Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

(Kejadian 1 :26 – 27)

Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

Efesus 4 : 24

Siapakah yang perlu diselamatkan? Jawabnya jelas : Manusia, yang dicipta menurut peta dan teladan Allah. Ayat  di atas telah mengungkapkan hal itu dengan jelas. Efesus 4 : 24 dapat juga diterjemahkan :”Manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, yaitu yang mempunyai keadilan dan kesucian di dalam kebenaran.”

Di halaman pertama Alkitab, Tuhan Allah telah menyatakan bagaimana Ia menciptakan langit dan bumi. Setelah Ia menciptakan segala sesuatu, tertulis bahwa Ia berkata di antara Pribadi-Pribadi Tritunggal: “Marilah Kita menciptakan manusia menurut peta dan teladan Kita.” Maka diciptakanlah laki-laki menurut peta teladan Allah, juga diciptakannya perempuan menurut peta teladan Allah; untuk menguasai burung-burung di udara, binatang di bumi, dan ikan-ikan di laut. Penjelasan ini merupakan penjelasan yang pertama kali tertulis dalam Kitab Suci tentang mengapa dan untuk apa Tuhan menciptakan manusia.

Jikalau Anda belajar dan memperhatikan, Anda tidak akan menemukan satu pun kitab-kitab di dalam berbagai agama atau filsafat, yang pernah, yang berani dan yang boleh menuliskan kalimat-kalimat setegas ini. Di dalam konsep agama-agama lain, manusia tidak mungkin mengerti sedalam dan setepat yang kita telah baca di Kejadian 1 : 26 – 27.

A. Manusia : Ciptaan Tertinggi

Apakah artinya Tuhan Allah menciptakan segala sesuatu, baru kemudian menciptakan manusia? Manusia dicipta terakhir, apakah itu berarti manusia tidak penting? Justru pemikiran yang sedemikian adalah pemikiran yang terbalik. Tuhan Allah justru menciptakan segala sesuatu, baru akhirnya mencipta manusia, karena Allah menghargai manusia. Allah mencipta manusia dengan kemuliaan dan hormat yang tertinggi, sehingga Ia mencipta terakhir. Terakhir, karena segala sesuatu yang dicipta sebelumnya, dipersiapkan untuk manusia. Terakhir untuk manusia dapat menikmati dan menguasai semua itu. Pikiran ini bagaikan seorang ibu hamil yang segera mempersiapkan ranjang kecil dan pakaian kecil untuk bayinya. Bukan sebaliknya, ibu itu menunggu sampai anaknya lahir, lalu menggeletakkannya untuk pergi membeli ranjang dan pakaian. Seorang ibu yang baik berupaya untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk bayinya yang akan lahir. Ia akan memikirkan untuk mempersiapkan ranjang, mempersiapkan popok, selimut, bantal, guling, bahkan mungkin sampai lambu dan kereta dorong bayi. Seorang ibu yang akan melahirkan berusaha sebaik mungkin mempersiapkan yang terbaik untuk anaknya yang akan dilahirkan. Adam dicipta terakhir karena Allah memandang manusia sebagai ciptaan yang paling penting.

Manusia lebih penting dari segala sesuatu. Manusia lebih penting dari bumi, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Manusia lebih penting dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Manusia lebih penting dari semua materi yang ada, karena manusia dicipta terakhir, dicipta sebagai puncak ciptaan. Manusia adalah ciptaan yang paling hormat dan paling mulia. Itu sebabnya manusia dicipta terakhir, sehingga setelah dicipta, dia bisa menikmati segala sesuatu yang baik, yang telah Allah cipta dan persiapkan sebelumnya. Puji Tuhan. Inilah hikmat dan bijaksana Allah.

Alkitab tidak pernah satu kali pun mencatat sesuatu yang sia-sia. Alkitab tidak pernah mencatat wahyu yang tidak benar. Oleh karena itu, jika Alkitab mencatat sesuatu, di dalamnya terkandung makna dan pengertian yang begitu dalam dan penting bagi manusia. Maka, kita perlu mempelajari, mengertinya, menerimanya, dan mentaatinya seumur hidup kita.

