Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

B. TUJUH SYARAT JURUSELAMAT

Mari kini kita melihat tujuh syarat Yesus menjadi Juruselamat satu-satunya. Kita sangat perlu memperhatikan bagian ini, karena inilah dasar yang kokoh bagi landasan iman Kristen kita.

1. UtusanTunggal

Yesus Kristus adalah satu-satunya Juruselamat manusia, yang diturunkan dari sorga, bagi seluruh umat manusia. Yesus satu-satunya Juruselamat yang diutus oleh Tuhan Allah untuk datang ke dunia karena Dia adalah Allah. Ini adalah pengutusan yang khusus dan satu-satunya. Pengutusan ini tidak pernah dimandatkan kepada siapa pun selain Yesus. Tuhan Allah tidak pernah mengutus orang lain atau siapa pun juga untuk menjadi Juruselamat manusia.

Mengapa Tuhan Allah tidak mengirimkan malaikat atau orang saleh? Mengapa Tuhan Allah hanya mengirimkan Yesus Kristus? Sekalipun andaikata malaikat memiliki kuasa yang sangat besar, malaikat tetap adalah makhluk yang dicipta. Yang dicipta, bagaimana pun tinggi kedudukannya, tetap adalah makhluk yang terbatas dan berada di dalam lapisan atau wilayah “yang dicipta”. Yang dicipta, bagaimana pun tingginya, tidak pernah mungkin menjadi, apalagi melampaui, Pencipta. Yang dicipta itu terbatas, sehingga bagaimana pun berkuasa, tetap kuasa itu terbatas, sehingga tidak ada siapa pun yang mampu dan punya wilayah kuasa cukup untuk menjadi Juruselamat dunia. Maka perlu Tuhan Yesus Kristus. Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Pemahaman ini sulit dimengerti dan diterima oleh orang-orang muslim.

  • Pertama, orang-orang muslim sulit menerima Kekristenan. Mereka bertanya: Mengapa Allah Kristen itu tiga?  Mereka mempertanyakan, mengapa Allah bisa mempunyai Anak, dan bagaimana bisa mengampuni dosa? Hal-hal yang paling sulit dimengerti oleh manusia seperti ini telah dijelaskan di dalam Kitab Suci. Alkitab menyatakan bahwa Allah Tritunggal adalah Allah yang Tri-Pribadi dengan satu substansi. Allah Tritunggal mengirim Pribadi Kedua, Allah Putra ke dalam dunia, sehingga ketika Tuhan Yesus menjalankan tugas sebagai Juruselamat di dunia, sorga tidak kosong. Allah Bapa dan Allah Roh Kudus tetap mempunyai kuasa untuk mengatur alam semesta. Jikalau Allah menjadi manusia dan meninggalkan sorga, sehingga di sorga tidak ada Allah, maka keadaan akan menjadi gawat. Inilah kesalahan dari bidat Sabellianisme. Inilah kesalahan penafsiran dari beberapa tokoh seperti Hamran Ambrie, dkk. Mereka mengatakan bahwa Allah Tritunggal itu seperti seorang, yang ketika di kantor menjadi direktur; pada saat pulang, di mobil ia adalah sopir; dan di rumah ia menjadi ayah. Tritunggal adalah seperti direktur, sopir, dan ayah. Konsep ini salah. Mereka tidak belajar Alkitab dengan baik. Ini adalah bidat atau ajaran sesat Sabellianisme atau Modalisme, yang mengajarkan satu Pribadi dengan tiga peran. Allah Tritunggal adalah Allah satu-satunya, sehingga tidak ada analoginya didalam dunia ciptaan. Allah Tritunggal tidak bisa dan tidak boleh dimengerti dengan peranan manusia. Manusia bukan Allah, sehingga manusia tidak bisa memerankan Allah. Maka, jika kita mau mengerti Allah, kita harus mengertinya dari apa yang diwahyukan oleh Allah. Allah adalah Allah yang kekal dan kudus. Allah Tritunggal adalah Allah tiga Pribadi, namun bukan tiga Allah, melainkan satu Allah. Juga bukan satu Pribadi tetapi tiga Pribadi.

