasa yang paling panjang yang saya ketahui adalah tidak makan selama 128 hari. Ini adalah penganiayaan Komunis yang paling berat kepada seorang pimpinan gereja bawah tanah di Tiongkok. Mereka mengira ia akan mati dalam 2 minggu, tetapi ia tetap hidup. Selama 128 hari ia berdoa akhirnya Tuhan tetap memeliharanya. Setelah keluar dari penjara, ia bersaksi bahwa di hari-hari yang paling sulit itu ia terus ingat bahwa Allah lebih kuat daripada jasmani manusia. Allah tidak meninggalkan manusia. Iman itu terus taat kepada Tuhan tanpa kompromi. Akhirnya ia menjadi salah seorang yang kesaksiannya paling dipakai Tuhan untuk menggerakkan hati banyak orang.

Bukan saja kita tahu bahwa Tuhan mempunyai kuasa atas sejarah, kita tahu bahwa Tuhan itu adil dan akhirnya Ia pasti menang. Kita juga tahu bahwa Tuhan itu penuh cinta kasih. Janganlah mengerti cinta kasih Tuhan dengan pemberian-pemberian atau kecukupan jasmaniah. Cinta kasih dan anugerah Tuhan harus dimengerti sebagai kekuatan-Nya sehingga kita boleh bertahan dan tidak akan dibinasakan oleh apapun dengan perlindungan dan penyertaan Tuhan sendiri yang jauh lebih penting daripada segala materi yang diberikan kepada kita.

Jadi jikalau kita mengalami kesulitan, kemiskinan, dan kekurangan, apakah berarti Tuhan tidak mencintai kita? Tidak. Tuhan tidak pernah membuang kita. Ia tetap mencintai kita dan cinta Tuhan justru dimengerti di dalam penyertaan-Nya ditengah kesulitan. Ini cinta yang jauh lebih konkrit dibanding pemberian-pemberian di dalam hari-hari yang lancar.  Cinta Tuhan itu kekal adanya. Cinta Tuhan tidak berubah. Allah berjanji meskipun gunung yang besar bisa runtuh, meskipun bukit bisa beranjak, tetapi cinta Tuhan kepada kita tidak pernah Ia tarik kembali. Itulah cinta untuk selama-lamanya. Dengan pengertian inilah kita mempunyai kekuatan untuk menjalankan kehendak Tuhan.

3. Kita mengetahui bahwa kita sedang berada di dalam proses disempurnakan oleh Tuhan

Dalam SPIK berjudul “Ujian, Pencobaan dan Kemenangan”, saya sudah menjelaskan bahwa kita menghadapi pencobaan dari Iblis dan ujian dari Allah. Allah mengizinkan kesulitan-kesulitan ini dipakai sebagai cara untuk melatih kita. Tuhan memperbolehkan segala sengsara dipakai untuk menjadi suatu alat untuk menyempurnakan kita. Ini merupakan latihan agar kita taat hingga menerima sukacita dan kemenangan iman. Kita dalam proses. Kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang asal jadi. Alkitab tidak pernah mengajar seperti itu. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita berada di dalam proses. Siapa pun orang Kristen, berapa hebat rohaninya, berapa lama ia melayani Tuhan, berapa tinggi pengetahuannya, dan berapa banyak gelar teologinya, ia tetap orang Kristen yang berada di dalam proses. Kalau kita berada di dalam proses kita tidak tahu hari depan kita akan bagaimana, tapi tidak berarti Allah tidak tahu. Kita percaya Tuhan tidak pernah berbuat salah. Kita percaya bahwa sengsara akan menjadi faedah bagi kita yang mencintai Tuhan. Kita tahu bahwa orang-orang rohani sebelum kita selalu menjadi lebih cinta Tuhan dan lebih sempurna setelah mengalami segala ujian dari Tuhan. Pengertian-pengertian seperti ini yang membuat kita bertahan. Pengertian-pengertian ini yang membuat kerohanian kita semakin mahir. Pengertian-pengertian ini yang memberikan kekuatan untuk menghadapi segala kesulitan. Beranilah bertindak mengerjakan sesuatu kalau panggilan itu tiba kepada kita.

