Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

Firman : Mazmur 84 : 5-9

Sion adalah bukit yang Allah pilih, dimana Bait Allah didirikan. Sion adalah tanda Allah yang setia, jujur, tidak berubah dan kekal menyertai umatNya, karena perjanjian Allah disimpan di Bait Allah. Di antara 15 Mazmur ziarah terdapat ayat yang berbunyi: “Orang yang bersandar pada Tuhan bagai Sion, selama-lamanya tidak goncang.”  Sebagaimana bukit-bukit mengelilingi Sion, begitu jugalah Allah mengelilingi umatNya.

Sungguhkah Sion tidak goncang? Geografi memperlihatkan, goncangan terbesar di sepanjang sejarah pernah terjadi disana. Jadi, ditinjau dari science, statemen itu sepertinya tidak terlalu tepat, tapi secara janji, justru amat indah: Sion yang terletak di barat Sungai Yordan. Menurut geugorafi, lapisan bumi di sebelah timur berbeda jauh dengan sebelah barat, bagai berbeda puluhan ribu tahun, artinya di sana pernah terjadi gempa bumi yang amat sangat mengerikan. Tapi Tuhan berfirman, disanalah Aku akan membangun Bait-Ku, meletakkan tabut perjanjian, berjumpa dengan umat-Ku. Apa maksudnya? Meski melewati kesulitan-kesulitan besar, Aku berjanji tetap menyertaimu.

Puji Tuhan, Dia tidak menaruhkan kita di negara yang tidak pernah ada kesulitan. Karena semua janji dan berkat Dia berikan pada mereka yang berada di tengah kesulitan, yang tidak mereka pahami. FirmanNya: “Abraham, jalanilah tanah Kanaan secara vertikal maupun horisontal, sejauh yang kau jalani, sebegitu jugalah Aku berikan padamu”. Saat keturunan Abraham di Mesir, diberi makanan yang cukup, hanya untuk menyambung hidupnya sebagai budak. Mereka mengeluh pada Tuhan. Alkitab mencatat, Tuhan di sorga mendengar keluhan mereka, mengingat janjiNya pada Abraham. Suatu hal yang indah sekali: Tuhan yang melampaui proses sejarah tidak mematahkan kesinambungan janjiNya, Dia memanggil Musa menghadap Firaun dan berkata: Let My people go, jangan menahan mereka untuk membangun piramida, istana ….. yang kau cita-citakan. Musapun membawa mereka keluar dari Mesir. Setelah Musa mati, Yosua meneruskan pelayanannya. Yosua tahu, dia diperhadapkan dengan tantangan yang besar sekali.

Banyak orang berpikir, setelah menjadi orang Kristen, mereka tidak akan menderita sakit, hidup mereka akan lancar, sukses, kaya….. tak perlu berjuang. Itu bukan ajaran Alkitab, tapi ajaran setan. Karena Tuhan mengajar kita, hidup suci, menempuh peperangan berat, dikepung musuh. Masuk ke Kerajaan Allah dengan susah payah.

Yosua tahu itu, karena dia dan 11 wakil dari 12 suku orang Israel pernah diutus oleh Musa meninjau tanah perjanjian. Sepulang dari sana mereka terpecah menjadi dua: kelompok mayoritas 10 orang dan kelompok minoritas 2 orang. Inilah awal dari pada hidup yang bernilai: how do you see the world? If you see the world according to the perspective of God, cara hidupmu pasti berbeda.

Sepulang dari Kanaan, 10 orang merasa gelisah, putus asa, saat mereka ditanya, apa yang kalian lihat di tanah yang Tuhan janjikan itu? Jawab mereka: “Kita ditipu oleh Musa, dia menjanjikan kita tanah yang penuh dengan susu dan madu, tapi nyatanya, tanah itu diduduki oleh bangsa yang jauh lebih tinggi besar, lebih perkasa dari kita. Di hadapan mereka, kita ini bagaikan belalang, mana mungkin kita mengalahkan mereka?”  Hanya Kaleb dan Yosua berani berkata: “Kami bukan melihat bangsa yang tinggi besar, yang kami lihat adalah Tuhan menyertai kita, bukan menyertai mereka.” Itulah Christian Faith, Christian World View; jangan takut, Tuhan menyertai kita.

