Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

sebelumnya

C. Janji Yang Dipenuhi

Tuhan Yesus mengatakan, “Engkau tidak perlu tahu masa dan waktu, bilamana Israel akan didirikan.”  Ketika itu murid-murid-Nya berkata, “Kami sudah menanti begitu lama, lebih dari tiga tahun lamanya, akhirnya Engkau naik ke kayu salib. Kami betul-betul kecewa, karena kami berharap Engkau akan menjadi raja atas Israel, melanjutkan cita-cita takhta Daud, dan kami semua akan menjadi menteri-menteri dalam kabinet-Mu. Sekarang kami semua harus tercerai berai.”  Namun semua kekecewaan itu diselesaikan oleh kebangkitan Tuhan Yesus. Mereka kembali dikumpulkan dan dibawa ke sebuah bukit di Galilea. Pada kali terakhir ini Tuhan Yesus menjanjikan kepada mereka bahwa Ia akan mengirimkan Roh Kudus turun ke atas mereka.

Tidak lama kemudian Roh Kudus betul-betul turun. Hal ini dicatat di dalam Kisah Para rasul 2. Di sini terjadi penggenapan dari baptisan Roh Kudus yang terjadi atas Gereja Tuhan yang am, meskipun di dalam pasal ini sama sekali tidak muncul istilah “baptisan Roh Kudus.”  Tetapi penafsiran ini didasarkan pada perkataan Tuhan Yesus sendiri di dalam Kisah Para Rasul 1 yang mengatakan bahwa dalam waktu beberapa hari lagi, murid-murid akan dibaptiskan dengan Roh Kudus seperti yang telah diucapkan oleh Yohanes Pembaptis. Jadi Kisah Para Rasul 2 merupakan penggenapan dari Kisah Para Rasul 1.

Dalam pasal 11:16 dan 1:5, terjemahan yang menggunakan istilah “baptized by the Holy Spirit” tidak tepat. Roh Kudus tidak membaptis, tetapi Tuhan Yesus yang membaptis dengan Roh Kudus. Maka di sini ditegaskan tiga hal, yaitu: (1) yang membaptis adalah Yesus Kristus; (2) yang dibaptis adalah murid-murid; dan (3) sarana pembaptis adalah Roh Kudus.

Gereja inilah yang menjadikan semua orang Kristen bersatu, menjadi satu tubuh dan menjadi satu saudara, satu Tuhan, satu baptisan, satu iman, satu Alkitab. Inilah persatuan yang sejati. Berarti semuanya sudah dikuduskan oleh Roh Kudus. Kisah Para rasul 2 merupakan hari jadinya Gereja yang kudus dan am, seperti yang telah dibahas sebelumnya.

Untuk itu kita harus menyadari bahwa ketika Bapa memilih saya, saya belum ada dan belum dilahirkan; ketika Kristus mati bagi saya, saya pun belum dilahirkan. Demikian juga ketika Roh Kudus membasuh dan saya dibaptiskan di dalam-Nya, sehingga saya dapat dikuduskan, saya pun belum dilahirkan. Sehingga secara status saya dibaptiskan dengan Roh Kudus, masuk ke dalam tubuh Kristus, yaitu Gereja yang kudus dan am, pada saat saya belum dilahirkan.

Tetapi di dalam pengalaman hidup saya, mungkin saya diperbolehkan menjadi orang yang beragama lain terlebih dahulu, atau menjadi penganut paham filsafat tertentu, hingga suatu saat saya mendengar firman, lalu mulai sadar bahwa saya berdosa, memerlukan Yesus, memerlukan pengampunan Anak Allah. Saat seseorang mulai membuka hati dan menerima Tuhan Yesus, Roh Kudus memperanakkan baru, sampai Saudara menjadi seorang yang sungguh-sungguh dimiliki oleh Tuhan. Hari tersebut menjadi hari di mana Saudara bersatu dengan panggilan Tuhan yang telah ditetapkan di dalam kekekalan. Itulah hari di mana Saudara mengalami baptisan Roh Kudus.

