Jesus ChristDalam sejarah ada satu orang yang lahirnya meminjam tempat, yang matinya pinjam kuburan, yang waktu hidup tidak ada apa-apanya, tak pernah dalam Alkitab dikatakan di mana tempat tinggal Tuhan Yesus yang permanen, tak pernah dikatakan Alkitab tempat Dia makan dengan uang yang rutin, tak pernah dikatakan dalam Alkitab berapa besar gaji-Nya, tak pernah dikatakan dalam Alkitab kalau Dia pernah punya dana untuk program penginjilan-Nya atau ada pendukung yang tetap. Tak pernah dikatakan ada administrasi yang menunjang Dia. Tetapi yang dikatakan Alkitab adalah Kerajaan Allah harus dikabarkan, karena kerajaan Allah sudah dekat. Beban-Nya, visi-Nya, berita-Nya, pengurapan Roh Kudus atas-Nya jelas, semuanya jelas, dan itulah yang digarap, sampai Dia mati, organisasi belum beres, sampai Dia mati administrasi  tidak beres. Orang-orang yang mengikut Dia tidak tahu kenapa Tuhan bertindak secara demikian. Mereka bertanya kepada-Nya:”Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Yesus menjawab mereka: ”Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis 1:6-8)

Dalam sejarah ada seorang yang waktu lahir sangat miskin, waktu mati begitu miskin, tetapi ketika bangkit dan hendak naik ke sorga Ia mengutus murid-Nya ke seluruh dunia. Ke seluruh dunia? Dari mana dananya? Murid-Nya sudah begitu takluk kepada-Nya sehingga tidak berani bertanya, ke seluruh dunia harus naik kendaraan apa? Dan bahkan Tuhan tidak mempersoalkan itu, namun yang penting mereka akan pergi ke seluruh dunia, dan hal-hal yang lain adalah urusan Tuhan – inilah kekristenan. Kekristenan dimulai dengan cara seperti ini.

Orang-orang Encyclopaedic School of Philosophy di Perancis pada abad 18 berusaha memadamkan kekristenan, tetapi beberapa puluh tahun kemudian mereka sendiri yang dipadamkan. Setiap zaman, setiap abad, setiap regim, setiap pemerintahan, yang berusaha menumpas kekristenan, pasti pada akhirnya mereka sendiri yang ditumpas. Api penginjilan itu dari Surga, yang dilemparkan oleh Kristus tidak mungkin dipadamkan. Siapakah Yesus itu? Makin kita berfikir kita makin tidak tahu, kecuali satu jawaban. Jawaban itu keluar dari mulut seorang pujangga Inggris, ia adalah C.S Lewis. Dulunya ia adalah seorang ateis, menerima evolusi dan menghina kekristenan. Tetapi akhirnya perlahan lahan ia menyelidiki dan akhirnya bertobat menjadi Kristen. Sesudah pujangga ateis ini menjadi Kristen, di Inggris terjadi satu goncangan yang luar biasa. Sesudah ia bertobat dan menjadi Kristen, ia terus menerus menulis buku tentang kekristenan yang memakai bahasa yang indah, mudah dibaca dan mengandung humor yang indah sekali. Pada satu hari C.S Lewis mengutarakan satu kalimat konklusi, “If Jesus is not God, then who is He?” Pernahkah Anda memikirkan bagaimana satu kalimat yang pendek seperti ini bisa mengungkapkan semacam penyaluran kepercayaan dan pengertian yang begitu hebat? Jikalau Yesus bukan Allah, maka cobalah katakan siapakah Dia?

Agama Baru Yang Hendak Berdiri

Kalau kita mengatakan Yesus bukan Allah, maka ada beberapa kemungkinan. Pertama, mungkin Dia seorang sombong yang mengaku diri-Nya anak Allah. Apakah Yesus adalah manusia biasa yang terlalu berani menganggap diri-Nya Allah? Apakah Yesus orang biasa yang sudah gila? Orang gila berani mengatakan dengan kalimat  luar biasa? Siapapun orang yang bertemu dengan orang gila akan merasa takut. Mungkin Yesus gila kalau mengatakan diri-Nya sebagai satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran dan satu-satunya hidup, mengatakan diri-Nya roti hidup dan sebagainya. Mungkin Yesus gila, mungkin tidak beres atau mungkin orang sombong. Apakah kemungkinan hal ini terjadi pada Yesus? Tetapi akhirnya satu persatu secara logika dikoreksi oleh C.S. Lewis sendiri, akhirnya mengatakan bahwa satu-satunya kemungkinan Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, maka itulah satu-satunya kemungkinan Yesus mengucapkan kalimat-kalimat yang tak pernah diucapkan oleh orang lain.