Juga ada pertanyaan: Bukankah Allah adalah Allah dan manusia adalah manusia; mengapa Allah bisa menjadi manusia? Kita harus kembali ingat bahwa Alkitab mengatakan manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Di dalam diri Allah ada inti sifat kemanusiaan. Itulah kita mengatakan bahwa Kristus datang ke dalam dunia untuk menunjukkan bagaimana manusia itu seharusnya hidup. Ini disebabkan adanya “induk sifat ilahi” di dalamnya, yang menjadi suatu kemungkinan, sehingga manusia bisa dicipta menurut peta teladan induk sifat tersebut. Peta teladan asli itu berada di dalam diri Allah. Kristus adalah induk sifat ilahi, yang di dalam-Nya terkandung peta teladan Allah tersebut. Peta teladan itu diberikan kepada manusia, tetapi peta teladan asli itu masih tetap pada Allah. Hanya Allah yang tidak berdosa, sehingga ketika Kristus datang ke dalam dunia, Ia menjadi peta teladan yang asli, yang tidak berdosa, sehingga semua manusia baru bisa mengetahui bagaimana peta teladan Allah yang seharusnya secara jelas.

Martin Luther mengatakan, bahwa pada saat kita sedang membicarakan tentang peta teladan Allah, kita sedang membicarakan sesuatu yang sesungguhnya kita tidak mengerti. Hal itu sudah hilang, sehingga kita sedang membicarakan sesuatu yang sama sekali sudah tidak ada lagi. Tetapi Yohanes Calvin mengatakan, tidak demikian! Peta teladan Allah itu masih ada, tetapi sudah rusak. Manusia masih mempunyai hati nurani, manusia masih mempunyai kekekalan, masih mempunyai intelektualitas, masih mempunyai emosi yang anggun, dan masih mempunyai niat atau kemauan untuk menjadi manusia yang agung. Angan-angan, cita-cita, imajinasi, pemikiran, akal budi, semuanya ini merupakan elemen-elemen yang melampaui apa yang ada pada binatang. Itu menunjukkan bahwa kita masih memiliki peta teladan Allah, tetapi kita tidak mengerti bagaimana seharusnya peta teladan yang asli tersebut. Oleh karena Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia, Ia ingin membawa kita mengerti bagaimana seharusnya kita hidup. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang sempurna seperti Yesus. Tidak ada seorang pun yang suci seperti Yesus. Tidak ada seorang pun yang baik seperti Yesus. Tidak ada orang yang adil seperti Yesus. Keadilan yang Yesus nyatakan bukanlah keadilan manusia, melainkan keadilan ilahi. Kesucian yang kita lihat di dalam diri Yesus, adalah kesucian yang tidak pernah mungkin dicapai oleh pendiri agama mana pun. Kebaikan Yesus adalah kebaikan ilahi dan kasih Yesus adalah kasih ilahi.

Sebelum Tuhan Yesus mengatakan di atas kayusalib, “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak mengetahui apa yang mereka perbuat,”  belum pernah ada satu filsuf, atau satu rabi, atau satu pendiri agama mengenal kasih Allah yang sejati. Yang manusia bisa lakukan adalah balas dendam. Jika saya dilukai, maka saya juga harus melukai. Kalau engkau membenci saya, maka saya juga akan membenci engkau. Jikalau engkau mencungkil mataku, saya juga akan mencungkil matamu. Semua orang sangat mudah saling membenci. Orang Arab sedemikian membenci orang Yahudi, dan orang Yahudi sedemikian membenci orang Arab, maka keduanya tidak akan pernah bisa berdamai sampai selama-lamanya. Mengapa demikian? Karena di dalam agama Arab maupun agama Yahudi, tidak ada Yesus Kristus yang rela berkorban dan mati demi mengasihi musuh-musuhnya. Bagi mereka tidak ada kasih ilahi, sehingga yang ada hanyalah saling membenci, menyebabkan masing-masing mereka penuh dengan kebencian yang tidak pernah habis sepanjang sejarah.

