Pdt. Dr. Stephen Tong (Samaria)Tanya : Apakah ketika Tuhan Allah menjadi manusia merupakan pergeseran status Tuhan Allah sendiri?

Jawab : Tidak demikian. Tuhan Allah yang mencipta manusia menurut peta dan teladan Allah. Maka di dalam diri manusia ada “peta dan teladan yang asli.” Yang asli itu sebenarnya masih berada di dalam diri Kristus sendiri. Ketika Ia menjadi manusia, Ia merendahkan diri menjadi manusia, tetapi tetap Dia adalah Allah. Ia memakai peta teladan Allah yang menjadi induknya, aslinya manusia. Ini adalah suatu rahasia besar. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada semua manusia, “Mari ikutlah Aku. Teladanilah Aku. Pikulah kuk yang kupasang.” Dia tetap adalah Allah, dan Dia tetap adalah manusia yang paling asli. Bedanya, semua manusia dicipta mirip Tuhan, tetapi Tuhan Yesus tidak mirip Tuhan, tetapi Dialah Tuhan. Ketika Dia menjadi manusia, sifat kemanusiaan yang ada pada-Nya adalah induk dari peta teladan yang kita miliki. Dengan demikian, Tuhan tidak pernah bergeser statusnya, karena Dia adalah manusia yang asli dan Allah yang asli.

Kita adalah milik Allah, tetapi Dia adalah Allah. Yohanes 3 : 13 mengatakan bahwa tidak ada yang naik ke sorga, selain Dia yang turun dari sorga. Sama seperti seorang raja, yang menanggalkan pakaiannya, lalu memakai baju orang desa, lalu pergi mengelilingi desa. Orang desa yang tidak mengenal raja, melihat dia dengan pakaian biasa, menganggap bahwa dia adalah orang desa biasa. Pada saat seperti itu, raja ini berada ditengah-tengah orang desa dan hidup seperti orang desa. Orang melihat sepertinya dia sedang bergeser status, tetapi tidak. Ia tetap adalah seorang raja. Dengan demikian, ia belum pernah berubah status. Hanya tampak luarnya seolah-olah berubah karena ia berganti pakaian.

Tanya : Apakah pada saat lahir baru kita perlu dibaptiskan kembali, walaupun kita sudah pernah dibabptiskan pada waktu kecil?

Jawab : Jikalau pada waktu kecil kita sudah dibaptiskan, lalu pada waktu bertumbuh dan menjadi semakin dewasa, lalu lahir baru, apakah kita perlu dibabtiskan kembali? Tidak perlu! Jika Saudara dibabtiskan kembali, itu berarti Saudara menganggap baptisan yang dulu tidak sah. Padahal baptisan yang dahulu itu di dalam Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Baptisan dalam nama Allah Tritunggal ini tidak boleh dipermainkan, karena itu berarti kita menghina nama Allah Tritunggal.

Jika Saudara merasa dulu pada waktu menikah kurang mencintai istri Saudara, lalu sekarang sudah semakin mencintai dan sungguh-sungguh mencintai, lalu Saudara mau menikah ulang lagi di gereja, itu juga tidak perlu. Yang penting, perbaharui cinta Saudara, bukan pemberkatan lagi.

Tanya : Bagaimana Tuhan menyelamatkan orang-orang bukan Kristen yang ada di pedalaman atau tempat yang terkecil?

Jawab : Terkadang Tuhan  memakai orang untuk pergi ke pedalaman untuk memberitakan Injil, tanpa diutus oleh gereja. Terkadang ada Alkitab yang tertinggal di desa atau tempat terkecil, lalu dibaca oleh mereka. Atau terkadang ada orang yang memutar radio di pedalaman, lalu mendengar Injil dan bertobat. Juga bisa ada orang pedalaman yang diberi kesempatan keluar satu dua hari, dan di situ ia mendengar Injil. Dan ada banyak cara lain di mana Tuhan bisa bekerja untuk membawa orang mengenal Injil. Namun, itu bukan berarti semua orang mempunyai kesempatan untuk mendengar Injil. Juga bukan semua yang berkesempatan  mendengar  Injil pasti akan  menerima Tuhan. Semua itu kembali tergantung kepada bijaksana Tuhan, kuasa Tuhan, dan cara Tuhan Allah memberikan anugerah kepada manusia.