August Comte adalah pendiri semacam aliran filsafat yang disebut “Logical Positivism”. Semacam aliran filsafat yang menganggap bahwa sejarah dunia ini harus dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama disebut tahap mitologis, manusia percaya kepada mitos dan gejala alam; lalu setelah kebudayaan manusia semakin maju dan mulai tidak percaya kepada mitos, maka mereka masuk pada tahap ke dua yaitu tahap metafisika. Tetapi setelah manusia lebih maju sampai pada tahap ilmiah, maka manusia tidak perlu lagi Allah, manusia tidak perlu lagi Kitab Suci dan semua upacara keagamaan, maka manusia masuk dalam tahap ilmiah. Pada satu hari Comte mengatakan bahwa scientific stage ini sama artinya dengan tahap positif, di mana manusia sudah cukup pintar, tidak perlu pendeta, tak perlu Alkitab, tak perlu agama, tidak perlu Allah. Tetapi setelah berfikir lagi akhirnya Comte berkata bahwa hal itu tidak mungkin demikian, bagaimana juga manusia tetap perlu agama. Tetapi agama yang semacam apa?

Agama yang diperlukan manusia masa kini, menurut Comte mestilah agama yang tidak ada hubungan dengan mitos, hal-hal yang metafisika, ataupun mujizat. Pokoknya semua hal yang berhubungan dengan Allah pencipta langit dan bumi harus dibuang. Tuhan Yesus menyembuhkan, harus dibuang. Maka yang sisa adalah, kita harus berbuat baik dan harus bersyukur pada Allah. Allah siapa? Tidak tahu! Pokoknya Allah yang di sorga sana. Itu sudah cukup untuk menyenangkan Dia. Akhirnya agama seperti itu jadi agama humanisme. Agama humanisme ini dipelopori oleh August Comte.

Thomas Carlyle yang namanya begitu besar, menulis buku tentang revolusi Perancis. Thomas Carlyle ini dalam menyusun bukunya memerlukan waktu 26 tahun untuk mengumpulkan data-data dan bahan-bahannya, baru ia menulis dengan baik. Setelah ia menulis ratusan halaman, pada suatu hari ia mendapat seorang pembantu rumah tangga yang baru, dan si pembantu itu mengira tulisan itu tidak terpakai, maka semua tulisan Thomas Crlyle dibakarnya habis. Tulisan manuskrip asli dengan data yang dikumpulkan puluhan tahun itu semua dibakar dalam api. Waktu Carlyle pulang dan mendapati bahwa semua tulisannya dibakar habis, ia tidak marah melainkan mulai menulis ulang dengan seluruh ingatannya.

Pada suatu hari August Comte bertemu dengan Thomas Carlyle dan mengatakan bahwa ia akan mendirikan agama baru yaitu humanisme, agama tanpa pendeta, tanpa Alkitab dan tanpa hal-hal metafisika. Kemudian Thomas Carlyle menjawab Comte demikian : “Selamat! Tetapi kalau Anda ingin agar agama yang Anda dirikan menjadi sukses, paling sedikit harus ada tiga syarat. Pertama, Anda harus mengatakan kalimat-kalimat yang belum pernah diucapkan oleh siapapun. Kedua, Anda harus mengerjakan hal-hal yang belum pernah dikerjakan oleh siapapun. Dan ketiga, Anda harus berani mengumumkan kapan Anda akan mati dan tiga hari setelah hari kematian, Anda mesti bangkit lagi. Kalau tiga syarat ini Anda penuhi, maka agama yang Anda dirikan pasti sukses.”

