Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

Sebelumnya

Yohanes 17:17 adalah satu-satunya ayat yang menyatukan dua hal: Firman Tuhan dan kebenaran. “Kuduskanlah mereka di dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” Apa itu kebenaran? Tak ada ayat lebih pendek, jelas, dan tepat daripada ayat ini. Saya kira, selain Yesus tidak seorang pun berani, pernah, dan boleh mengatakan kesatuan yang begitu jitu, singkat, dan jelas konsepnya. Firman Tuhan merupakan faktor dan kuasa yang menyucikan kita. Firman Allah adalah kebenaran.

Seribu tahun sebelum Yesus mengatakan kalimat ini, Mazmur 119:9 berkata: “Bagaimana anak muda mempertahankan kehidupannya suci? Yaitu dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Saya melihat sendiri betapa pemuda atau pemudi yang tidak beres karena menolak firman. Sungguh celaka. Tetapi yang pasang telinga mendengar firman akan bahagia sekali. Banyak orang pikir tidak membutuhkan firman, atau mendengarkan khotbah, karena ia adalah pemuda pandai, berintelek, berakal budi, ber-IQ tinggi. Mereka anggap Alkitab adalah buku kuno. Tetapi, tanpa firman dari Tuhan, hidup sangat berbahaya. Tanpa mengerti perkataan dari sorga, engkau hidup menuju neraka.

Hanya ada dua model kehidupan dan akibatnya, setelah hidup di dunia turun ke neraka atau naik ke sorga. Orang yang hidup di dunia tidak mau firman adalah orang yang menuju kebinasaan, karena dunia beserta segala nafsunya akan binasa. Hanya mereka yang menjalankan kehendak Allah, hidup selamanya. Dunia ini sementara, kenikmatannya palsu, segala materi hanya menipu kita untuk nikmat secara kedagingan saja.

Manusia tidak hanya mempunyai daging, tetapi juga mempunyai jiwa; tidak hanya mempunyai badan, tetapi mempunyai roh juga. Barang siapa hidup hanya bersandarkan materi saja, ia bodoh. Manusia hidup bukan bersandarkan roti saja, tapi bersandar pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Tuhan. Tidak sia-sia Tuhan mengirim para nabi, menurunkan firman suci, yang berkhasiat dan berkuasa mengalahkan dosa. Ini rahasia kemenangan terhadap kejahatan.

Barang siapa sungguh-sungguh memerhatikan makna firman Tuhan, ia berbahagia, baik-baik mengatur hidupnya, memelihara dirinya, jiwanya terus waspada, agar jangan dicemari dunia. Kita sering tertidur, mengabaikan firman, lupa harus senantiasa waspada. Kita sudah membiasakan diri tertidur, tidak sadar, dan terbius Iblis. Banyak orang berpendidikan tinggi, tetapi otaknya dibius alkohol; berotak pintar, tetapi diracuni narkoba. Jika pemuda-pemudi tidak minum minuman keras, akan jauh lebih pintar dari dirinya sekarang. Setan merusak pemuda-pemudi dengan mencoba-coba alkohol, narkoba, sehingga satu per satu terjerumus dengan tidak sadar.

Pemazmur mengatakan, “Demi nama-Mu, ya Tuhan, bangunkan aku dari tidurku. Demi nama-Mu, ya Tuhan, sadarkan jiwaku agar aku dipimpin ke jalan yang benar.” Mengapa kita menganggap sepi firman Tuhan dan menganggap semua kalimat Alkitab tidak penting? Dari kecil saya belajar firman Tuhan, mendengar khotbah, mencatat, dan mengingat ayat-ayat penting di otak. Itu menjadi pedoman, mercusuar yang memberi petunjuk pada kapal yang kehilangan arah. Tidak ada seorang pun yang boleh sombong, mengandalkan diri, lalu menghina peringatan dan perintah Allah.