Kita telah melihat beberapa contoh dalam sejarah Alkitab. Waktu Tuhan memanggil Abraham keluar dari Ur, Abraham tidak banyak bicara. Meskipun kaya, lancar dan sukses, Abraham taat. Tuhan tidak memberi tahu ke mana Abraham harus pergi. Tuhan tidak berjanji untuk membuat Abraham lebih kaya, lebih lancar dan lebih sukses. Tuhan menyuruh Abraham pergi ke padang belantara, menuju Kanaan, tempat milik bangsa-bangsa lain. Abraham tahu dengan jelas hal ini. Waktu hendak menguburkan Sara, isterinya, Abraham harus membeli tanah kuburannya dari orang lain. Abraham tahu itu tempat orang lain. Tapi itu juga tempat yang Tuhan janjikan kepadanya dan kepada keturunannya dengan harus bekerja berat, harus dengan segala susah payah berjuang memperoleh tanah perjanjian itu. Janji sudah diberikan tapi tugasnya berat, tapi tidak diberikan secara enak, tapi tidak langsung diperoleh. Engkau harus berperang. Engkau harus mengalahkan musuh. Jadi panggilan Abraham adalah suatu panggilan yang menjadikan manusia belajar apa arti tindakan iman. The action of spirit is to obey God, obey His calling which ia transcends our understanding, our reasoning power, our experience, our conclusion of logical analyze and all kind of didaction.

Bagaimana kita memakai cara untuk menganalisa, kita tidak mengerti tapi panggilan Tuhan mengatakan “keluarlah”. Itu namanya iman. Abraham tidak tahu akan menuju kemana, Musa juga tidak tahu akan menuju ke mana, tetapi kitab suci yang kita baca menuliskan, “Dari jauh mereka melihat bahkan sampai mati mereka tidak memperoleh apa yang mereka janjikan.”  Jadi orang Kristen itu tidak mudah. Sampai mati mereka tidak memperoleh apa yang dijanjikan meskipun mereka sudah melihatnya. Iman adalah penglihatan rohani. Sudah melihat itu sudah cukup. Musa melihat, tapi tidak mendapatkan tanah perjanjian itu karena musa dihukum oleh Tuhan. Di atas gunung Nebo ia berdiri dan melihat seluruh tanah yang dijanjikan tapi ia tidak masuk ke sana. Mungkin engkau berpikir, apakah itu bukan iming-iming yang akhirnya membuat hati makin susah? Tidak. Kata Tuhan, kerajaan-Nya dan rencana-Nya jauh lebih tinggi, lebih besar, lebih panjang daripada hidup kita yang terbatas itu. J.O. Sanders mengatakan, apakah benar Musa tidak masuk ke Kanaan? Tidak. Jika engkau hanya melihat Perjanjian Lama, engkau mengira Musa tidak masuk ke Kanaan. Tetapi lihatlah Perjanjian Baru, Musa muncul bersama Elia di bukit tempat Yesus berdoa. Bukankah berarti Musa sudah masuk ke tanah Kanaan? Ia masuk ke tanah Kanaan secara rohaniah.

Dalam rencana kekekalan, apa yang kau miliki di dalam rohanimu jauh lebih penting dibanding apa yang kau miliki dalam dunia jasmani ini. Kalau engkau bisa memperoleh seluruh kota Jakarta, apakah hatimu puas? Mungkin memiliki satu blok di jalan Thamrin saja membuatmu sudah merasa kaya raya. Tetapi Tuhan mengatakan kalau engkau memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawamu, apakah gunanya? Adakah orang yang pernah memiliki seluruh dunia ini? Setelah kesulitan moneter ini bukan saja kekayaan hilang, seluruh asset dijual, hutang pun masih bertumpuk. Inilah dunia. Maka Musa meskipun tidak masuk ke tanah Kanaan secara jasmaniah, ia sudah masuk secara rohani. Inilah arti dari Ibrani 11:13, “Mereka semua telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan, tetapi hanya dari jauh melihatnya dan melambaikan tangan,”  berarti mereka sudah yakin pasti memperolehnya. Itu milikku. Itu janji yang Tuhan berikan kepadaku.

Iman sudah melampaui pengalaman, melebihi visi, melebihi keinginan, melebihi segala keterbatasan manusia. Bukan saja demikian, kita melihat waktu Abraham disuruh menyerahkan anaknya yang tunggal yang amat dikasihinya, disitu pergumulan emosi dan pergumulan ikatan batin antara ayah dan anak tunggalnya menghancurkan Abraham. Tetapi Abraham taat akan perintah Tuhan itu. Iman adalah tindakan rohani. Itu sebab Abraham disebut sebagai bapa iman.