D. Peristiwa Turunnya Roh Kudus

1. Pertama – Kisah Para Rasul 2:37-38

Setelah itu, kita masih perlu memperhatikan respon dan pernyataan di dalam Kisah Para Rasul 2:37-dstnya. “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberikan dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (menerima pemberian Allah yaitu Roh Kudus yang akan dikirim kepada kamu). Janji ini diberikan kepada murid-murid, setiap orang percaya, sampai kepada keturunannya dan orang yang masih jauh. Itulah sebabnya, di dalam Kisah Para Rasul 2 ini Roh Kudus turun pertama kalinya ke atas Gereja dan menguduskan Gereja yang terdiri dari orang-orang berbagai bangsa. Semua orang itu mewakili orang-orang dari berbagai suku, berbagai bangsa di seluruh dunia.

Ketika di kemudian hari, Paulus menunjuk peristiwa di Yerusalem itu sebagai “kita dibaptiskan di dalam Roh Kudus” (1 Korintus 12), ia sendiri belum bertobat. Ia baru bertobat dalam perjalanannya ke Damsyik (Kisah Para Rasul 9). Ketika ia dijatuhkan oleh Yesus, ia masih ragu dan bertanya, “Siapakah Engkau, Tuhan?”  Yesus menjawab, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.”  Lalu ia diperintahkan ke kota dan Tuhan mengutus Ananias untuk mendoakan dan menyembuhkan kebutaannya. Itulah waktu ia menerima Yesus Kristus. Berarti, pada hari Pentakosta di mana Roh Kudus diberikan kepada seluruh Gereja untuk disucikan menjadi kudus dan am, Paulus sendiri belum bertobat. Tetapi Paulus mengetahui, sehingga ia mengatakan: “Kami sudah dibaptiskan di dalam Roh, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik tuan maupun budah.” di dalam bentuk tense Past Participle, yang berarti sudah selesai dan tidak terulang lagi.

Ketika Allah mengirinkan Roh Kudus sebagai karunia bagi Gereja-Nya di hari Pentakosta, maka Roh Kudus bukan datang hanya dalam satu tahap, tetapi Ia datang dalam dua tahap. Yang pertama, Roh Kudus turun ke atas 120 orang murid yang berdoa di ruang atas di Yerusalem. Tahap kedua, Roh Kudus turun ke atas 3.000 orang yang bertobat karena pemberitaan para rasul di hari Pentakosta tersebut. Jadi seluruhnya ada 3.120 orang. Yang 120 orang ini memang sudah menanti selama 10 hari di Yerusalem untuk kedatangan Roh Kudus tersebut; tetapi yang 3,000 orang sama sekali tidak pernah menanti kedatangan Roh Kudus, bahkan mereka tidak pernah tahu. Hanya ketika dilakukan pekabaran Injil oleh para rasul, hati mereka tertusuk dan mulai berespon kepada firman Tuhan. Sehingga pada hari tersebut 3.000 orang itu bertobat.

2. Ke-dua – Kisah Para Rasul 8:14-25

Tempat kedua Roh Kudus turun dicatat di dalam Kisah Para Rasul 8:14-25, “Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: “Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.” Tetapi Petrus berkata kepadanya: “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.”  Jawab Simon: “Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu.” Setelah keduanya bersaksi dan memberitakan firman Tuhan, kembalilah mereka ke Yerusalem dan dalam perjalanannya itu mereka memberitakan Injil dalam banyak kampung di Samaria.”