Efesus 1 : 6-8 mengatakan bahwa Allah bisa memberikan anugerah (kasih karunia)-Nya yang sedemikian limpah berdasarkan hikmat dan pengertian Allah sendiri. Maka manusia sering kali tidak bisa mengetahui dan  mengerti bagaimana Tuhan bekerja. Ada orang yang secara manusia sulit menjadi Kristen, tetapi karena anak perempuannya menikah dengan orang Kristen, akhirnya ia menjadi Kristen. Ada satu cara yang sangat aneh dan saya tidak mengerti sama sekali, yaitu satu orang yang dalam keadaan bingung dan galau pergi ke kelenteng, lalu mengambil batang di situ, dan tertulis bahwa ia tidak cocok di kelenteng, dan lebih cocok di gereja. Dengan tulisan itu, akhirnya ia menjadi orang Kristen. Sungguh cara-cara yang terjadi kita sulit mengerti. Ada juga orang yang mulai dengan sangat melawan Kristen, sampai tertangkap dan ketika dipenjarakan  ia bertobat dan menjadi Kristen. Jadi cara Tuhan sering kali sangat-sangat mengherankan.

Tanya : Bagaimana cara memberitakan Injil kepada orang Nichiren/Gohoson?

Jawab : Saya kurang mengerti arus dari Buddhisme yang Saudara sebutkan ini. Namun, dalam memberitakan Injil kepada siapapun juga, pertama-tama, harus mengasihi dan perhatian; kedua, kalau mungkin mengerti hambatan-hambatan pikiran dan diri mereka untuk menerima Injil; ketiga, jangan bersandar pada pengertian kita sendiri, tetapi sepenuhnya bersandar pada pimpinan Roh Kudus; keempat, jangan masuk ke dalam perdebatan yang akhirnya membuat perseteruan yang sengit dan saling membenci, karena akan dipakai oleh setan. Percuma Saudara memenangkan perdebatan, tetapi kehilangan orangnya. Itu suatu kegagalan.

Keluarga besar saya dahulu adalah keluarga yang sangat terpandang dan dihormati. Keluarga kami pernah mendapatkan penghargaan dari kaisar Beijing untuk digantung di rumah kami yang cukup besar di Cina. Saat itu, kami sekeluarga bukan orang Kristen. Kami adalah penyembah nenek moyang. Seorang ibu tua setiap kali datang dan memberitakan Injil kepada keluarga kami. Ibu tua ini tidak bosan-bosan membagi traktat, mengajak kebaktian dan memberitakan Injil. Ibu saya selalu mengatakan “ya,” tetapi tidak pernah datang, sampai akhirnya ibu tua itu diusir dari rumah. Kesabaran yang selama ini sebenarnya kesabaran palsu, jawaban palsu, akhirnya meledak menjadi tidak sabar lagi.

Saat itu, kakak saya sakit panas 27 hari, dan sudah pergi kemana-mana tidak sembuh juga. Akhirnya kelenteng menyuruh memasang 48 meja perjamuan untuk dewa-dewa agar bisa sembuh. Rumah mana yang memiliki sampai 48 buah meja? Akhirnya orang tua saya menyerah dan membiarkan kakak saya meninggal. Pada saat putus asa, ibu tua itu datang lagi dan menawarkan untuk mendoakan kakak saya. Ibu saya heran, mengapa ibu tua yang sudah diusir begitu keras, masih mau datang lagi dan masih mau mendoakan kesembuhan anaknya. Ketika ibu tua itu berdoa, ibu saya juga disuruh tutup mata, tetapi tidak tahu kapan boleh buka mata. Maka ibu saya dua kali mengintip untuk mengetahui ibu tua itu sudah selesai doa atau belum. Sore hari itu juga kakak saya sembuh. Dari peristiwa ini semua anak-anak diperbolehkan ke gereja. Lalu anak-anak pulang gereja begitu senang dan menyanyi-nyanyi. Ayah saya heran, karena ayah saya tidak bisa bernyanyi. Ayah saya tertarik melihat anak-anaknya belajar not untuk menyanyi. Lalu papa saya mulai coba-coba ke gereja. Setelah satu tahun ke gereja, akhirnya papa saya menjadi Kristen. Baru saja menjadi Kristen, tiba-tiba papa sakit dan meninggal. Keluarga yang baru saja menjadi Kristen ini tiba-tiba ditinggalkan ayah, dan ibu saya menjadi janda diusia 33 tahun dengan delapan anak. Ibu saya harus bekerja keras dan membesarkan anak-anaknya. Ibu saya rajin berdoa dan berpuasa, mendoakan hamba-hamba Tuhan yang melayani Tuhan. Akhirnya dari ketujuh anak laki, lima orang dipanggil menjadi hamba Tuhan. Cara Tuhan bekerja memang berbeda-beda. Bagaimana kita bisa memberitakan Injil dengan baik? Tekun, sabar, penuh cinta kasih, dan mau mengerti. Kalau mungkin Saudara mengerti apa yang dia percaya dan pelajari, sehingga bisa mengerti kesulitan dia mengerti iman Kristen. Dan di atas semua itu, tetap bersandar kepada Tuhan.

