Pdt. Dr. Stephen Tong (Samaria)Pengkhotbah: Pdt. Dr. Stephen Tong
Tanggal: Minggu, 15 Februari 2015

Bacaan Alkitab: 1 Yoh 2:23-27

sebelumnya

Pada hari akhir, manusia akan menjadi gatal kupingnya dan tidak mau dengar lagi firman yang benar, suka mencari guru-guru palsu untuk mengajarkan yang sesat. Ini sudah di catat di Alkitab. Saya melihat makin lama makin sedikit gereja yang mau setia kepada kebenaran, karena market orientation. Ya kalau jalan sempit, susah. Kalau mau betul-betul diberkati Tuhan, uang banyak, ya harus kompromi sedikit lah. Kita harus berani mengatakan: “Bukan hanya melalui Yesus. Melalui siapapun bisa diselamatkan, tapi lebih baik melalui Yesus lebih deket, jalannya tol. Yang lain itu macet-macet.” Tak ada ajaran itu! There is only way, one savior, one mediator, one person in Christ. Janji Allah adalah hidup di dalam Yesus Kristus. Dan kalau engkau dengar dari permulaan tentang Dia, maka engkau simpan firman itu baik-baik dalam hatimu.

Saudara-saudaraku, maka setan bekerja:

  1. Dari mula-mula kasih ajaran salah supaya engkau tidak memiliki pondasi yang benar.
  2. Dari setelah engkau katanya menerima urapan, kau tidak usah berguru, engkau mulai menjalankan tafsiran sendiri.

Sekarang saya akan loncat kepada bahaya kedua yang selalu mengancam orang Kristen berdasarkan ayat ini. Kita membaca 1 Yohanes 2:26, “Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu.” Nah ini terjemahan lainnya adalah: “Aku tulis ini karena orang-orang yang menipu kamu.” Berarti Yohanes gelisah. Saya pernah mengatakan: Tuhan memperpanjang hari Yohanes di dunia ini, tidak boleh dia cepat mati untuk dia menjadi penjaga gawang. Karena rasul Paulus sudah meninggal, rasul Petrus sudah meninggal dan Gnostisisme selalu merongrong gereja. Perlu seorang yang masih hidup mempunyai wibawa sebagai rasul untuk menangani semua penyesatan ini. Siapa? Yohanes. Lalu saya mengatakan: “Saya percaya saya tidak bisa terlalu cepat mati, karena Tuhan mau pakai saya untuk membereskan iman yang gak beres di seluruh Indonesia.”

Saudara-saudara sekalian, saya seharusnya sudah mati beberapa kali. Waktu komunis, waktu itu ada orang mendapatkan nama saya di dalam daftar untuk dibunuh. Pemimpin-pemimpin itu salah satu yang harus dibunuh saya. Beberapa kali tidak jadi mati, kenapa? Karena belum waktunya. Kalau belum waktunya, tidak usah takut. Kalau sudah waktunya, tidak usah lari. Pacaran juga sama. Kalau bukan punyamu, tidak usah dikejar. Kalau punyamu, laripun kembali. Kalau memang itu punyamu, ya sudah gak usah dikejar-kejar sampai setengah mati, repot bikin susah sakit terus, pusing, kuatir. Belum waktunya mati, tidak usah takut. Waktunya mati, laripun kena, tidak ada gunanya. Karena Tuhan yang memiliki hidup kita.

Nah, saudara-saudara, perhatikan di sini ya. “Semua ini kukatakan kepadamu karena ada yang menyesatkan kamu, ada yang menipu kamu, ada yang berusaha berbohong mengabarkan pengajaran yang salah kepada kamu, maka aku sekarang mengajar kamu.” Tetapi justru di ayat ini, muncul satu kalimat yang heran sekali. Perhatikan selanjutnya. “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain.” Wah ini, ini yang bikin orang yang nggak mau belajar paling senang. Alkitab berkata nggak usah diajar oleh orang lain kan? Karena ada urapan. Makanya pendeta-pendeta pantekosta, kharismatik tidak mau belajar theologi, karena apa? “Ini Alkitab, kita sudah urapan, dan kamu tidak usah diajar oleh siapapun, cuma harus baca surat Yohanes.” Lho, kalau gak usah diajar siapapun, Yohanes juga gak usah tulis kan? Mengerti logikanya? “Kamu nggak usah diajar oleh siapapun, tapi baca buku ini ya, aku tulis kepada kamu.” Berati perlu belajar tidak? Tak perlu ya? Yang mengajarkan, “Tak usah belajar, inilah pengajaranku,” belajar tidak? Mengerti tidak? Yang nggak ngerti lain kali gak usah datang ke sini.