Meski jumlah mereka banyak, mereka akan berlalu, karena rencana Tuhan atas kita kekal adanya. Itulah iman yang ada dalam Musa, Yosua, Kaleb, Daud, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, meski mereka minoritas, dihina, diejek, dianggap abnormal, namun Tuhan mengurapi mereka, menggenapkan rencanaNya, mempermalukan orang-orang “hebat”.

Itulah yang Paulus bahas di 1 Korintus. Orang yang berani memandang musuh, kesulitan kecil, sanggup membuka lembaran baru dari sejarah. Tuhan tidak memberi Israel tanah perjanjian yang indah begitu saja, melainkan membiarkan mereka memperolehnya dengan susah payah. Itulah yang membuat mayoritas yang mengandalkan logika tidak dipakai oleh Tuhan, hanya mereka yang menaklukkan logikanya ke bawah iman kepercayaan pada janji Allah akan Tuhan pakai secara besar-besaran. 10 orang berkata, kami sudah mengkalkulasi orang Kanaan begitu hebat, mana mungkin kita mengalahkan mereka? Itulah cerminan logika yang kuat, betul-betul tahu dirinya tidak punya apa-apa, bukan rendah hati, melainkan rendah diri.

Orang yang rendah diri tidak melihat kemungkinan yang akan Tuhan berikan, orang yang rendah hati menaklukkan dirinya di bawah kehendak Allah. Bagaimana kita membedakan keduanya? Orang yang merendah di hadapan kekayaan dunia, setan mungkin akan membuatnya congkak luar biasa. Sebaliknya orang yang hanya merendahkan diri di hadapan Tuhan justru beroleh kekuatan yang luar biasa.

Yosua dan Kaleb rendah hati di hadapan Tuhan, tapi tidak rendah diri di hadapan musuh. Maka kata Tuhan: “Musa, jangan pedulikan pendapat mayoritas, meski alasan mereka cukup. Perhatikan saja dua orang yang merendah di hadapanKu dan berani di hadapan musuh.” Semua tokoh yang Tuhan pakai punya ciri khas yang sama: Kneel down before God the Almighty, then stand up fastly before their great enemies. Yesaya berlutut di hadapan Allah, maka dia berani berdiri tegak di hadapan Nebukadnezar. Yohanes Pembaptis berlutut di hadapan Tuhan, maka dia berani berdiri tegak di hadapan Herodes. Yosua dan Kaleb memberikan opini yang berbeda dengan opini mayoritas, menawarkan suatu pengharapan yang dianggap tidak masuk akal, mendobrak pendapat yang menularkan wabah ketakutan di tengah-tengah umat: Jangan takut. Betulkah Yosua sendiri begitu tegar, tidak merasa takut? Sebelum Musa mati, pesannya pada Yosua: jangan takut, jadilah perkasa di hadapan Tuhan. Maksudnya, Yosua pun pernah gentar. Tapi dia dipilih untuk menjadi penerus Musa, karena imannya: God is with me. Tanah Kanaan Allah karuniakan pada orang yang mau berjuang, bukan pada orang yang berpikir Tuhan, Kau sudah menjanjikan tanah itu padaku, usirlah juga orang Kanaan, kosongkan tanah itu untuk kami. Bukankah Tuhan itu Maha Kuasa, mengapa Dia tidak mengusir penduduk Kanaan dulu baru memberikannya pada orang Israel? Kalau Tuhan lakukan itu, iman kita tak pernah bisa bertumbuh, kita juga tidak akan menunaikan kewajiban kita.