Manusia membutuhkan kebenaran; manusia membutuhkan pimpinan dan pemeliharaan kebenaran. Paulus berkata, “Kebenaran itu bagaikan ikat pinggang.” Ikat pinggang membatas engkau agar tidak melewati batas. Kebenaran adalah ikat pinggang yang membatasi dan memberi kita kekuatan. Orang yang berolah raga memakai ikat pinggang untuk membatas dan menguatkan diri. Batasan bukan belenggu, tapi sumber kekuatan.

Pemuda-pemudi harus tahu, jika engkau tidak mau dibatasi dan diikat oleh kebenaran, engkau akan punya kebebasan yang liar. Itu adalah pembocoran kekuatan. Hai pemuda-pemudi, seks dan pergaulanmu, minuman dan makananmu harus dibatasi. Kau yang tidak mau batasan dan tidak ada ikat pinggang berarti membiarkan kebebasanmu menjadi liar, tidak diarahkan dan tidak dipimpin oleh Tuhan. Maka kebebasan akan menjadi kebuasan dan keliaran, bukanlah kebebasan.

Kiranya firman Tuhan memberi kita kesadaran, kewaspadaan, dan perasaan takut pada Tuhan. Kita bukan menjadi penakut, tetapi menjadi lebih berani. Kita jadi berani melawan setan dan ketidakbenaran. Paradoks seperti ini diperlukan semua orang. Yang mempunyai kesehatan diikat oleh kesehatan; yang mempunyai kebebasan diikat oleh kebebasan; yang mempunyai pengetahuan diikat oleh pengetahuan. Ikatan-ikatan yang benar bagaikan ikat pinggang yang membatasimu. Orang yang dibatasi kebenaran bukan saja tidak rugi, tapi untung besar. Ikat pinggang adalah rahasia untuk berlari cepat. Membatasi diri dengan ikat pinggang adalah rahasia untuk lebih sehat. Demikian pula dalam hal rohani, kita mengikut Tuhan seumur hidup, “Tuhan, berilah aku batasan, ikat pinggang rohaniku, karena ini sumber dan rahasia kekuatan, untuk berlari tidak menjadi lelah karena tidak ada kelonggaran yang tak perlu.”

Kalimat Yesus yang singkat ini memberi tahu kita: Kebenaran itu ada di dalam firman. Firman itulah kebenaran. Tidak ada jalan lain dan tidak perlu mengganti firman dengan ajaran apa pun, karena tidak ada kalimat yang lebih penting dari firman Tuhan. Dan Firman itu telah menjadi daging. Yesus adalah Firman yang datang berdaging dan darah; Yesus adalah Allah yang menyatakan diri menjadi manusia; Yesus adalah Firman berbahasa manusia yang mengajarkan rencana Allah.

Ketika saya muda, suatu kali saya berada di Paris sendirian masuk ke dalam sebuah toko. Ada buku porno yang sangat menggiurkan, menarik pemuda, karena saya juga seorang manusia. Tetapi saat itu ada suara mengatakan, “Letakkan buku ini, jangan lihat, karena ini akan merusak moralmu.” Saya langsung ingat firman Tuhan. Bolehkah kita terus merangsang diri, terus menipu diri, sambil berdoa “Tuhan, peliharalah saya”? Tuhan bukan tidak mau memelihara, tetapi Ia suka memelihara orang yang memelihara firman dalam hatinya. Pada saatnya tiba, mari kita menikmati seks di dalam pernikahan yang sah. Pada saat yang Tuhan tetapkan, engkau boleh telanjang tidur dengan istrimu secara puas sebagai anugerah Tuhan. Tetapi sebelum itu, jangan tidak mengikat pinggang, membiarkan diri liar, merasakan segala sesuatu sebelum waktunya, akhirnya seumur hidup tidak pernah mendapatkan kenikmatan yang puas.

Setelah selesai Yesus mengatakan prinsip penting itu, Ia melanjutkan dengan berkata, “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.” Artinya, Tuhan Yesus pernah mengalami situasi yang sama, kondisi yang mirip, lingkungan seperti engkau. Engkau mengatakan sulit hidup suci karena banyak pencobaan, maka Tuhan mengatakan, “Kau ada di dunia, Aku juga.” Tuhan tanya, “Engkau diutus ke dunia, tahukah siapa yang utus? Aku.” Orang Kristen tidak dilepaskan dari kerusakan manusia, tidak dikeluarkan dari pencobaan dunia. Orang Kristen justru diutus ke dalam dunia untuk menjadi wakil Tuhan.