Seorang sekolah theologi, dosennya datang kepada saya. (A: dosen B: Pak Tong)

  • A: “Pak Tong, kami ingin engkau mengajar di sini.”
  • B: “Sekolah apa itu?”
  • A: “ Sekolah ini ini…namanya ini ini…”
  • B: “Muridnya berapa?”
  • A: “180”
  • B: “Dosennya berapa?”
  • A: “8”
  • B: “Saya mau tau, dosenmu itu semua belajar di mana?”
  • A: “Oh dosen kita itu semua ada pengurapan Roh Kudus. Mereka tidak perlu diajar, mereka langsung dari Tuhan.

Maksudnya itu lebih hebat dari mereka yang harus belajar setengah mati. Ini langsung.” Kalau kulakan harus dari pabrik donk, jangan kulakan dari agen. Kulakan dari agen keuntung 1 kali. Kalau kulakannya dari agen ketiga, keuntungannya 4 kali. Kalau langsung dari pabrik mengenal bosnya, langsung dikasih paling murah. Engkau paling banyak untung kan?

  • A: “Dosen kita semua gak ada yang sekolah theologi. Mereka itu mengajar sekolah theologi dan mereka itu semua langsung dari Tuhan.”
  • B: “Saya tidak mau mengajar di situ.”
  • A: “Tapi bapak itu ada urapan khusus. Bapak itu ada langsung dari Tuhan juga, maka Bapak boleh mengajar di sini.”
  • B: “Nggak. Saya kalau ke situ minder, karena mereka langsung, saya gak langsung. Saya sudah belajar theologi berapa tahun, sudah baca buku begitu banyak, saya gak langsung. Saya harus belajar ini itu baru tahu, mereka langsung. Saya minder kalau ke situ.”
  • A: “Jangan rendah hati donk Pak Tong.”

Semua yang mau pakai saya itu memperalat saja. Mereka bukan sungguh-sungguh mau ajaran saya, mau pengaruh saya. Saya nggak mau. Lalu mereka mengatakan apa?

  • A: “Jangan begitu, ini kesempatan yang Tuhan berikan kepada Anda.” Kalau saya gak pergi saya kehilangan kesempatan. Kemarin dalam masterclass saya baru mengajar tentang Kairos, kronos dan kesempatan. Saya bukan tidak tahu apa itu kesempatan. Kesempitan iya. Kesempatan tidak.
  • B: “Tidak, saya tetap tidak mau.”
  • A: “Kenapa Pak Tong?”
  • B: “Gampang alasannya. Gini loh, Tuhan bisa langsung memberikan sesuatu kepada seorang hamba Tuhan?”
  • A: “Iya Alkitab mengajar, Tuhan langsung. Paulus mengatakan aku lebih hebat, bukan kata orang tetapi langsung menerima wahyu dari Tuhan Yesus.”
  • B: “Jadi dosen-dosenmu yang di situ itu mirip Paulus ya?”
  • A: “Ya itu, lain sama dosen-dosen sekolah theologi yang lain.”
  • B: “Jadi Tuhan bisa langsung kepada dosen itu?”
  • A: “Iya, iya sudah langsung.”
  • B: “Kalau begini, dosenmu nggak usah ngajar murid. Kenapa? Karena kasih tau rahasia langsung saja, supaya murid-muridmu langsung nggak usah datang sekolah theologi. Masa dosenmu monopoli langsungnya? Terus yang lain langsing, elu yang langsung? Dosennya bisa langsung dapat, kalau gitu murid-murid di situ juga bisa langsung kan? Kalau murid-murid bisa langsung seperti gurunya, sudah kasih tau rahasianya, nggak usah ngajar. Masih nggak ngerti?”
  • A: “Pokoknya Pak Tong ngajar.”
  • B: “Pokoknya tidak.”