Dunia ini tidak pernah mengenal kasih ilahi, sampai manusia boleh mengenal Kristus yang dipaku di atas kayu salib. Semua sifat moral yang paling puncak yang ada pada diri Yesus adalah sifat ilahi yang dinyatakan di dalam hidup manusia. Jikalau Yesus bukan Allah, tidak mungkin Ia menjadi manusia yang sedemikian sempurna. Kesempurnaan Tuhan Yesus dipuja-puja oleh kaum Liberal, padahal kaum Liberal tidak mau mengakui dan tidak mungkin mengerti bahwa dasar kesempurnaan Kristus hanya dimungkinkan oleh satu alasan dasar, yaitu bahwa Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Cinta kasih, kesucian, kebajikan, dan segala sifat moral yang dinyatakan Yesus sebagai manusia dinyatakan melalui sifat ilahi-Nya, bukan sifat kemanusiaan-Nya. Maka alasan satu-satunya kita percaya mengapa Yesus sah menjadi Juruselamat karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia.

Allah Pribadi Kedua ini memasuki dunia untuk menyatakan bahwa Ia betul-betul mencipta dan mencintai dunia ini. Yang Dia cipta, Dia lawat; yang Dia cintai, Dia kunjungi. Dia tidak menggeletakkan kita dan membiarkan kita begitu saja, seperti yang diajarkan oleh para penganut Deisme. Pemahaman Deisme, dengan tokohnya Herbert of Canterbury, mengajarkan bahwa setelah Allah menciptakan segala sesuatu, Allah membiarkan dan tidak lagi turut campur atau memperhatikan apa yang diciptakan-Nya, sehingga semua ciptaan itu harus berusaha sendiri untuk bisa tetap hidup. Ajaran ini muncul sekitar abad ke-17 di Inggris, dan ajaran ini bukanlah ajaran Alkitab. Allah yang Alkitab nyatakan adalah Allah yang mencipta dan mengunjungi ciptaan-Nya. Allah yang sudah mencipta adalah Allah yang mengunjungi dunia ini.

  • Kedua, orang muslim sulit mengerti: Mengapa Allah mempunyai Anak?  Allah mempunyai Anak tidak boleh dimengerti dengan konsep manusia. Untuk mempunyai anak, manusia harus melahirkan melalui persetubuhan. Untuk mempunyai anak, manusia harus menikah. Dan untuk mempunyai anak, manusia harus seorang pria dan seorang wanita. Kalau homoseks menikah, mereka tidak mungkin melahirkan anak, karena mereka melanggar hukum Allah dan hukum alam, melawan kodrat yang ditetapkan oleh Tuhan Allah. Seorang pria dan seorang wanita menikah baru melahirkan anak. Hal ini ditetapkan oleh Tuhan Allah sebagai Pencipta.

Ketika Saudara mengatakan: “Bagaimana Allah bisa mempunyai Anak? Dengan siapa Ia menikah?” maka itu berarti Saudara sudah memutar-balikkan posisi, di mana yang dicipta dipakai sebagai ukuran untuk mengukur Pencipta. Allah yang mencipta mempunyai hak dan sifat yang melampaui ciptaan. Jadi harus kita mengerti bahwa Allah mempunyai Anak bukan karena Dia menikah, tetapi itu berarti Anak mempunyai sifat ilahi sama seperti Bapa. Tidak ada anak yang mempunyai natur berbeda dengan bapanya. Yang disebut anak berarti mempunyai ciri hidup yang sama dengan bapanya, dilahirkan dari bapanya, dan mempunyai derajat hidup yang sama. Kuda melahirkan kuda, kucing melahirkan kucing, dan kuda tidak mungkin melahirkan kucing. Yang dilahirkan dan yang melahirkan mempunyai sifat hidup dan natur yang sama. Itu artinya “anak”.  Yohanes 5:26 mengatakan bahwa “sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.” Di dalam susunan ini jelas menunjukkan beberapa pengertian: pertama, Yesus sebagai Anak yang tunggal berarti Yesus mempunyai sifat ilahi sama seperti Bapa; kedua, Yesus dilahirkan berarti Yesus bukan dicipta; dan ketiga, Yesus  sebagai Anak tunggal berarti tidak ada Anak yang lain. Jika Yesus adalah Anak tunggal, bagaimana dengan Roh Kudus? Roh Kudus dikatakan “keluar dari Bapa” (Yohanes 15:26). Roh Kudus bukan dilahirkan, tetapi keluar dari Bapa.