Ketika Tuhan Allah menciptakan manusia, Tuhan berkata : “Baiklah kita mencipta manusia menurut gambar dan rupa kita.” Berarti manusia memiliki peta Tuhan Allah. Keunikan manusia ini perlu kita mengerti dengan jelas di dalam pembahasan kita kali ini. Apa artinya “peta teladan Allah”? Itu berarti kita mirip dengan Tuhan Allah. Berarti Tuhan memiliki suatu “peta” dan di dalam kita ada juga “bayang-bayang-Nya.” Tuhan Allah memiliki gambar dan rupa, di mana bayang-bayang-Nya terdapat pada diri manusia. Ada hal-hal yang mirip dengan Tuhan Allah, yang ada di dalam diri manusia.

Ketika kita melihat seseorang pemuda, lalu kita merasa kita pernah melihat dia sebelumnya. Akhirnya kita sadar bahwa ia adalah anak dari seorang bapak, sahabat kita. Kita bisa melihat sedemikian karena ada kemiripan antara si pemuda tersebut dengan ayahnya. Kemiripan itu membuat kita sadar dan tahu bahwa anak itu adalah anak bapak tersebut.  Demikian pula, manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah sendiri. Pada saat dicipta, bagi kita sudah disediakan suatu potensi dan posisi untuk menjadi anak-anak Allah. Maka, jikalau dalam hidup ini kita tidak hidup kembali kepada Allah dan menaati Allah, berarti kita tidak  hidup seperti Allah. Itu berarti kita menginjak-injak potensi yang Allah telah diberikan. Kita telah menghina dan merobek-robek hak untuk menjadi anak-anak Allah. Itu berarti kita rela dan telah dirusak oleh dosa. Akhirnya kita jauh dari Sang Pencipta.

Sebelum Allah Pencipta mencipta manusia, Ia telah mencipta segala sesuatu dan Ia melihat semua itu baik adanya. Tetapi ketika Ia mencipta manusia, Ia menegaskan bahwa semua yang dicipta itu sangat baik adanya. Di antara baik dan sangat baik, di situlah manusia di cipta. Baik berbeda dari sangat baik. Ada perbedaan kualitatif di dalamnya. Jika kita mempunyai mobil, itu baik; jika kita mempunyai lemari es, itu baik; kalau kita mempunyai rumah, itu baik. Tetapi ketika istrimu melahirkan anak pertamamu, semua itu menjadi sangat baik adanya. Mobil, lemari es, rumah dan lainnya adalah benda-benda mati yang kita miliki. Itu tidak mengandung hidup. Tetapi anak kita adalah anak yang hidup, ia adalah manusia, yang meneruskan sifat kemanusiaan kita. Itu sebabnya ia sangat baik adanya. Allah melihat semua ciptaan ini baik, tetapi setelah mencipta manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Tuhan, Ia melihat semua yang dicipta itu menjadi sangat baik adanya.

Ada perbedaan kualitatif antara baik dan sangat baik, yaitu manusia sudah ada di dalam dunia ini. Manusia yang dicipta dengan memiliki peta dan teladan Tuhan. Itu sebabnya Tuhan Yesus diturunkan menjadi Juruselamat bukan untuk menyelamatkan malaikat atau binatang, bukan juga untuk menyelamatkan makhluk-makhluk lain, tetapi hanya untuk menyelamatkan manusia, karena manusia dicipta menurut peta dan teladan Tuhan Allah. Semua bangsa, semua suku, semua ras adalah manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Allah. Dialah yang dicintai oleh Tuhan Allah. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3 : 16). Allah mencintai dunia ini, Ia tidak ingin manusia binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Allah tidak menyelamatkan macan, Allah tidak menyelamatkan kuda, Allah tidak menyelamatkan anjing, kucing dan sebagainya. Bahkan di dalam Ibrani 2 dikatakan bahwa ketika malaikat yang jatuh ke dalam dosa, Tuhan Allah pun tidak menyelamatkan mereka. Tuhan hanya menyelamatkan manusia. Allah hanya memedulikan keselamatan “keturunan Abraham.”

Abraham Sacrificing Isaac (By-Rembrandt)

Siapakah “keturunan Abraham”? Mereka adalah manusia-manusia yang mempunyai iman seperti Abraham. Abraham disebut sebagai “Bapa orang beriman.” Itu sebabnya, barang siapa yang memiliki iman seperti Abraham, ia akan diselamatkan oleh Tuhan. Apakah itu berarti semua orang secara otomatis diselamatkan? Tidak! Ada orang-orang yang akan masuk neraka dan ada orang-orang yang akan masuk sorga. Memang yang diselamatkan adalah manusia, tetapi bukan semua manusia. Tetap ada manusia yang akan masuk ke neraka dan mengalami kematian kekal. Mengapa mereka masuk neraka? Karena mereka berbuat dosa, lalu menginjak injak darah Yesus, menghina, dan menolak Anak Tunggal Allah. Mereka menghina Kristus yang disalibkan di Golgota dan menganggap sepi dan melecehkan keselamatan yang dikerjakan dengan pengorbanan darah Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah.

