Pdt. Dr. Stephen Tong4. Orang yang suka marah

Marah tidak pernah menjadikan dirimu stabil. Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak gampang marah. Kalau Tuhan kita marah, adalah marah yang sesuai dengan keadilan yang tidak mungkin bersalah. Itu yang disebut kemarahan illahi, kemarahan yang kudus. Holy wrath of God, the wrath of God is according to the truth, the wrath of God is based on His righteousness and His holy wrath.  Kemarahan Tuhan adalah kemarahan yang suci, kemarahan yang wajar, kemarahan yang adil. Tetapi Dia tidak mudah memuntahkan kemarahan-Nya. Mempelajari filsafat marah adalah hal yang penting sekali. Allah adalah satu-satunya oknum yang berhak untuk marah karena kemarahan-Nya adalah kemarahan yang tidak pernah salah. Karena semua emosi, tindakan, kelakuan, dan perbuatan Allah harus selaras, komprehensif, sinkron, dan harmonis sepenuhnya. Allah yang tidak mungkin salah marah itu jugalah Allah yang tidak mudah marah.

Mengapa seseorang marah? Karena dia sudah terpojok, karena tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, maka dia marah. Marah membuktikan dia sudah tidak berdaya. Anak kecil mudah marah, tetapi orang yang banyak pengalaman tidak mudah marah karena dia tahu tidak perlu menggunakan cara marah. Marah hanya bisa membereskan diri sendiri tapi tidak bisa membereskan orang lain. Seorang guru yang agung adalah guru yang tidak gampang marah. Seorang ayah yang berhasil dalam mendidik anak tahu kapan dia harus marah dan kapan dia tidak perlu marah. Banyak orang yang tidak mengerti akan prinsip ini gampang diperbudak emosinya sendiri. Kalau dia sudah tidak tahan, maka dia meledakkan amarahnya dan merasa lega. Akhirnya amarah itu hanya menyelesaikan diri sendiri, tidak menyelesaikan orang lain. Kalau seseorang sudah marah, anaknya dipukul setengah mati, benda-benda dirusak. Semua dianggap salah, hanya dirinya yang tidak salah. Akibatnya, bukan saja sang anak tidak memperoleh didikan, ia malah belajar memakai cara yang sama jika sudah besar.

Jadi yang perlu adalah belajar, marah tidak berguna. Marah hanya menyelesaikan kerisauan yang ada di dalam dirimu lalu melemparkannya kepada orang lain. Janganlah marah kecuali marahmu adalah amarah yang berada di dalam pengudusan Roh Kudus, bagi kemuliaan Tuhan Allah.

5. Rasa takut

Perasaan takut adalah suatu perasaan yang membuat seseorang tidak stabil. Rasa takut selalu timbul dari rasa tidak aman, insecure. Orang yang tidak mempunyai pegangan dalam hidupnya tidak tahu arahnya kemana. Waktu kesulitan menimpa, dia tidak tahu harus kemana. Dia selalu kehilangan dasar, kehilangan pegangan, kehilangan pendirian, dan menjadi takut. Setiap orang mempunyai rasa takut. Setiap orang pernah mengalami ketakutan. Setiap orang tahu apa itu ketakutan. Takut didasari oleh perasaan tidak aman. Perlukah kita mempunyai rasa takut? Kalau tidak perlu, tentu Tuhan tidak memberikannya di dalam diri kita. Namun takut ada banyak macamnya: waktu naik ke rumah yang tinggi sekali lalu memandang kebawah, engkau menjadi ngeri, takut jatuh. Itu adalah rasa takut yang perlu ada. Orang yang takut jatuh tidak mudah terjatuh. Ketika dia takut terjatuh, berarti dia belum jatuh. Orang yang sudah jatuh dan mati, tidak lagi merasa takut. Jadi ketakutan adalah wajar sejauh ketakutan itu berada pada tempatnya. Misalnya takut yang timbul karena engkau tidak menjalankan kehendak Tuhan, sehingga engkau tersesat dan tidak lagi berpegang kepada Tuhan. Ketakutan itu akan mengenyahkan sejahtera yang berada di dalam hatimu.