“Aku utus kau ke dunia dan di dunia kau berstatus saksi.” Banyak orang mengerti istilah ‘saksi’ sebagai bicara, “Aku bersaksi” sama dengan “Aku bicara kesaksianku dalam kata-kata.” Salah! Alkitab mengatakan istilah ‘saksi’ sebagai kata benda, bukan kata kerja. “Kau adalah saksi-Ku. Kau ada di mana, di sana kau berstatus saksi-Ku.” Saksi bukan suara, bukan bahasa, bukan kata-kata sambung-menyambung menceritakan sesuatu. Saksi adalah benda, adalah pribadi, adalah manusia itu sendiri. Jika kita mengerti istilah ini adalah kata benda, di mana pribadinya yang menjadi saksi, maka saya adalah saksi Tuhan.

Saya adalah wakil (representasi) Tuhan. Engkau tidak bisa lari dari tugas bersaksi bagi Tuhan. Pengutusannya sama, sebagaimana Allah Bapa mengutus Yesus ke dalam dunia, demikian Yesus mengutus orang Kristen ke dalam dunia. Menjadi manusia tidak mudah, karena manusia diciptakan di tengah Allah dan setan. Engkau tidak pernah mungkin netral, karena kedua pihak ingin merebutmu. Setan akan menarik engkau keluar dari ketaatan kepada Tuhan, sementara Roh Kudus akan menarik engkau keluar dari mengikut Iblis. Engkau tidak mungkin hidup enak, apalagi setelah engkau menjadi Kristen, mengikut Tuhan, dan mendapat hidup baru. Setan tidak mungkin melepasmu, ia akan mengganggu, menggoda, dan menarik engkau dengan rayuan, seks, pencobaan dosa yang tampak manis, tetapi nantinya pahit.

Ketika engkau memasukkan dosa ke lidahmu, pertama engkau rasa manis, tetapi sesudahnya kepahitan tidak habis-habis muncul di dalam hidupmu, sampai engkau mati. Setan tidak pernah dagang rugi, memberi untung terus-menerus untukmu. Ia memberi umpan yang manis dan menarik, setelah kau terima umpan manisnya, secara tajam ia mengait dan langsung merobek tubuhmu; engkau dibawa pergi menjadi tawanannya. Yang pernah memancing ikan, tahu apa yang saya katakan. Untuk memancing, harus pakai umpan yang tampak enak, tidak terlihat dalamnya ada pancing. Ada semacam pancing yang kaitnya ada beberapa, dengan daging besar sebagai umpan menangkap ikan besar. Jika ikan itu makan umpannya, maka kait-kait tajam itu menancap ke dalam mulutnya, tidak mungkin bisa lepas lagi. Setan memberi umpan murah untuk mendapatkan dirimu yang sangat berharga lebih dari nilai dunia. Apa gunanya manusia memperoleh seluruh dunia tapi kehilangan nyawanya? Tuhan memberi perumpamaan ini kepada kita. Kau di dunia sebagai utusan Tuhan. Kau jangan menghina dan menganggap dirimu dibuang oleh Tuhan.