Jawaban Thomas Carlyle adalah ringkasan untuk mengatakan siapakah Kristus. Kristus pernah mengatakan kalimat-kalimat yang belum pernah diucapkan oleh siapapun, Kristus pernah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang belum pernah dikerjakan oleh siapapun, dan Kristus pernah mengatakan bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga dan akhirnya dibuktikan oleh ratusan orang akan kebangkitan itu.

Dengan ketiga keunikan Kristus yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle ini, marilah kita memikirkan tentang apa yang dikatakan oleh Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa Kristus mengatakan perkataan yang berbeda dengan orang lain. Ketika orang-orang disuruh pergi untuk menangkap Yesus, akhirnya mereka pulang dengan tangan hampa, dengan rantai yang tidak mengikat, dan dengan gemetar karena tidak dapat menunaikan tugas mereka. Lalu orang yang mengutus mereka menangkap Yesus bertanya dengan marah: “Mengapa engkau tidak menangkap Yesus?” Jawab para pesuruh itu adalah : “Ketika kami pergi ke sana kami pergi mendengarkan ada sekelompok orang-orang yang mendengarkan Dia, dan kami sadar perkataan-Nya belum pernah dikatakan orang lain.” Mereka langsung sadar, bahwa kalimat itu tidak pernah diucapkan oleh orang lain.

Kalau kita tidak dapat membedakan antara perkataan yang bermakna dan yang tidak, maka kita tidak dapat memiliki satu kemajuan yang pesat, tetapi kalau kita bisa membedakan maka pasti akan terjadi perubahan dalam hidup kita.

Melampaui Segala Sesuatu

Sifat ke dua adalah sifat yang melampaui tempat; tidak ada tempat yang membatasi Dia. Jika di Indonesia ada dua orang berdoa demi nama Yesus, maka Yesus ada di antara mereka.  Tetapi pada saat yang sama di Moskow ada dua orang yang berdoa demi nama Yesus, maka Yesus juga ada ditengah-tengah mereka. Ini tidak pernah terjadi pada pendiri-pendiri agama manapun. Pernahkah Confusius mengatakan: ”Jikalau engkau menyebut namaku, Confusius, Confusius, maka aku akan datang”? Sokrates, Confusius, Tagore, Muhammad, nabi-nabi, Daniel, Amos, sampai Petrus, Yohanes, Paulus, tidak ada orang yang mungkin, tidak ada orang yang boleh, tidak ada orang yang sanggup mengemukakan kalimat ini dengan membuktikan kebenarannya, Tetapi apakah Anda senantiasa dan sudah pernah merasakan penyertaan Tuhan Yesus?

Semua di antara kita pernah mengalami penyertaan Tuhan Yesus. Semua orang percaya, di Indonesia, di mana saja, di gereja-gereja lain, seluruh dunia, ratusan juta, bahkan milyaran orang Kristen sepanjang sejarah, sudah membuktikan kebenaran kalimat Tuhan Yesus ini. Waktu mereka berdoa dalam nama Tuhan Yesus, mereka menikmati penyertaan Tuhan. Ini bukan kalimat yang keluar dari mulut manusia biasa. Kalimat Tuhan Yesus ini bersifat melampaui tempat, melampaui waktu dan melampaui sejarah, sehingga waktu atau periode tidak dapat membatasi Dia.

Dengan siapakah kita berani membandingkan orang-orang suci dalam agama lain dengan Kristus? Apakah Lao Tze sama dengan Yesus? Apakah Confusius sama dengan Yesus? Tidak sama! Mereka adalah manusia, tetapi Yesus adalah Allah! Mereka semua itu adalah orang yang agung, mereka mempunyai pemikiran yang tinggi, tetapi bagaimanapun juga mereka tetap adalah manusia tetapi Yesus adalah Tuhan Allah.

Sumber : Buku seri pembinaan Iman Kristen, Siapakah Kristus? Sifat dan Karya Kristus (Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong).

 

Artikel Terkait :

  1. Jalan, Kebenaran dan Hiup (Bagian II)
  2. Kristus Titik Pusat Alam Semesta (Part I)
  3. Siapakah Kristus?
  4. Mengenal Kristus