Di London terdapat sebuah hotel kecil yang di atas pintunya tertulis, “Si takut datang mengetuk pintu untuk mencari kawannya. Iman menjawab, “yang kau cari tak ada di sini.”  Iman melawan ketakutan. Di mana ada iman, di situ tidak ada ketakutan. Yang ada hanyalah membuat rencana dan bersiap sedia. Takut berlawanan dengan iman. Iman berlawanan dengan ketakutan. Kadang kita merasa takut karena kita tidak mempunyai pegangan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Kita takut akan hal-hal yang berada di luar kemampuan kita untuk menangani dan menguasainya. Mengapa waktu TV menayangkan film yang penuh pertarungan, engkau tetap duduk menyaksikannya? Mengapa engkau tidak merasa takut? Karena meski bertarung dengan serus sekali, engkau bisa menguasainya dengan remote-mu. Pertarungan itu ada di bawah kuasamu. Tapi perkelahian yang nyata tidak ada di bawah kontrol kita. Ini akan membuat kita takut dan gemetar. Jadi bedanya, hal itu di bawah kontrol kita atau tidak.

Jadi rasa takut timbul saat keadaan di luar kontrol kita. Sebenarnya yang penting bukanlah kita mampu mengontrol situasi atau tidak, melainkan bisakah kita mengontrol hati kita. Tak seorang pun bisa mengontrol seluruh dunia, tetapi kita masing-masing bisa mengontrol diri. Tidak seorang pun bisa melarang burung terbang di atas kepalamu, tapi engkau bisa melarang burung bersarang di atas kepalamu. Memang tidak seorang pun dapat mengontrol situasi, bahkan Presiden Soeharto pun tidak tahu apa yang akan terjadi 2 bulan yang akan datang. Jenderal mana pun tidak ada yang tahu pesawat mana yang telah dipasang bom dan akan diledakkan. Tidak seorang pun bisa mengontrol situasi dan  mengontrol seluruh dunia. Tapi paling sedikit engkau harus bisa menguasai hatimu. Jangan biarkan dirimu dipermainkan oleh ketakutan.

6. Perasaan cemas dan kuatir

Rasa cemas ada 2 macam.  Pertama, cemas terhadap hal-hal yang sederhana, misalnya kuatir tidak punya makanan, kuatir mengalami bahaya, dsb. Kedua, kekuatiran yang lebih besar, yaitu kuatir terhadap kematian. Filsuf Eksistensialisme memakai istilah anxious. Anxiety lebih besar daripada worry. Bila saya kuatir hari akan hujan sehingga membawa payung, kuatir ada pencuri sehingga memasang gembok yang besar, itu semua kekuatiran biasa. Tetapi kecemasan yang terjadi karena dari ada menjadi tidak ada, dari hidup menjadi mati, cemas setelah berada di dunia kekekalan harus menuju ke mana, itu adalah kekuatiran total yang jauh lebih besar daripada kekuatiran sehari-hari. Itu membuatmu sama sekali kehilangan pegangan bagaikan layang-layang putus yang sedang terombang-ambing di tengah angin ribut.

7. Rasa gelisah

Gelisah berarti tidak mempunyai pegangan dalam mengatur waktu dan juga segala sesuatu yang melanda jiwa dan perasaanmu yang stabil. Hati, jiwa dan perasaan kita menjadi tegang luar biasa. Kita seperti kehabisan waktu, ingin cepat-cepat menyelesaikan sesuatu, itulah gelisah.  Coba perhatikan semut yang berada di atas kuali. Dia terus berputar ke sana ke mari, tidak bisa keluar dari kuali yang panas itu. Itulah yang disebut gelisah. Orang yang gelisah tidak bisa memanfaatklan waktu dengan baik. Orang yang gelisah selalu dikejar-kejar oleh waktu. Akhirnya ia menjadi pasif, bukan aktif.

Orang yang aktif menggunakan waktu berbeda sekali dengan orang pasif yang hidup di bawah kejaran waktu. Orang yang tidak mempunyai kestabilan jiwa di saat kesulitan tiba hanya bisa berteriak, lari dan menyelesaikannya tanpa prinsip. Contohnya, waktu engkau mengemudikan mobil, tiba-tiba menyadari remnya blong padahal sedang di jalan yang menurun, apa yang kau perbuat? Seharusnya engkau berpikir, apa cara yang bisa kupakai untuk memperlambat laju mobil ini, misalnya dengan mengganti persnelling. Tapi kalau waktu itu otakmu tidak berjalan lagi, yang bisa kaulakukan hanya berteriak, “Tuhan! Aku hampir mati.”  Maka Tuhan akan jawab, “Oke, kau boleh mati.”  Iman di dalam agama bukan untuk melarikan diri dari kewajiban. Memang menyeru nama Tuhan itu tidak salah, tetapi di saat seperti itu kita harus tahu secara rasio apakah tanggung jawab kita. Jadi selain bersandar kepada Tuhan kita juga harus tahu bagaimana menanggulangi hal itu. Gelisah tidak bisa menghasilkan apa-apa. Perbedaan orang rasionil dan yang emosioniol, antara orang yang berpengalaman dan yang tidak berpengalaman, adalah orang yang emosionil akan histeris dan gelisah dan di tengah-tengah kegelisahan itu akhirnya bertindak salah. Sebab itu janganlah tergesa-gesa, janganlah gelisah. Berlakulah stabil dan tenang.