“Oh, Tuhan, saya jadi manusia susah, hidup di dunia banyak pencobaan.” Tidak ada orang lebih susah hidup di dunia dibanding Yesus Kristus. Pencobaan setan untuk Konfusius, Sakyamuni, Muhammad tidak lebih besar daripada untuk Yesus Kristus, Sang Firman menjadi daging. Karena jika bisa mendapatkan Yesus, Iblis akan menang, karena Ia yang paling mulia, Anak Allah yang tunggal telah bisa dijatuhkan. Jika setan bisa menjatuhkan kamu, kamu hanya orang biasa; jika setan bisa menjatuhkan pendeta penting, ia jadi mulia. Apalagi menjatuhkan Yesus Kristus. Setan ingin menghancurkan Yesus, menggoda Anak Allah dan menjatuhkan-Nya. Itu sebab, seluruh dunia akan diberikan kepada Yesus. Yesus menjawab, “Enyahlah kau!” Yesus tidak mau menerimanya. Yesus tahu mengapa hidup di dunia, Ia tak mau terlibat dalam godaan-godaan, meski umpannya besar, untungnya banyak, meski janji itu penuh kemuliaan. Berapa banyak yang tertipu kemuliaan palsu, tertarik janji palsu? Melalui janji dapat seorang perempuan cantik, engkau menjual seluruh hidupmu; melalui tidur semalam dengan pelacur, engkau kehilangan kerohanianmu; melalui diberi uang sedikit, engkau tak lagi peduli kerohanianmu.

Umpan Iblis selalu sepertinya mendatangkan keuntungan, “Jika kaumakan, saya celikkan matamu.” Setelah Adam dan Hawa makan, mata mereka celik, tetapi tidak melihat Allah, hanya melihat setan dan diri yang telanjang. Itu keuntungan dengan kebodohan yang tidak disadari. Setan memberi Yesus seluruh dunia dan segala kekayaan, kehormatan, kemuliaannya, asal Ia tunduk padanya satu kali saja. Jika saat itu Yesus lakukan, Ia kehilangan hak menjadi Anak Allah, karena Ia telah berkompromi dengan Iblis. Jangan sangka, air mata hanya datang kepadamu, tidak pada Yesus; perasaan tersendiri dialami olehmu, tidak dialami Yesus; pencobaan mengepungmu, tidak mengepung Yesus. Sebagaimana Bapa mengirim Yesus ke dunia, begitu susah dan banyak pencobaan, demikian Yesus mengutus engkau ke dunia, begitu susah dan banyak pencobaan. Maka jangan bangga menganggap hanya kita yang susah. Setiap kali kesulitan dan pencobaan datang, Kristus jauh lebih susah dari kita. Ia mengalami pencobaan jauh lebih besar daripada pencobaan kita.

Tetapi saya ingat, saya tidak bisa hanya melayani satu gereja. Sebenarnya cukup alasan untuk saya menyatakan bahwa saya sibuk sekali dan tidak bisa melayani keluar. Siapa pun tidak menyalahkan saya. Kalau Stephen Tong mempunyai gereja begitu besar, anggota begitu banyak, mengapa masih pergi ke Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara, ujung bumi mengabarkan Injil? Karena Tuhan berkata, “Sebagaimana Engkau mengutus Aku ke dunia, Aku mengutus mereka ke dunia juga.”

Ketika KPIN di Nias, saya tergerak luar biasa, karena bupatinya sendiri datang menyambut dan menjamu saya di rumahnya dengan mengundang banyak orang. Lalu kota kedua di utara Nias, Lahoi, perlu polisi dan aparat untuk menjaga keamanan, karena 4.500 orang dari desa kecil berkumpul di lapangan belum pernah terjadi. Jika pencopet atau perampok ada di dalam, sulit dikendalikan, maka polisi berjaga di dalam dan luar lapangan, sesuai jadwal dan rencana panitia. Selesai kebaktian, ketika panitia ingin memberikan uang makan kepada mereka, kepala polisi berkata, “Hari ini kami tidak menerima uang. Dalam kebaktian seperti ini, jika kami sambil menjaga keamanan, sambil mendengarkan firman, kami masih menerima uang, itu dosa besar. Uang ini harus untuk pekerjaan Tuhan, kami tidak layak terima.” Ini pertama kali di Indonesia saya mendengar sekelompok polisi yang bekerja berat menjaga keamanan dalam kebaktian ribuan orang tidak mau menerima uang. Semua ini bisa terjadi, karena mereka mengerti apa makna melayani Tuhan.