Jika Yesus adalah Anak Allah yang tunggal, mengapa sekarang semua orang Kristen juga sering disebut sebagai anak-anak Alah? Kita perlu jelas membedakan. Yang bersifat ilahi, yang adalah Pribadi Kedua Allah Tritunggal hanyalah tunggal, yaitu Yesus Kristus. Kita diadopsi (diangkat menjadi anak) sehingga kita mendapatkan anugerah bersama-sama dengan Anak. Kita adalah “anak angkat”.

Kita mempunyai surat akta kelahiran hanya satu buah. Tetapi untuk mengurus berbagai keperluan, seperti mengurus sekolah, KTP, paspor, dan lain-lain, kita harus berulang kali menggunakan akta kelahiran itu. Lalu kita memperbanyak dengan fotokopi. Kalau ditanya, berapa banyak kita memiliki akta kelahiran? Maka kita akan menjawab: “hanya satu.”  Tetapi bukankah di kantor kelurahan ada akta kita, di kantor catatan sipil ada, di kantor imigrasi juga ada? Jadi ada berapa akta kelahiran kita? Kita tetap menjawab: satu! Yang asli hanya satu, fotokopinya yang banyak. Yesus Kristus adalah Anak Allah yang tunggal. Dia yang asli, kita semua adalah foitokopi. Kualitas fotokopi tidak mungkin sama dengan aslinya. Kita bagaikan fotokopi anak Allah yang kurang jelas, yang terkadang miring atau hilang sebagian.

  • Ketiga, yang menjadi kesulitan bagi orang muslim adalah: Mengapa Allah mermpunyai tubuh? Allah adalah Allah Pencipta materi, dan materi yang paling suci hanya ada pada diri-Nya, yang kemudian menjelma menjadi manusia. Dan di dalam hidup Yesus Kristus terkandung kuasa hidup yang menyelamatkan, sehingga akhirnya Dia harus disalibkan, mengalirkan darah menjadi Juruselamat bagi kita masing-masing.

2. Pengantara Tunggal

Yesus adalah satu-satunya Juruselamat, karena Dia adalah satu-satunya Perantara. Jika saya bisa dan mengerti bahwa Jerman dan saya ingin memberitakan isi buku berbahasa Jerman kepada orang Indonesia, maka saya juga sekaligus harus mengerti bahasa Indonesia. Jika saya ahli bahasa Indonesia, tetapi tidak mengerti bahasa Jerman, tidak mungkin saya bisa membaca dan memberikan pengertian kepada orang Indonesia. Sebaliknya, seorang professor Jerman, yang mengerti dengan sangat tepat buku tersebut, tetapi jika tidak mengerti bahasa Indonesia, maka ia juga sama sekali tidak bisa menjelaskan dan memberikan pengertian kepada orang Indonesia. Jika saya mengerti kedua bahasa dengan fasih, saya bisa membaca buku berbahasa Jerman tersebut dengan baik dan tepat, saya juga bisa menjelaskan dan memberikan pengertian kepada Saudara dengan baik dan tepat pula. Inilah fungsi pengantara.

Di hadapan Allah, tidak ada satu pun makhluk lain yang adalah Allah, karena semua mereka dicipta. Di hadapan manusia, tidak ada nabi  yang adalah Allah, karena semua nabi adalah manusia yang dicipta. Sehingga siapa yang bisa mewakili Allah terhadap manusia, dan yang mewakili manusia terhadap Allah? Hanya satu, yaitu Allah yang menjadi manusia. Manusia tidak mungkin menjadi Allah, karena manusia mempunyai kuasa yang terbatas, tetapi Allah sanggup menjadi manusia, dan semua manusia dijadikan oleh Dia.