Inilah empat dasar untuk menenangkan hati kita:

1. Hati kita tenang karena kita mengerti kedaulatan Allah

Inilah sumbangsih dari teologi Reformed, the sovereignty of God, the absolute powerof God.  Allah bukan hanya menciptakan langit dan bumi. Dia juga adalah penguasa sejarah, pengatur semua orang yang berkuasa.  Dia adalah sumber dari semua pemerintahan. Siapakah raja? Siapakah presiden? Mereka hanyalah manusia yang Tuhan letakkan di atas pemerintahan untuk seketika saja. Raja menjadi raja, presiden menjadi presiden, menteri menjadi menteri, pejabat menjadi pejabat, semua karena Tuhan memberikan kepercayaan yang sementara kepada mereka. Jika mereka melakukan keadilan, jika mereka berbuat yang sesuai di dalam jangka waktu dan batas toleransi Tuhan, mereka  masih diperbolehkan memerintah. Tetapi kalau mereka sudah melampaui batas yang telah Tuhan tetapkan, jika mereka telah merebut kemuliaan Allah, maka Tuhan akan berkata, “Your time is up, now get down!”  Jangan lupa ada kedaulatan Allah.

Ingatkah Anda, ada negara di atas negara, ada kuasa di atas kuasa, ada hukum di atas hukum, ada kemuliaan di atas kemuliaan, ada pemerintah yang lebih tinggi dari pemerintah, yaitu Tuhan Allah sendiri.

Apakah yang membuat kita stabil? Yaitu kita percaya bahwa prinsip yang ada di dalam kitab suci dan dibuktikan di dalam sejarah: God is the supreme authority. God is God of sovereignty. Allah yang mempunyai kuasa yang tertinggi, Allah yang berdaulat yang menetapkan sejarah dan segala sesuatu bisa terjadi atau tidak. Karena itulah yang menjadi keyakinan kita maka kita tidak mudah terombang-ambingkan, tidak gampang menjadi gelisah, tidak gampang kehilangan sejahtera, karena Allah kita Allah yang berdaulat.

Keyakinan ini harus menjadi butir iman yang tidak boleh kita buang. Keyakinan ini harus menjadi pegangan kita di dalam menanggulangi segala sesuatu. The understanding and the submission to the sovereignty of God is the foundation of your spiritual stability.  Kerohanian kita stabil, iman kita tidak mudah digoncangkan karena kita tahu dengan sungguh-sungguh bahwa Allah kita berdaulat. Bagaimana kerohanian kita bisa menjadi berkuasa dan stabil? Bagaimana kita bisa memiliki hati yang tenang? Karena Allah kita berdaulat. Mazmur 29:10 mengatakan, “Tuhan bersemayam di atas air bah.”  Saat air bah memenuhi seluruh bumi, Allah tetap ada di takhta-Nya.

Dua tahun yang lalu rumah saya kebanjiran setinggi 22 cm. Waktu itu saya ada di Taipei. Isteri saya gelisah sekali karena banjir, merusakkan barang-barang. Maka ia memanggil orang untuk mengangkat piano ke tempat yang lebih tinggi. Kulkas juga diangkat. Lemari yang beberapa meter tidak bisa diangkat dan terendam sehingga lapuk.