Di sini untuk kedua kalinya dikatakan “Roh Kudus turun”  Dan sekarang ini Roh Kudus turun di Samaria. Orang yang menerima dan mendengar khotbah di Samaria sudah mendengar firman, bahkan sudah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus, tetapi belum menerima Roh Kudus. Hal ini yang seringkali dikutip oleh orang Pantekosta dan Kharismatik dengan menafsir bahwa orang yang sudah menerima Yesus, bahkan sudah dibaptiskan dalam nama Yesus Kristus, masih harus menerima baptisan Roh Kudus lagi. Inilah yang disebut sebagai “Second Blessing”. Untuk itu apa tandanya? Mereka akan mengatakan bahwa mereka pernah jatuh, atau dapat ber-glosolalia. Heran sekali, ketika dulu Petrus dan Yohanes menerima Roh Kudus, mereka tidak berjatuh-jatuhan. Yang sekarang ini lebih hebat, berjatuh-jatuhan segala. Lalu dengan pengalaman itu mereka merasa bangga sepertinya pernah dibaptis Roh Kudus. Di tempat kedua inilah yang sering dipakai sebagai dasar bahwa setiap orang masih harus menerima baptisan Roh Kudus. Tetapi justru di tempat ini satu-satu kalinya terlihat bahwa mereka tidak ber-glosolalia.

3. Ke-tiga – KisahPara Rasul 10:44

Di dalam Kisah Para Rasul 10:44, diceritakan peristiwa Petrus di rumah Kornelius. Itulah pertama kalinya dalam sejarah Roh Kudus turun ke atas orang kafir (orang bukan Yahudi). Pertama kali dalam sejarah Roh Kudus turun ke atas mereka yang tidak disunat dan pertama kali di dalam sejarah dunia, Roh Kudus diberikan secara sama rata, seperti yang diberikan kepada orang Yahudi di Yerusalem dan di Samaria. Roh Kudus juga turun ke atas orang-orang kafir yang merindukan firman Tuhan. Maka orang-orang Yahudi saat itu tercengang-cengang melihat mereka menerima Roh Kudus.

Kasus ini sangat luar biasa uniknya. Kasus ini terjadi di rumah Kornelius, yang adalah seorang kafir. Yang diutus ke sana adalah Petrus, padahal sebelum itu Petrus sama sekali tidak mau ketika di suruh ke sana. Akhirnya, ketika Roh Kudus memerintahkan untuk ia pergi, ia taat. Ketika ia pergi dan mulai memberitakan firman, di tengah khotbah itu (berarti khotbah itu belum selesai), Roh Kudus turun ke atas mereka. Orang Yahudi yang mengetahui dan mengalami peristiwa di Yerusalem, tercengang karena mereka melihat apa yang terjadi di sana persis seperti yang terjadi di Yerusalem. Maka Petrus berhenti berkata-kata, lalu sekarang mereka melihat bahwa orang-orang kafir pun telah menerima Roh Kudus, maka tidak ada alasan untuk mereka tidak membaptiskan orang-orang itu. Kini peristiwa yang terjadi merupakan perintah Tuhan untuk membaptiskan mereka, karena melihat setelah mereka menerima Roh Kudus, mereka berbicara dengan karunia lidah. Pembicaraan itu begitu jelas mempermuliakan nama Allah.

Kasus dalam Kisah Para Rasul 10 ini sangat berbeda, bahkan terbalik dari Kisah Para Rasul 8. Di dalam Kisah Para Rasul 8, orang-orang itu sudah menerima Yesus, sudah dibaptis di dalam nama Yesus, tetapi belum menerima Roh Kudus. Mereka ditumpangi tangan oleh rasul, lalu menerima Roh Kudus. Di dalam pasal ini mereka tidak disuruh untuk dibaptiskan lagi. Sebaliknya, di pasal 10, mereka telah menerima Roh Kudus terlebih dahulu. Setelah mengetahui itu, Petrus memerintahkan untuk mereka dibaptiskan, dan semua mereka dibaptiskan di dalam nama Yesus. Jadi urutannya terbalik.

Di dalam semua kasus, baik pasal 2, 8, maupun 10, semua orang yang ada di sana menerima Roh Kudus, tidak ada yang terkecuali, tidak seperti apa yang terjadi sekarang ini, ada yang menerima ada yang tidak, ada yang berkarunia lidah ada yang tidak, lalu perlu belajar lagi. Harap Saudara memperhatikan prinsip-prinsip ini.

4. Ke-empat – Kisah Para Rasul 19:1

Untuk keempat kalinya dicatat Roh Kudus turun ke atas manusia terdapat pada Kisah Para Rasul 19:1. Inilah yang terakhir kali disebutkan tentang turunnya Roh Kudus.