Pada waktu Tuhan Allah sendiri turun dengan membungkus diri dan melakukan kehadiran dengan tubuh manusia, Ia telah membatasi diri dan mengosongkan diri. Ia menyatakan diri dalam tubuh manusia yang berdaging dan berdarah. Maka Yesus Kristus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku ia telah melihat Bapa;…..Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Allah yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 14:12;12:44). Tidak ada seorang pun manusia yang mungkin dan berani mengatakan kalimat sedemikian, kecuali Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Yesus juga berkata: “Aku telah memperkenalkan Bapa kepadamu. Jika engkau mengenal Aku, engkau juga mengenal Bapa dan jika engkau tidak mengenal Anak, engkau juga tidak mengenal Bapa. Dan Bapa-Ku juga akan menjadi Bapamu.” (Yohanes 8:18-19 –para frasa). Di sini Anak Tunggal akan membawa anak-anak lain untuk diadopsi oleh Bapa di sorga. Kristus, sebagai Anak Tunggal akan membawa kita kepada Bapa-Nya, sehingga boleh diterima sebagai anak-anak angkat oleh Tuhan Allah.

Yesus adalah Anak tunggal Allah yang dilahirkan dan kita adalah anak-anak adopsi yang sebelumnya diciptakan. Pada saat kita menjadi anak-anak Allah, kita dicipta ulang di dalam Kristus (2Korintus 5:17). “Kita semua adalah ciptaan Allah, yang dicipta di dalam Kristus Yesus untuk melakukan semua kebaikan yang telah disediakan Allah sebelumnya, Ia mau agar kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10) Yesus Kristus satu-satunya yang diutus menjadi Juruselamat, dan Yesus Kristus satu-satunya Allah yang menjadi manusia, sehingga boleh menjadi perantara yang sah antara Allah dan manusia.

Jikalau Yesus adalah Allah dan tidak menjadi manusia, maka Dia tidak bisa dan tidak sah untuk dipaku di kayu salib. Allah tidak bisa mati. Jika Ia tidak menjadi manusia dan mempunyai tubuh, Ia tidak mungkin dipaku. Sebaliknya, jika Yesus hanyalah manusia, bukan Allah, maka Ia tidak mungkin bangkit, karena manusia biasa tidak mempunyai kuasa untuk bangkit sendiri. Manusia tidak mempunyai kekuatan untuk mengalahkan kuasa kematian. Yesus adalah manusia, barulah Ia bisa mewakili Saudara dan saya. Yesus adalah Allah, barulah Ia bisa mewakili Tuhan Allah. Ketika mewakili Tuhan Allah, Yesus menyalurkan anugerah; ketika mewakili manusia, Ia menanggung dosa. Inilah tugas ganda seorang Pengantara atau Mediator.

3. Sang Kudus yang Tunggal

Yesus adalah Juruselamat karena Ia tidak berdosa. Syarat Juruselamat yang ketiga adalah “tidak berdosa”. Jikalau saya tidak bisa berenang dan berada di sebuah kapal yang sedang tenggelam, pastilah saya sangat ketakutan. Di tengah ketakutan itu, tiba-tiba saya melihat sebuah pelampung. Saya meraih dan mendapatkan pelampung itu, sehingga saya terselamatkan dari kapal yang tenggelam tersebut. Pada saat saya sedang terapung-apung di tengah lautan, tiba-tiba tidak terlalu jauh dari tempat saya, saya melihat Saudara berseru meminta pertolongan dan hampir tenggelam. Maka saya katakan kepadamu: “Saya akan menyelamatkan engkau, saya sanggup menyelamatkan engkau.”  Engkau bertanya, “Mengapa engkau menyelamatkan saya?”  Saya jawab, “Sebab saya memiliki ban pelampung.”  Lalu Saudara mengatakan bahwa Saudara mau diselamatkan. Apa dasar saya menyelamatkan? Berdasarkan pelampung.