Waktu banjir, apa yang kita cari? Tempat yang lebih tinggi, bukan? Meski air bah melanda, tempat yang tinggi tidak terkena air. Alkitab berkata, ketika seluruh bumi dilanda air bah, Tuhan duduk di atas takhta. Alangkah indahnya hal itu. Itulah Tuhan kita. Tuhan kita tidak pernah terendam banjir. Yang bisa terendam banjir adalah patung berhala, bukan Tuhan. Tuhan berada di atas takhta-Nya sewaktu air bah memenuhi bumi. Percayalah dengan penuh bahwa Allah berdaulat. Kalau Allah berdaulat, mengapa Dia membiarkan air bah melanda, membiarkan kesulitan tiba, membiarkan kita mengalami segala kemiskinan dan kerugian yang begitu besar? Karena Tuhan sedang memberikan program baru untuk melatih hidupmu karena Tuhan tahu itu yang kaubutuhkan untuk membentukmu.

Kita sudah sulit dididik orang lain, karena merasa sudah dewasa. Banyak orang, saat orang tuanya masih hidup pun sudah tidak mau mendengar nasehat mereka, apalagi setelah mereka tiada, bukankah demikian?  Kita sudah menjadi orang-orang liar yang tidak bisa mendengar nasehat lagi. Cara satu-satunya adalah Tuhan memukul kita dsengan kesulitan-kesulitan. Waktu kesulitan datang dari Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya bisa berkata, “Tuhan, apa yang Kau inginkan?” Tuhan mengatakan, “Di dalam kesulitan, Aku membuka telingamu untuk mendengar suara-Ku.”   Waktu engkau kaya dan lancar, engkau tidak mudah mendengar firman Tuhan. Waktu engkau sakit, waktu engkau menderita dalam kesulitan mungkin engkau mulai mendengar-Ku, itu pun kalau kau masih rendah hati. Ada semacam orang ketika berada di dalam kesulitan bukannya mendengar,malah ia lebih marah kepada Tuhan. Maka Tuhan menutup telinganya supaya dia tidak bisa mendengar firman.

Mengapa Tuhan memberikan kesulitan kepada kita?  Karena Tuhan ingin mempersiapkan kerohanian kita ke tingkat yang lebih tinggi. Kalau terus menerus diberi hal yang gampang, bukankah menunjukkan engkau belum naik kelas? Bukankah pelajaran di universitas lebih sulit daripada di SMA? Bukankah pelajaran di SMA lebih sulit daripada di SMP? Jika engkau mengatakan sudah tahu semua isi Alkitab, tetapi otak dan hatimu belum memahami dengan sungguh-sungguh, maka Tuhan akan melatih dan mengolah kita. Sebab itu bersyukurlah kepada-Nya.

2. Hati bisa tenang karena mengerti penyertaan Tuhan

Allah menyertai kita pada waktu kita mengalami kesulitan. Allah tidak pernah memungkiri janji-Nya terutama kepada mereka yang berjalan di dalam kehendak dan pimpinan Roh Kudus. Mengapa di Ibrani 13:5-6, setelah Tuhan mengingatkan agar kita tidak tamak uang, disambung dengan pernyataan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita? Karena sebenarnya apa yang kita butuhkan di dalam dunia ini tidak terlalu banyak, tetapi yang kita ingini jauh lebih banyak. Untuk itu kadang-kadang Tuhan mengambil sebagian darinya. Biarkan Dia mengambilnya karena yang kauperlukan tidak terlalu banyak. Waktu Tuhan mengambil bagian yang lebih dari keinginanmu yang liar itu, apakah kau kira Tuhan meninggalkanmu?  Tidak. Tuhan tidak meninggalkanmu dan tidak membuangmu.

Bulan Juli tahun lalu, kemenangan Golkar telah memberi angin bagi orang-orang tamak karena kemenangan itu menyebabkan mereka bisa meminjam uang sebanyak mungkin untuk mengembangkan usaha mereka sehingga mereka bukan saja kaya tetapi kaya-raya. Akibatnya karena meminjam banyak maka bangkrutnya juga terlalu banyak. Bila kita mempunyai keinginan liar jauh melampaui apa yang seharusnya, kita telah menjebak diri di dalam berbagai macam kesedihan, kesusahan dan kepicikan. Sebab itu Tuhan mengatakan, Aku tidak akan meninggalkan engkau, jangan tamak dan jangan menjadi hamba uang. Jika engkau memang berbakat mengelola perusahaan yang besar sekali, jangan lupa bahwa itu adalah mandat kultural yang Tuhan berikan kepadamu karena talenta dan potensi besar yang ada padamu untuk menggarapnya. Tetapi jangan lupa apa pun yang kaugarap harus sesuai dengan prinsip Alkitab dan pimpinan Tuhan. Bila tidak,semua itu akan menjadi jerat, penjara, kesedihan dan kepicikan yang akan melilitmu. Sayangnya banyak orang yang menyadari hal ini saat segalanya sudah terlambat.