Di dalam Kisah Para Rasul 19 ini, terdapat keunikan yang sangat khusus. Di sini orang-orang itu sudah mendengarkan firman dan sudah mengaku percaya. Mereka mendengar hal itu dari seorang yang bernama Apolos. Setelah itu mereka dibaptis, tetapi mereka tidak dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Mereka dibaptiskan dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Sesudah itu mereka sama sekali tidak pernah mendengar tentang Roh Kudus. Ketika Paulus tiba di Efesus, ia menanyakan apa yang mereka percaya. Ternyata mereka percaya kepada pemberitaan Yohanes Pembaptis dan dibaptis dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Ini tidak boleh. Baptisan Yohanes hanya melambangkan pertobatan, tetapi baptisan oleh Yesus Kristus bukan memakai air, tetapi dengan Roh Kudus. Maka mereka perlu menerima Roh Kudus. Di sini Paulus tidak lagi menyebutkan kata “baptisan Roh Kudus.”  Ia hanya mengatakan bahwa  mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari Yohanes Pembaptis yaitu Yesus Kristus. Maka mereka ditumpangi tangan dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Ketika itu, tanpa harus menyebut soal baptisan Roh Kudus, Roh Kudus turun ke atas mereka.

5. Prinsip Pengertian Turunnya Roh Kudus

Jadi jika kita memperhatikan ke-empat pemunculan peristiwa turunnya Roh Kudus, setiap peristiwa memiliki keunikan yang berbeda. Namun di dalam ke-empat pemunculan ini, ada hal-hal penting yang Alkitab ingin nyatakan kepada kita, yaitu:

  1. Ke-empat pemunculan ini merupakan representasi proses pemberitaan Injil di dalam sejarah, mulai dari Yerusalem ke Yudea,ke Samaria, sampai ke ujung bumi;
  2. Di dalam empat kali peristiwa turunnya Roh Kudus ini (dari Kisah Para Rasul 2 – Roh Kudus turun di Yerusalem, sampai Kisah Para Rasul 19 – Roh Kudus turun di Efesus), terdapat tenggang waktu sekitar 19 tahun.
  3. Di antara ke-empat peristiwa ini, bukan berarti Roh Kudus tidak pernah turun lagi, tetapi memang Alkitab tidak mencatatnya;
  4. Ke-empat peristiwa turunnya Roh Kudus ini mencakup dua golongan secara berurutan, yaitu dari orang Yahudi dan orang kafir (non-Yahudi);
  5. Ke-empat peristiwa ini, semua  berkaitan erat dengan penginjilan;
  6. Ada hal yang mutlak dan ada hal yang tidak mutlak yang perlu kita perhatikan. Misalnya, hal yang mutlak adalah keharusan menerima Roh Kudus; hal yang tidak mutlak adalah secara fenomena (tampak luar) tidak tentu harus bertanda mujizat atau berkarunia lidah.

E. Kronologis Turunnya Roh Kudus

Kalau kita mengikuti urutan di dalam Kisah Para Rasul 1:8, sesuai dengan peta Alkitab Perjanjian Baru, tentang perintah penginjilan seluruh dunia, yang menjadi dasar dari turunnya Roh Kudus, maka urutannya menjadi :

  1. Kisah Para Rasul 2  :  di Yerusalem
  2. Kisah Para Rasul 10 :  di rumah Kornelius, Yudea
  3. Kisah Para Rasul 8  :  di Samaria
  4. Kisah Para Rasul 19 :  di Efesus – mewakili ujung bumi.

Urutan kedua dan ketiga terbalik dengan urutan dalam Kitab Para Rasul sendiri. Untuk mengerti urutan penerimaan Roh Kudus dari Yerusalem, Samaria, rumah Kornelius, baru Efesus, kita harus mempelajari hal-hal di bawah ini secara seksama.