Lalu beberapa bulan lagi saya mendengar satu hal. Terjadi dalam satu sekolah theologi yang terkenal lagi. Saya garuk kepala yang nggak gatel sampai lama karena nggak ngerti. Sekolah theologi terkenal di Batu, ratusan murid, didirikan oleh orang Jerman. Tetapi akhirnya salah satu orang menjadi pemimpin yang paling senior mendapatkan wahyu dari Tuhan: “Kita harus langsung dari Tuhan.” Maka 750 buku di perpustakaan dikeluarkan dibakar habis. Buku-buku dibakar habis karena ini buku bikinan manusia. “Kita harus langsung dari Tuhan, tak usah manusia.” Ayatnya? Ini. Dasarnya? Ini. Ini Alkitab, harus taat khan? “Tetapi karena itu tidak perlu kamu diajarkan oleh orang lain, karena kamu telah menerima daripada-Nya yaitu pengurapan dari atas. Kamu sudah tetap ada pengurapan maka itu kamu tidak perlu diajarkan oleh orang lain.” Maka Rommy, Benyamin, semua yang mengajar, Rudi, mulai hari ini copot, karena menurut ayat ini gak usah diajar oleh orang lain. Kamu khan orang lain? Sesudah itu dibakar, lalu semua “Puji Tuhan, kami sekarang langsung dari Tuhan, gak usah buku, gak usah belajar.” Sudah puji Tuhan, puji Tuhan lalu mereka mulai khotbah, khotbah dengan doa, doa. Dari Alkitab ada khotbah. Dan mereka dengar-dengar sendiri merasa khotbahnya bagus harus dibukukan. “Ini langsung dari Tuhan kalau gak dibukukan sayang khan?” Jadi buku orang lain dibakar, buku sendiri ditulis lalu dicetak. “Ini langsung dari Tuhan. Itu gak langsung, ini langsung. Itu jalan kecil, ini tol. Ini yang lebih cepat, ini langsung.”

Kalau engkau menganggap Tuhan bisa beri kepada engkau, kenapa engkau tidak percaya Tuhan bisa beri kepada orang yang menulis buku sebelumnya? Kalau engkau percaya Tuhan bisa langsung kepada engkau, kenapa engkau harus didik anak orang lain? Karena mereka nggak bisa langsung, jadi harus dididik kamu? Ayat ini bisa disalah tafsir luar biasa.

Salah tafsir pertama:

  1. Harus terima sesuatu, disimpan baik-baik apa yang kamu dengar pada semula. Tapi kan semula dengar salah lalu disimpan baik-baik. Celaka! Kalau pondasinya miring, engkau tumpuk bagaimana tinggi, seluruh miring. Satu kali saya pinggangnya sakit sekali. Karena apa? Waktu itu saya umur 20 an terus berkhotbah, berkhotbah sampai suatu hari sepatu copot satu, jadi satu tinggi, satu pendek. Saya pikir selesaikan dulu baru nanti pulang beli sepatu yang baru. Tapi masih ada 1 bulan, terus pake sepatu yang satu tinggi satu pendek. Dua minggu kemudian mulai sakit. Karena apa? Baru ingat ayat: Pondasi kalau gak beres, orang benar gak bisa apa-apa. Sampai di dokter ditanya, “Kenapa engkau sakit?” “Nggak tau, sudah satu bulan lebih.” “Oh sepatumu satu tinggi satu pendek, pantas!” Saya berusaha untuk menahan diri, untuk 5 menit sih boleh, untuk 2 bulan gak bisa. Engkau dengar khotbah-khotbah yang salah-salah, 5 menit tak apa-apa, terus menerus hancur. Imanmu hancur, karena pondasi dirusakkan. Jadi di bagian ini ada 2 hal yang perlu diperhatikan: semula dengar apa, lalu engkau simpan apa dari semula.
  2. Betulkah ada pengurapan maka tidak perlu diajar oleh siapapun? Yang tidak perlu diajarkan siapapun, kenapa harus terima Yohanes? “Ini kan rasul, saya juga rasul.” Engkau bukan rasul!

Saudara-saudaraku, gereja harus perhatikan yang semula didengar dari para rasul. Dan yang semula itu menjadi sesuatu pondasi kita memupuk iman, pengertian kebenaran di atasnya, lalu kita perlu jangan menerima siapa yang lain. Diajarkan oleh orang lain maksudnya adalah yang lain dari apa yang sudah diajarkan di Alkitab. Bukan siapapun yang engkau nggak senang belajar engkau katakan lain. Kenapa kebanyakan dari mereka yang berani menghina akan ajaran/ doktrin yang penting? Karena mereka tidak mau masuk sekolah. Karena tidak mau sekolah, tidak ada kemungkinan  dikeluarkan dari sekolah. Tidak masuk sekolah, tidak ada kemungkinan untuk tidak lulus ujian. Maka mereka melepaskan diri dari kemungkinan masuk sekolah supaya mereka tidak mungkin teruji, tidak mungkin tergusur, dan tidak mungkin terkubur. Mereka menganggap dirinya sudah mencapai sesuatu langsung dari Roh Kudus. Ini penipuan iblis.