Sun Yat Sen mengatakan ada 3 macam orang, yaitu xian zhi xian jue (sudah sadar dan tahu sebelumnya), hou zhi hou jue (sudah gagal barulah sadar), dan pu zhipu jue (baik sebelum maupun sesudahnya tidak pernah sadar kegagalan).

Kong Hu Cu juga mengatakan ada orang yang sejak lahir sudah pintar sekali. Ada orang yang sudah belajar baru tahu. Tapi ada yang sudah belajar pun masih belum tahu, celakalah dia.  Kong Hu Cu juga mengatakan seseorang yang sejak mudanya malas, tidak mau bekerja, tidak mau berpikir, maka dia akan menjadi pencuri. Karena dia tidak mau bekerja, hanya duduk dan makan hasil kerja orang lain, bukankah secara halus ia sudah menjadi pencuri?

Tuhan beserta, tapi siapakah yang Tuhan sertai? Tuhan menyertai mereka yang berjalan bersama-Nya. Kalau engkau telah menyimpang dan minta Tuhan menyertai, Tuhan akan mengatakan padamu, “Kalau mau Aku sertai, engkau harus kembali. Mengapa mengajak Aku untuk menyimpang bersamamu?”  Tuhan tidak bisa menyimpang. Jika kita berjalan sejalur dengan jalan Tuhan maka Dia akan menyertai. Tidak ada prinsip lain, kecuali bertobat dan kembali kepada Tuhan, sungguh-sungguh taat pada prinsip-prinsip kebenaran yang diwahyukan, engkau tidak akan menikmati presence of God. You never enjoy His presence if you are going astray according to your will.

3. Hati menjadi tenang karena mengetahui ada rencana Allah untuk melatih kita melalui kesulitan

Mensius mengatakan tian jiang da ren yu si ren ye, bi xian lao qi jing gu, ku qi xin zhi,ji qi fu. Kalau sorga memberi tugas kepada seseorang, maka pertama-tama niat perjuangannya akan dibuat susah sekali, membuatnya patuh akan segala kesengsaraan secara badaniah dan membuat perutnya merasa lapar, akhirnya memupuk sifat dan temperamen di dalam dirinya. Maka Mensius menyambungnya, wu yang wu zhi hao ran zhi qi, aku memupuk temperamen, jiwa dan kelapangan hatiku menjadi begitu agung dan besar. Itu semacam dipenuhi Roh Kudus yang dimengerti dalam wahyu umum oleh orang-orang yang tidak mengerti Alkitab. Namun ironisnya, orang yang mempunyai wahyu khusus dari Alkitab justru tidak mengerti hal ini sehingga dibanding dengan banyak orang non Kristen, orang Kristen masih kalah di dalam semangat berjuangnya. Banyak pendeta lebih malas daripada mereka yang berbisnis. Coba perhatikan orang yang bekerja di kantor atau di bank, mereka lebih rajin dibanding pendeta. Kesulitan dan latihan ketat justru dipakai oleh Tuhan untuk membentuk mereka yang bisa dipakai oleh-Nya.

Kita perlu tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana atas diri kita. Tuhan mempunyai program latihan untuk kita. Tuhan mempunyai cara untuk mengolah kita sehingga kita bisa menjadi seorang yang berguna di dalam tangan-Nya. Sebagai seorang ayah, saya merencanakan bagaimana mendidik anak-anak saya dengan prinsip-prinsip yang ketat. Kalau saya saja tahu prinsip mendidik, masakah Tuhan tidak mempunyai rencana untuk melatih kita? Masakah Tuhan akan membiarkan kita berbuat sewenang-wenang? Tidak. Dia mempunyai rencana yang ketat supaya kita jadi. Bukan hanya jadi secara lahiriah melainkan seluruh hidup kita terbentuk menjadi satu watak yang sulit digoncangkan oleh Iblis. Kalau engkau tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana untuk mengolah dirimu, itulah yang membuat engkau tetap stabil di tengah-tengah kesulitan. Amin

 

 

Sumber:
Nama buku        :  Iman, Pengharapan, & Kasih Dalam Krisis
Sub Judul          :  Istirahat Di Dalam Tuhan
Penulis              :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit            :  Momentum, 2010
Halaman            :  57 – 77
 
 
Sumber : Sola Scriptura’s Facebook