Banyak badan misi luar negeri yang kaya melumpuhkan gereja-gereja yang mereka tunjang. Itulah juga kelemahan State Church (gereja negara) di Eropa yang ditunjang oleh pemerintah: lumpuh. Tapi gereja-gereja di Tiongkok yang dianiaya justru terus bertumbuh, dari hanya 2,8 juta berkembang menjadi 85 juta. Sementara di Eropa, kurang dari 1% orang yang ke gereja. Apa sebabnya? Kerajaan Tuhan punya dalil tersendiri. Manusia mengira Allah bodoh? Kebodohan Allah lebih bijak dari manusia. Kelemahan Allah lebih perkasa dari manusia. Itulah paradoks yang Paulus bahas di 1 Korintus 1.

Tuhan berfirman kepada Abraham “Inilah tanah yang Kuberikan padamu”, Abraham pun hidup di sana, bersahabat dengan penduduk di sana. Waktu isterinya mati, katanya pada orang Het,” Aku butuh sebidang tanah guna menguburkan isteriku” “pilihlah tanah yang kau suka” Abrahampun memilih sebidang tanah, tanyanya “berapa harganya?” “gratis” “Tidak, aku harus membayar”, lalu dia membayar 400 syikal dan menguburkan Sara dengan segala kesedihan. Bukankah tanah itu sudah Tuhan berikan padanya, mengapa dia masih harus membayar? Prinsip not take it for granted sejak awal sudah dimengerti oleh orang-orang yang bertanggung jawab. Nothing is free, except the salvation of Jesus Christ and the fresh air. Tuan memberi tanah Kanaan pada orang Israel, tapi mereka harus berperang, di bawah pimpinan Yosua, karena Yosua beriman, yakin Tuhan menyertai mereka.

Pada umumnya saat seorang berusia tua, dia mulai menghitung-hitung: berapa banyak anak-cucunya, kekayaannya, kesuksesan yang diraihnya… tapi saat Yosua tua, kata Tuhan “Yosua, kau sudah sangat tua”, berbeda dengan statemen yang sering kita lontarkan, kau masih sama seperti dulu. –that is very good to listen but not true. Apakah Tuhan menyambung statemenNya dengan : Aku sangat puas akan pelayananmu yang begitu banyak? Tidak! Justru terbalik: …. Tanah yang belum kau peroleh masih banyak. Kejam, bukan? Yosua sudah berperang seumur hidup, mengapa Tuhan bukan menghibur malah mengkritik dia? Itulah Tuhan, Dia sangat ketat.

Kita yang sering terbuai dengan kalimat “Allah penuh dengan kasih”. Memang, Allah penuh kasih, tapi kasihNya bukan menghiburmu, melainkan memberimu kekuatan untuk berjuang. Banyak orang tua tidak sukses melatih anaknya, karena (maaf), mereka lebih bodoh dari burung rajawali yang tahu cara melatih anaknya terbang di ketinggian, sementara mereka hanya memanjakan, merusak anak-anaknya dengan terlalu mencintainya.

Ayat 5 apa artinya setiap hari kita hanya memuji Tuhan, tidak usah bekerja? Tidak! Artinya: di rumah Tuhan, dimana Tuhan berkuasa, orang yang mau takluk pada kuasaNya tentu akan mengembalikan segala kemuliaan hanya bagiNya. Ayat 6 terjemahan lain; berbahagialah orang yang merindukan jalan raya yang mengarah ke Sion, untuk berziarah disana, yaitu berbakti pada Allah di BaitNya yang kudus. Maksudnya: berbahagialah orang yang saat mengerjakan apapun rindu mencari perkenanan Tuhan, Tuhan berfirman: seek ye after My countenance and My power, adalah syarat penting dalam pelayanan kita. Terjemahan bahasa Indonesia untuk ayat 7 tidak jelas. Terjemahan lain: waktu mereka melewati lembah yang penuh dengan air mata, lembah itu akan berubah menjadi lembah mata air –sesuatu yang indah luar biasa: the suffering you experienced becomes the blessing for others.