Tanya : Mengapa dalam hal bahasa roh, gereja-gereja tidak bisa bersepakat dan terjadi pro dan kontra?

Jawab : Bahasa roh sering dimengerti juga dengan istilah “karunia lidah.” Di dalam 1 Korintus 12 : 8 – 10 karunia bahasa lidah ada pada urutan yang kedelapan, dan untuk menafsirkan bahasa roh diurutan ke sembilan. Ini adalah dua urutan terakhir dari sembilan karunia yang dipaparkan dalam ayat ini. Sedang dua urutan yang pertama juga berkaitan dengan karunia lidah, yaitu berkata dengan hikmat dan berkata dengan pengetahuan. Kedua karunia lidah yang pertama ini bisa dimengerti, sementara kedua karunia lidah yang terakhir tidak bisa dimengerti, sehingga membutuhkan penafsir atau penerjemah. Jikalau di dalam sebuah kebaktian ada orang yang berkarunia bahasa lidah, maka harus diterjemahkan. Itu pun hanya dua atau tiga orang saja, dan harus bergiliran (bukan bersama-sama). Ini yang Paulus ajarkan dan tegaskan dalam 1 Korintus 14 : 27 – 28. Peraturan jemaat ini sudah sangat jelas, namun pada saat sekarang gereja melakukan hal-hal yang sama sekali bertentangan dengan perintah Alkitab ini. Ada orang-orang yang “berbahasa lidah,” bukan dua atau tiga, melainkan ratusan; bukan bergantian, tetapi semua bersama-sama bersuara dalam kebaktian; bukan dengan penerjemah, tetapi tanpa penerjemah, sehingga sama sekali tidak dimengerti apa yang sedang dikatakan. Semua melawan Alkitab. Lalu dengan karunia lidah yang palsu seperti ini, orang membuktikan bahwa ia memiliki Roh Kudus. Kalau karunia lidah bisa dijadikan syarat untuk membuktikan diri memiliki Roh Kudus, maka orang mencari karunia lidah bukan mencari Roh Kudus. Ini suatu penyelewengan yang sangat berbahaya.

Saya menegaskan bahwa karunia lidah memang adalah karunia yang sangat penting, apalagi jika memang Tuhan Allah mengaruniakannya kepada orang-orang tertentu, tetapi itu bukan hal yang diutamakan dan disalahfungsikan. Dan banyak sekali yang palsu, dan yang palsu ini berasal dari setan. Oleh karena itu, gereja janganlah sembarangan meninggikan karunia ini melampaui karunia-karunia yang lain. Jikalau melanggar peraturan Firman Tuhan, itu akan menjadi bahaya bagi gereja dan orang percaya. Oleh karena itu, marilah kita menuntut diri untuk kembali kepada kebenaran Firman Tuhan yang mengajar dengan bahasa yang bisa dimengerti. Paulus berkata, bahwa mengajar dengan lima kata yang dimengerti lebih penting daripada beribu-ribu kata bahasa roh yang tidak dimengerti. Hal penting di sini yaitu kalimat-kalimat yang bisa dimengerti jauh lebih penting beribu kali ketimbang bahasa roh. Kalau kita mengatakan lima kalimat penting: pertama, Saudara adalah manusia berdosa; kedua, orang berdosa berada di bawah hukum dan tidak bisa menyelamatkan diri; ketiga, Tuhan Yesus begitu mengasihi dan mau menyelamatkan; keempat, Tuhan Yesus mati menebus dosa manusia; dan kelima, setiap orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus akan diselamatkan dan beroleh hidup kekal. Lima kalimat yang bisa dimengerti ini sangat berguna ketimbang ribuan kalimat bahasa roh yang tidak dimengerti, yang membuat manusia tidak bisa mengerti Alkitab dengan baik.

Tanya : Allah Kristen adalah Allah Tritunggal. Mengapa di dalam Pengakuan Imam Rasuli dikatakan bahwa Yesus duduk di sebelah kanan Bapa, yang menimbulkan kesan bahwa ada dua Allah. Mohon penjelasan.