Tetapi, pada saat saya mendekat ke arah Saudara, pelampung saya mulai mendesis. Ban tersebut bocor dan menjadi semakin kempis. Sambil ban itu semakin kempis, saya berteriak, “:Saya akan menyelamatkan engkau!”  Maka pada saat itu Saudara meragukan apakah saya bisa menyelamatkan, karena Saudara melihat ban yang saya pakai sudah semakin kempis.

Jikalau kita sendiri tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri, lalu berteriak-teriak dan berjanji bisa memberi keselamatan kepada orang lain, itu sungguh perlu diragukan. Tidak ada satu orang pun yang bisa menyelamatkan orang lain, karena semua orang telah berdosa, dan karena upah dosa adalah maut, maka mereka pun akan menemui kematian. Maka jelas orang berdosa tidak mungkiin bisa menyelamatkan orang berdosa lainnya.

Benarlah jika seorang nabi mengatakan,“Jangan Anda berharap saya bisa menyelamatkan Anda.”  Itu adalah nabi yang jujur, nabi yang berani mengaku bahwa ia tidak mungkin bisa menyelamatkan. Nabi-nabi tidak bisa menyelamatkan, rasul-rasul juga tidak bisa menyelamatkan. Maka Petrus mewakili semua rasul, mengatakan, “Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:12).

Yesus bisa menyelamatkan kita karena Ia tidak bedosa. Di dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa pada suatu ketika pemimpin-pemimpin agama mengutus orang-orang untuk mengintai Tuhan Yesus. Diupayakan agar bisa menemukan kesalahan Tuhan Yesus sehingga bisa diajukan kepengadilan. Mereka benci dan sangat iri hati kepada Tuhan Yesus. Melalui cerita dalam Injil Yohanes ini kita melihat bagaimana orang berdosa bisa mempunyai sifat yang jahatnya luar biasa. Kita bisa melihat pemimpin-pemimpin agama yang mengatur strategi yang sedemikian licik untuk mencelakakan orang yang mereka benci. Betapa mengerikan dosa para pemimpin agama seperti ini. Orang biasa berbuat dosa biasa, tetapi pemimpin agama berbuat dosa yang jauh lebih mengerikan. Mereka mengirim dan menyelundupkan orang-orang mereka di tengah-tengah para pendengar, bukan untuk mendengar khotbah Tuhan Yesus, tetapi justru untuk mencari kesalahan, mengadukannya, menjeratnya ke pengadilan dan mencelakakan Tuhan Yesus. Mereka mau membunuh Yesus.

Pada saat mereka mendengar khotbah Tuhan Yesus, mendengar satu kalimat yang membuat mereka sangat terkejut. Yesus berkata: “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?” (Yohanes 8:46). Mereka sangat terkejut, karena kalimat ini tidak mungkin bisa sembarangan diucapkan. Mereka mencoba mencari-cari kesalahan dan mau mencatat kesalahan Tuhan Yesus. Namun, ternyata mereka tidak dapat menemukannya. Yesus tidak berdosa. Siapakah manusia di dunia yang berani meneriakkan kalimat seperti itu? Apakah Saudara berani mengatakan kalimat seperti itu? Apakah ada pemimpin negara yang berani mengatakan demikian? Tidak ada seorang pun yang berani mengeluarkan kalimat seperti itu, kecuali Tuhan Yesus. Memang Dia bisa berdosa, tetapi Dia tidak berdosa. Oleh karena itu, Ia adalah satu-satunya yang sanggup memenuhi syarat sebagai Juruselamat dunia.

(bersambung)

Sumber:
Nama buku        :  Yesus Kristus Juruselamat  Dunia
Sub Judul          :  Syarat Mutlak Juruselamat
Penulis              :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit            :  Momentum, 2005
Halaman            :  99 – 114

 

https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/syarat-mutlak-juruselamat-bagian-2-artikel-pdt-dr-stephen-tong/812298222151966