Karena sebelum kau membagikan berkat pada orang, Tuhan telah memberimu penderitaan besar, kau bukan hanya sanggup melintasi bahkan sanggup mengalahkannya. Apakah saat ini kau sedang dihina, difitnah, diumpat, dianiaya, disalah mengerti, dibuang…? Jangan kau dipakai setan dengan berkata, dunia ini jahat, aku akan membalasnya. Justru sebaliknya: kau yang pernah diperlakukan tidak baik, justru bisa memperlakukan orang dengan baik.

Sejak usia 3 tahun, saya tidak punya papa, maka saya sangat mengerti kesusahan anak piatu. Saya pernah miskin, maka saya mengerti, tak punya uang memang bisa membuat orang serasa hampir gila, maka saya akan membantu sambil memberi dia tantangan, sambil melatih sambil menghibur. Saat keadilan Allah dan kasih Allah bisa dipadukan dengan harmonis justru akan membuahkan kuasa: Tuhan membiarkanmu mengalami kesulitan, karena Dia akan menjadikanmu penghibur bagi mereka yang dirundung kesusahan. Masalahnya: saat kita berada di lembah air mata, sering kita bersungut-sungut, mengomel, tidak memandangnya sebagai kesempatan untuk mengalahkannya, agar saya yang pernah miskin tidak berbau miskin, saya yang pernah dihina tidak berbau menghina. Karena kita tidak menyadari itulah yang disebut lebih menang, hidup yang berlimpah.

Pernah terjadi di sebuah pesta Olimpiade, seorang yang seharusnya berlari 5 putaran berlari 6 putaran. Apa sebabnya dia menambah satu putaran? Membuktikan dia masih kuat. Itulah yang disebut: more than victory. Salah satu contoh terindah di Alkitab: setelah orang Israel mengalahkan orang Filistin yang berperawakan tinggi besar, dia menungganginya untuk memerangi orang Filistin. Kau miskin? Saya juga pernah miskin. Ingat, Tuhan bisa memakai orang miskin, orang lemah, orang bodoh untuk mempermalukan mereka yang kaya, yang berkuasa. Kau melewati lembah air mata? Kau bisa mengubahnya menjadi lembah mata air, maksudnya: di lembah air mata, kau bukan pasif, menunggu Allah bekerja, melainkan aktif: bersandar pada Tuhan, mengubah lembah air mata menjadi lembah mata air. Bukan saja demikian, terjemahan lain untuk ayat 8: mereka berjalan, strength on strength, mengarah ke Sion, bertemu dengan Allah. Bukankah Sion terletak di atas bukit, orang yang berjalan kesana pasti makin jalan makin letih, bukan? Tapi ayat ini mengatakan: they walk up to Sion strength on strength. Pelayanan yang hidup memang berbeda dengan pelayanan fisik, kekuatan fisik kita semakin dipakai semakin lemah, tapi rohani kita, semakin dipakai semakin kuat.

Contoh, saat kita berjabat tangan, menulis, mengangkat barang….tangan mana yang kita gunakan? Umumnya, orang menggunakan tangan kanan. Bagaimana dengan tangan kiri? Menganggur, maka tangan kiri dijuluki tangan bangsawan, tangan kanan dijuluki tangan kuli. Kenyataannya: mana yang lebih kuat, tangan kanan atau tangan kiri? Umumnya, tangan kanan lebih kuat. Kedua tanganpun sepertinya diperlakukan tidak adil: tangan kiri tidak bekerja, tapi orang menghiasnya dengan cincin berlian, sementara tangan kanan tidak diberi apa-apa. Tapi di Indonesia, berlaku sesuatu yang adil: tangan kiri yang tidak bekerja, setiap hari, saat buang air besar, wajib membersihkan kotoran satu kali. Permisi tanya, maukah kau berjanji: Tuhan, aku mau lebih giat melayaniMu, agar aku semakin kuat dan semakin kuat lagi, sampai aku berjumpa denganMu? Tuhan memberkati kita.

Amin.

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/kekuatan-di-atas-segala-kekuatan-transkrip-khotbah-pdt-dr-stephen-tong/886817828033338