Jawab : Kalimat “Yesus duduk di sebalah kanan Allah Bapa” membuktikan bahwa Yesus memiliki Pribadi yang berbeda dari Allah Bapa. Yang disebut Tritunggal adalah tiga Pribadi namun bersubstansi tunggal. Tiga pribadi berarti Pribadi Allah Bapa berbeda dari Pribadi Allah Anak, dan Pribadi Allah Anak berbeda dari Pribadi Allah Roh Kudus. Kalau ada tiga Pribadi mengapa disebut Allah yang esa? Saya memiliki Kitab Suci, dan Alkitab yang saya pegang adalah satu Alkitab utuh yang lengkap dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Saudara juga memegang Alkitab, dan Alkitab yang ada di tangan Saudara juga lengkap dan utuh, tidak ada halaman yang kurang. Bukan saya mempunyai separuh Alkitab lalu Saudara punya sisanya. Saudara dan saya masing-masing mempunyai Alkitab yang utuh. Jadi jika ditanya Kitab Suci orang Kristen ada berapa? Jawabnya : satu, Mengapa demikian? Karena substansinya esa. Sekalipun setiap orang Kristen memegang Kita Suci, di mana Kitab Suci yang saya miliki berbeda dari Kitab Suci yang Saudara pegang, tetapi Kitab Suci Kristen tetap satu. Jadi bukan berarti karena kita percaya Allah Bapa berbeda dari Allah Anak berbeda dari Allah Roh Kudus, maka orang Kristen percaya kepada tiga Allah, sehingga Allah itu tetap satu adanya.

Demikian juga, khotbah yang saya pikirkan, ketika saya beritakan menjadi suara yang didengar oleh pendengar, dan juga direkam di dalam bentuk pita rekaman. Maka khotbah yang ada di kepala saya dalam bentuk pikiran, berbeda dari khotbah yang didengar dalam bentuk suara, dan juga berbeda dari khotbah yang sudah dalam bentuk gelombang magnetik. Namun, secara substansi, khotbah itu tetap satu, karena semua itu bukan menjadi tiga khotbah. Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus adalah Allah yang esa.

Jangan mengerti Allah Tritunggal sebagai air, es, dan uap; atau harumnya bunga, bentuknya, dan warnanya. Analogi-analogi Allah Tritunggal ini adalah analogi yang salah. Memang kelihatannya seperti lebih mudah dimengerti, namun salah. Karena itu hanya membedakan peran dari satu esensi tunggal. Juga benda matahari, sinarnya dan panasnya. Ini analogi yang tidak benar, karena sinar matahari bukan matahari. Maka analogi ini salah. Yesus bukan sifat-Nya Allah, tetapi Yesus adalah Allah itu sendiri. Roh Kudus adalah penghibur yang lain, maka Ia adalah Pribadi yang lain. Maka sekalipun Yesus duduk di sebelah kanan Allah, Ia tetap adalah Allah yang esa dengan Pribadi yang berbeda.

Yang disebut “duduk di sebelah kanan Allah” mempunyai tiga lapisan arti. Yang pertama, berarti Ia adalah Yang Menang. Di dalam sebuah kegiatan militer, jenderal yang sudah berperang dan menang, ketika pulang diberi hak untuk duduk disebelah kanan raja. Itu arti pertama Yesus duduk di sebelah kanan raja. Pertama kali pengertian ini muncul dalam Mazmur 110:1. Pengertian yang kedua, adalah Ia diterima baik. Pada saat Ester menemui Raja Ahasyweros, ia diberi duduk di sebelah kanan raja, dan saat ibu dari Raja Salomo menemui Raja Salomo, ia juga diberi duduk di sebelah kanan raja. Ini menunjukan bahwa raja berkenan menerima mereka dengan baik. Setelah Yesus mati dan bangkit, Ia kembali ke sorga, pengorbanan dan karya penebusan-Nya di kayu salib diterima baik oleh Allah, maka Ia diberikan kedudukan di sebelah kanan Allah. Pengertian ketiga, berarti Ia dijadikan Penguasa atas segala musuh. Maka setiap kali kita mengikrarkan Yesus duduk di sebalah kanan Allah, itu berarti kita dengan iman mengakui dan mengerti bahwa Yesus sudah diterima, Yesus menang atas musuh, dan menjadi Penguasa atas musuh di atas alam semesta ini. Dengan ini Yesus menyatakan diri sebagai Pemenang dan mengalahkan segala sesuatu yang gagal dicapai oleh Adam yang pertama. Yesus menjadi Adam yang terakhir, Adam yang kedua, yang menang dan yang sempurna. Amin