Namun bagi mereka yang percaya dan menerima Yesus Kristus, serta mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, menerima Dia sebagai Anak Allah, mengakui darah-Nya yang tercurah di kayu salib untuk menebus dosa mereka, mereka akan diselamatkan. Mereka adalah orang-orang beriman, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Mereka inilah yang disebut sebagai keturunan Abraham. Iman kita berpaut pada iman Abraham. Abraham percaya kepada Tuhan dan diterima oleh Tuhan. Orang-orang yang percaya dan berpaut dengan iman Abraham, juga percaya dan beriman kepada Tuhan.

Siapa yang Allah kirim untuk menyelamatkan manusia? Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus datang menggantikan posisi kita. Abraham mengerti konsep ini, jauh sebelum penetapan waktu Allah tiba untuk kedatangan Kristus ke dunia. Pada suatu hari, Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal yaitu, Ishak. Tetapi kemudian malaikat memberi tahu untuk tidak jadi mempersembahkan anaknya. Lalu diturunkanlah Ishak dari mezbah dan Abraham melihat domba yang terkait di semak di dekatnya. Domba itulah domba persembahan yang disembelih dan diserahkan di atas mezbah kepada Allah. Dengan kejadian ini, Abraham mengerti anak domba Allah yang akan menggantikan anak tunggalnya yang harus mati. Demikian pula di dalam Perjanjian Baru, Yohanes Pembaptis mengatakan: “Lihatlah Anak Domba Allah yang mengangkut dosa manusia.” Siapakah yang dimaksud oleh Yohanes Pembaptis sebagai Anak Domba Allah ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan Yesus sendiri. Yesus Kristus adalah sesungguhnya Anak Domba Allah yang mengganti umat manusia yang berdosa.

Abraham mengerti anak domba yang disediakan untuk mengganti anak manusia. Demikian Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa Anak Domba itu adalah Yesus Kristus. Lihatlah Anak Domba Allah, yang mengangkut dosa manusia. Orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah orang-orang yang disebut anak-anak Abraham. Mereka diberi hidup yang kekal, karena mereka beriman kepada Yesus Kristus.

Tuhan mencipta kita menurut peta dan teladan-Nya dan Ia menyelamatkan kita yang beriman kepada-Nya. Saudara dicipta menurut peta dan teladan Allah. Itu sebabnya, Saudara adalah makhluk yang hormat, makhluk yang mulia, makluk yang berharga, kekal selama-lamanya. Oleh karena itu, janganlah Saudara menghina dirimu. Sekalipun ada orang yang menghina, jangan Saudara menghina diri sendiri. Sekalipun ada orang yang memfitnah Saudara, jangan Saudara merendahkan diri. Sekalipun tidak seorang pun mengenal Saudara, Tuhan mengenal Saudara. Saudara sedemikian diperhatikan oleh Tuhan Allah. Saudara mempunyai nilai hidup yang begitu besar, sehingga Tuhan mengatakan bahwa “nilai hidup satu orang melampaui seluruh dunia ini” (Matius 16 : 26). Yesus berkata, “Apakah untungnya jika engkau memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawamu?” Engkau begitu berharga dihadapan Allah. Justru karena engkau begitu berharga, nilaimu begitu hormat, maka Yesus Kristus harus turun ke dunia untuk menebus engkau dan saya. Bukan karena Saudara mampu atau layak, tetapi karena perintah Allah mengirim Kristus datang ke dunia. Yesus Kristus harus taat, sehingga Ia turun ke dunia untuk menjadi Juruselamat. Puji Tuhan! Inilah Injil yang murni, yang mungkin sudah lama sekali kita lupakan, tidak lagi kita ingat, dan tidak pernah kita dengar lagi di gereja. Biarlah kita mengembalikan kemuliaan Kristus, Anak Domba Allah, yang datang menyelamatkan Saudara dan saya.

Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong, Diambil dari Buku Yesus Kristus Juruselamat Dunia halaman 1 s.d 10