Saudara-saudara, Paulus mengatakan: “Ada apakah yang engkau terima? Maka yang kuterima dari Kristus, kuturunkan kepadamu.” Di situ adalah heredity tradition of teaching. Jadi aku pernah belajar dari theolog-theolog yang lain. Theolog-theolog yang lain belajar dari theolog-theolog yang lain. Yang penting yang disebut lain bukan orangnya lain, melainkan ajaran yang jangan berbeda dari yang semula.

Jadi itu ada satu benang merah, dari seluruh Perjanjian Lama menuju kepada Kristus – Paulus – Agustinus – Calvin – Martin Luther – theolog Reformed. Yang ini. Kalau di luar ini namanya orang lain. Bukan berarti saya sendiri, semua orang lain itu orang lain, semua rasul orang lain, semua bapa gereja orang lain, semua rektor orang lain, saya tidak usah diajar oleh orang lain. Ayat ini bisa menjadi satu kegagalan besar bagi gereja kalau engkau tidak mengerti artinya. Yang disebut orang lain adalah lain daripada ajaran para rasul. Karena kalau engkau tidak perlu diajarkan, kenapa saya harus tulis surat kepada kamu? Yohanes mengatakan: “Saya rasul kan? Jadi yang saya serahkan kepada kamu, terima! Yang lain jangan terima.” Bukan berarti engkau tidak usah belajar. Ini ayat bisa menjadi celaka besar, dan banyak pendeta-pendeta itu tidak mau belajar. Ayat ini bisa jadi celaka besar dan banyak pendeta-pendeta, mereka pakai ayat ini membela diri, akhirnya mengacaukan iman sendiri dan menggoncangkan iman gereja, mengacaubalaukan seluruh zaman. Itu dosa yang besar yang sulit ditebus. Dosa yang membikin orang menyeleweng daripada kebenaran.

Saudara-saudaraku, Minggu depan saya akan mengajarkan bagaimana pentingnya di dalam tradisi yang benar kita memelihara hidup dan iman sejati dari zaman kepada zaman. Saudara-saudaraku, kalau kita tidak memelihara dari apa yang kita dengar dari semula dan kita tidak mengecek dari semula yang kita dengar cocok atau tidak dengan ajaran rasuli dan dari semula kita menerima segala yang melawan rasul, kita tidak pernah mempunyai pondasi yang baik dan kita tidak mungkin berjuang untuk iman yang sesungguhnya, dan kita akan menjadi ikut-ikutan orang. Jangan hanya pentingkan menonjolkan dirimu dan kebolehan dirimu untuk melayani Tuhan di dalam gereja. Harus mengisi dirimu dan membangun dirimu dengan pondasi yang benar-benar benar, baru engkau belajar melayani. Itu sebabnya lebih lambat engkau melayani di gereja ini dari gereja yang lain, lebih banyak dituntut untuk dengar, dengar terus daripada engkau langsung boleh ngoceh mengajar orang lain. Karena yang disebut langsung terima itu selalu salah, tafsiran salah. Yang disebut dari semula dengar selalu dengar yang tidak benar. Dan kita mulai dari pondasi yang benar membangun pekerjaan Tuhan.

Kita berdoa supaya Bapa di dalam Gereja, memberi kekuatan kepada kita untuk mengerti semua rahasia yang di dalamnya kadang-kadang memberi kemungkinan secara lahiriah kepada pekerjaan iblis menyelundup ke dalam. Kita berdoa kiranya Tuhan memberikan bijaksana, kepekaan kepada kami, kewaspadaan kepada kami untuk menjaga baik kebenaran yang sudah Tuhan percayakan kepada bapa-bapa Gereja, yang diturunkan daripada semula rasul yang memberi wahyu sampai akhirnya.

(Ringkasan oleh Dewi Sanjaya | Diperiksa oleh Matias Djunatan)

Sumber : https://griimelbourne.org/ibadah/kebaktian-minggu/ringkot-details.aspx?