Doa Tuhan Yesus, “Sebagaimana Engkau mengutus Aku ke dalam dunia, Aku juga mengutus mereka ke dalam dunia.” Setelah kalimat ini, Yesus mengatakan satu kalimat yang sangat indah di ayat 19. Ayat ini bisa diterjemahkan seperti ini, “Dan Aku asingkan diri menjadi suci dalam diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun disucikan melalui kebenaran.” “Aku asingkan diri, pisahkan diri, menjadi suci bagi-Mu karena mereka.” Sebuah kalimat yang terkesan rumit: “Aku memisahkan diri untuk menjadi suci bagi Tuhan karena mereka.” “Karena mereka”? Mereka penyebabnya? Jika tidak ada orang menjadi teladan, yang hidup suci sesuai kehendak Tuhan, dunia tidak punya pengharapan.

Kristus adalah utusan Allah Bapa, sedangkan mereka adalah utusan Kristus. Sebagai utusan Allah yang baik, Kristus harus menjadi teladan, hidup suci, hidup bagi Allah, maka “Aku” menjadi contoh untuk “mereka.” Karena mereka perlu teladan, kini “Aku” sudah berstatus teladan dengan cara mengasingkan diri, memisahkan diri dari segala kejahatan, menjadi Orang Suci, hidup berkenan kepada Bapa bagi dan karena “mereka”. Pendeta yang hidup suci mengutus orang lain juga hidup suci seperti dia, lebih mengerti ayat ini.

“Aku tidak boleh menodai diri dan hidup kotor; Aku harus menyerahkan diri sebagai korban yang suci, berkenan kepada-Mu, dipisahkan dari kenajisan dunia, hidup suci bagi-Mu, dan menjadi contoh bagi mereka yang Kuutus.” Biarlah setiap orang yang dipakai Tuhan mengerti ayat ini dan setiap hamba Tuhan mengerti pengalaman ini. Bagaimana menguduskan dan memisahkan dirimu dari dunia, hidup memuliakan Tuhan, supaya menjadi contoh bagi mereka yang akan kauutus.

Di sekolah theologi, saya pendiri, rektor, pimpinan, menjadi teladan. Saya yang diutus Tuhan mendirikan Gerakan Reformed, saya juga mengutus mereka untuk pergi mengembangkan Theologi Reformed. Saya menjadi teladan dan mereka harus belajar dari saya, agar mereka melakukan hal yang sama karena mereka diutus. “Sebagaimana ayah demikian anaknya; sebagaimana guru demikian muridnya.” Omong kosong jika guru yang tidak rajin, mengharapkan muridnya rajin; jika pemimpin tidak suci, jangan mengharapkan pengikutnya suci. Sejak muda saya memberi teladan. Di rumah, barang lebih berat saya angkat sendiri, lebih ringan baru pembantu angkat, lebih ringan lagi anak saya yang masih kecil angkat. Semua sama-sama kerja, tapi yang harus kerja paling berat adalah saya. Saya bukan pakai status bos atau petinggi, lalu memberi perintah dengan jari tunjuk ini tunjuk itu. Orang Farisi memakai jari mereka memerintah orang lain, tetapi dirinya sendiri, satu jari pun tidak mau bergerak. Tuhan kita bukan demikian, Ia berkata, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Kristus menanggung kerja lebih berat dan lebih sulit untuk menjadi teladan.

Dalam melayani Tuhan, yang paling pokok yaitu hidup suci, tidak boleh najis mencemarkan diri dalam dosa. Mudah mengatur orang lain. Semua pemimpin yang tidak menjadi contoh, janganlah memimpin lagi. Semua pemimpin yang tidak bergerak satu jari, hanya memerintah orang lain, dipakai setan. Bersyukurlah jika di dalam suatu masyarakat, wadah, negara, jajaran, ada teladan yang baik. Berbahagialah yang menjadi pemimpin, memberi teladan yang baik kepada orang lain. Berbahagialah jika seorang pendeta menjalankan tugas dengan menjadi teladan. “Untuk mereka, Aku telah memisahkan diri-Ku; Aku telah hidup suci bagi-Mu, ya Allah, supaya mereka juga hidup dalam kesucian.” Amin.

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/kesatuan-dan-kekudusan-kaum-pilihan-bagian-2?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+BuletinPillar+%28Buletin+PILLAR+RSS%29#hal-1