Yerusalem menjadi induk dari semua Gereja yang disebut sebagai Gereja yang kudus dan am, dan semua Gereja yang dimasukkan ke dalam tubuh Kristus. Kedua kali, Tuhan Yesus datang ke Samaria, karena orang Samaria adalah orang-orang semi-Yahudi. Mereka adalah keturunan campuran antara orang Yahudi dengan orang-orang kafir. Jadi mereka belum dapat dikatakan bahwa mereka benar-benar orang kafir. Latar belakang di dalam Perjanjian  Lama menyatakan bahwa ketika 10 suku membentuk kerajaan Utara, 2 suku membentuk kerajaan Selatan. Sepuluh suku ini dilayani oleh Elia, sedangkan Yesaya melayani dua kerajaan di Selatan. Jadi baik di Utara maupun di Selatan, Tuhan pernah mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk melayani di sana. Ketika Asyur menawan dan membuang Kerajaan Utara, lalu mencampurkannya dengan bangsa-bangsa lain, mereka tidak lagi murni keyahudiannya. Kerajaan Selatan masih murni keyahudiannya, karena mereka tidak bercampur dengan bangsa lain.

Di sini kita melihat bahwa Injil mulai bergerak dari orang Yahudi ke orang kafir; mulai dari Yerusalem yang murni Yahudi, lalu ke Samaria yang setengah Yahudi, dan ke rumah Kornelius yang sama sekali kafir. Dan kehadiran yang ke-empat sudah meloncat jauh ke Efesus, untuk melambangkan pemberitaan Injil ke ujung bumi.

Dengan meperhatikan ke-empat peristiwa ini, kita melihat bahwa pada pasal 2 tidak dicatat bahwa Roh Kudus turun, tetapi justru di sana terlihat fakta Roh Kudus memenuhi mereka dan mereka menyatakan tanda-tanda yang sedemikian luas biasa, yang tidak pernah terjadi di tempat lain lagi. Misalnya, mereka mendengar suara angin kencang yang bertiup di rumah itu, lalu mereka melihat lidah-lidah api yang hinggap di atas kepala mereka. Jadi lidah-lidah api yang hinggap itu melambangkan Roh Kudus turun ke atas mereka.

Inilah yang kita mengerti sebagai pergerakan Injil dari Yahudi dahulu baru non-Yahudi. Ini sesuai dengan prinsip seluruh Alkitab, di mana Injil harus diberitakan dahulu kepada orang Yahudi yang sudah diberi Taurat, barulah kepada bangsa-bangsa lain. Urutan ini tidak boleh dibalik. Ini yang menyebabkan seolah-olah peristiwa turunnya Roh Kudus yang kedua dan ketiga tertukar.

Lalu, mengapa Yesus Kristus tidak lebih baik mengatakan di Kisah Para Rasul 1:8 “dari Yerusalem, Samaria, Yudea, baru ke ujung bumi” tetapi Yesus mengatakan “dari Yerusalem, Yudea, Samaria, baru ke ujung bumi” untuk memberikan orientasi geografis kepada murid-murid-Nya. Tetapi di dalam catatan Kisah Para Rasul ini diungkapkan bagaimana Injil bergerak dari orang Yahudi ke orang kafir (non-Yahudi).

Jika kita memperhatikan dalam Kisah Para Rasul 8, 10 dan 19, dipakai istilah “Roh Kudus turun.”   Selama 28 tahun ini Injil diberitakan bukan hanya di empat tempat ini, juga diberitakan di banyak tempat yang lain, tetapi tidak pernah memakai istilah “Roh Kudus turun.”  Hanya di empat tempat ini merupakan empat tempat yang mewakili penginjilan global ke seluruh dunia.

 Amin.

 

Sumber :
 
Nama buku        :  Baptisan dan Karunia Roh Kudus
Sub Judul          :  Turunnya Roh Yang Dijanjikan (Bagian-1)
Penulis              :  Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit            :  Momentum, 2011
Halaman            :  43 – 64

 

Dicopas dari : https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/turunnya-roh-yang-dijanjikan-bagian-1-artikel-pdt-dr-stephen-tong/876140892434365