Kasus kedua kita melihat kasus Yosua waktu memimpin orang Israel masuk ke Kanaan, ia harus melalui sungai Yordan yang amat deras sesudah mengelilingi 40 tahun di padang belantara. Yosua dan Kaleb mempunyai perbedaan yang amat besar dengan 10 pengintai yang lain saat mereka melihat tanah Kanaan. Kesepuluh pengintai yakin bahwa orang Israel tidak mungkin mengalahkan orang Kanaan karena tubuh mereka besar, kekar dan jumlah mereka begitu banyak. Orang Israel tidak mungkin menang, tidak mungkin mendapat tanah itu. Mereka ingin tinggal di padang belantara saja. Tapi Yosua dan Kaleb mengatakan, “Yang kau lihat hanya kesulitan-kesulitan tapi yang kami lihat adalah Allah menyertai kita. Yang kami lihat adalah Allah sudah berjanji kepada kita dan kesetiaan Allah itu tidak berubah. Itu sebab Israel majulah! Pergi ke tanah perjanjian dan berperang sampai menang.”

Inilah suara statement of faith!  Iman berarti tindakan mencapai kemenangan, bukan karena takut lalu melarikan diri untuk mencari keamanan sementara. Jiwa Yosua sudah ditetapkan pada waktu muda sehingga 40 tahun kemudian ia tidak berubah. Begitu banyak orang waktu mudanya mau mati bagi Tuhan tapi waktu tua akhirnya berubah; waktu muda bersedia dipakai Tuhan tapi waktu tua akhirnya memperalat Tuhan, hanya mengejar uang. Betapa banyak orang pada waktu permulaan murni sekali, tapi setelah sukses sama sekali berubah. Tetapi Yosua selama 40 tahun tetap tidak berubah. Saat menghadapi rintangan sungai Yordan yang deras, Yosua ingat Musa pernah membelah laut Teberau. Kalau Tuhan itu adalah Tuhan yang hidup, dan Ia pernah memimpin Musa dengan cara itu, maka Ia akan memimpin dengan cara yang sama baginya. Maka Yosua menjejakkan kakinya ke sungai Yordan dan percaya bahwa Tuhan akan membuka jalan. Alkitab mengatakan, kaki Yosua masuk ke dalam air dulu baru air itu terbelah menjadi dua.

Waktu saya merenungkan hal ini, saya bersyukur kepada Tuhan bahwa tindakan yang taat akan melihat pimpinan Tuhan. Bukan menunggu pimpinan Tuhan menjadi jelas baru kita bertindak, tetapi karena kita sudah bersedia hati bertindak setiap saat panggilan itu tiba, akhirnya kita melihat pimpinan Tuhan itu berlangsung di dalam hidup kita. Bila engkau tidak melangkahkan kaki, sungai Yordan tidak pernah terbelah. Aku menginjak kesulitan, terbelahlah!  Biarlah ini menjadi motto dan slogan serta prinsip di dalam seluruh hidup kita.

Pada kasus Petrus, Tuhan memanggil, “Ikutlah Aku!” tanpa memberi jaminan apapun kepadanya. Petrus sudah mempunyai isteri, mertua dan harus menghidupi keluarga dengan mencari ikan di Galilea. Tapi Petrus tanpa memperhitungkan untung rugi taat kepada Tuhan. Ajaran di dalam Alkitab mengatakan, iman harus bertindak dulu, baru melihat bagaimana Tuhan memberkati. Pada waktu Petrus melihat Yesus berjalan diatas permukaan air, ia meminta agar boleh berjalan di atas air juga. Saat Petrus menjejakkan kakinya di air, ia akhirnya tenggelam tapi Tuhan memegang tangannya. Iman bukan hanya berteori, tapi iman juga harus taat. Iman bukan melarikan diri, tapi iman menjalankan kehendak Allah. Iman bukan cari alasan untuk mengampuni diri. Iman di dalam krisis dan kesulitan berkata, “Tuhan sudah memanggil, mari kita jalankan kehendak-Nya.”  Di dalam kesulitan bagaimana pun biarlah engkau tetap melihat Tuhan diatas takhta-Nya.

Amin.

Sumber:
Nama buku        :  Iman, Pengharapan dan Kasih Dalam Krisis
Sub Judul          : Berbuat Di Dalam Tuhan
Penulis              : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit            : Momentum, 2010
Halaman            : 79 – 98
 
 
https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/berbuat-di-dalam-tuhan-artikel-pdt-dr-stephen-tong/782240851824370