Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

G. Perbandingan Manifestasi Turunnya Roh Kudus

Seringkali jika kita tidak memperhatikan secara cermat, kita akan terjebak dalam ajaran-ajaran yang salah. Ketika mereka mengatakan seseorang perlu dibaptis ulang (berdasarkan Kisah Para Rasul 19), lalu perlu baptisan kedua untuk menerima Roh Kudus (berdasarkan Kisah Para Rasul 8), dan perlu penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus (berdasarkan Kisah Para Rasul 8 dan 19). Jadi peristiwa di kedua pasal ini yang paling banyak disalah mengerti oleh Gereja dan orang-orang yang tidak sungguh-sungguh mempelajari Alkitab.

Kisah Para Rasul 2 tidak memerlukan konfirmasi rasul, karena yang menerima Roh Kudus di Kisah Para Rasul 2 adalah para rasul sendiri. Di pasal 8 diperlukan konfirmasi rasul, karena yang memberitakan Injil adalah Filipus yang bukan rasul. Saat ini tidak diperlukan lagi karena pengajaran rasul dan nabi sudah lengkap ditulis, yaitu Alkitab Perjanjian Lama dan Perrjanjian Baru. Jadi para rasul tidak perlu datang kembali.

Di rumah Kornelius tidak perlu lagi dikirmkan rasul dari Yerusalem, karena yang memberitakan Injil di situ adalah rasul Petrus sendiri. Sedangkan di dalam kasus Efesus, Apolos, bukanlah seorang rasul, bahkan bukan seorang penginjil. Jadi perlu rasul Paulus yang pergi ke sana untuk memberitakan Injil lagi, membaptiskan dengan benar dan menjadikan mereka menerima Roh Kudus.

Mengenai baptisan, ke-empat pengalaman ini sangat berbeda.

Pertama, di Yerusalem, orang-orang yang pertama kali menerima Roh Kudus adalah 120 orang, Mereka semua belum tentu sudah dibaptiskan oleh Yesus. Rasul-rasul itu pernah membaptis orang, bahkan sebelum Yesus naik ke Goilgota, sebelum Yesus naik ke sorga. Tetapi pasti baptisan yang mereka lakukan bukan nama Allah Tritunggal. Mereka hanya melakukan upacara seperti yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.

Kedua, setelah orang-orang ini menerima baptisan Roh Kudus, mereka membaptis orang lain (Kisah Para Rasul 2). Paling tidak Alkitab mencatat bahwa mereka membaptiskan 3.000 orang dalam nama Yesus Kristus. Peristiwa Kisah Para Rasul 8 mengungkapkan bahwa orang-orang itu sudah dibaptis dalam nama Yesus. Setelah itu mereka baru menerima Roh Kudus. Untuk mereka menerima Roh Kudus, mereka tidak dibaptis lagi! Tidak ada baptisan ulang.

Kasus ini berbeda dengan Kisah Para Rasul 19, di mana baptisan itu bukan baptisan Kristen, karena merupakan baptisan Yohanes Pembaptis. Mereka perlu dibaptiskan lagi dalam nama Yesus Kristus. Jadi ketika Paulus menumpang tangan, mnereka menerima Roh Kudus, sehingga kemungkinan besar, penumpangan tangan ini adalah dalam rangka baptisan bagi mereka. Berarti, ketika mereka menerima Yesus Kristus, ketika mereka dibaptis, ketika mereka ditumpangi tangan, dan ketika Roh Kudus turun, semua ini merupakan gabungan sebuah peristiwa.

Yang paling mengherankan adalah di pasal 10. Mereka yang ada di rumah Kornelius sama sekali belum dibaptiskan. Mereka belum pernah mendengar Injil sebelumnya. Ketika Petrus berada di sana dan berkhotbah, ditengah-tengah khotbah itu, Roh Kudus turun ke atas mereka.

Ketika kita memperhatikan ketiga kasus di pasal 8, 10 dan 19, kita melihat peristiwa-peristiwa yang berbeda. Ada peristiwa di mana Roh Kudus belum turun ketika orang di Samaria sudah mendengar Injil; tetapi juga ada kasus di mana Roh Kudus turun dulu sebelum orang tuntas menerima Yesus dan dibaptiskan seperti di rumah Kornelius; dan ada kasus lain di mana orang-orang menerima Yesus, dibaptis, menerima penumpangan tangan, dan Roh Kudus turun terjadi pada waktu yang sama, seperti di Efesus.

Jadi tidak ada orang yang berhak untuk mengambil Kisah Para Rasul 19, lalu menentukan bagaimana urutan seharusnya Roh Kudus turun dan mengharuskan adanya baptisan ulang. Cara sedemikian adalah cara yang mengambil Alkitab secara tidak bertanggung jawab. Kisah Para Rasul 19 bukan mengajarkan suatu baptisan ulang, karena memang sebelumnya bukan dibaptis dengan nama Tuhan Yesus. Yang sudah dibaptis dalam nama Tuihan Yesus tidak perlu dibaptis lagi (Kisah Para Rasul 8).

Juga tidak ada seorang pun yang berhak mengatakan bahwa setelah orang dibaptis masih harus sekali lagi menerima Roh Kudus sebagai pengalaman kedua menurut Kisah Para Rasul 8, karena di dalam Kisah Para Rasul 10 justru tidak merupakan pengalaman kedua, tetapi malah terbalik. Kini telah terjadi kekacauan yang luar biasa di dalam Gereja. Banyak ajaran yang sembarangan mengambil dan mencampurbaurkan ajaran firman.

H. Bagaimana Kita Mengalami Baptisan Roh Kudus ?

Bilakah Saudara mengalami Baptisan Roh Kudus? Yaitu pada saat Saudara menerima Yesus Kristus. Pada saat itu, Saudara diubah status dari orang berdosa menjadi orang suci, melalui pengudusan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Inilah status yang diakibatkan ketika Saudara menerima Tuhan Yesus dan percikan darah-Nya (1 Petrus 1:2). Orang yang dikuduskan oleh Roh adalah orang yang dijadikan orang suci. Orang-orang ini adalah mereka yang menerima Yesus Kristus. Orang yang dikuduskan oleh Roh secara status, akan menerima percikan darah Yesus Kristus.

Di dalam 1 Petrus 1:2, urutannya menjadi Allah Bapa, Allah Roh Kudus, baru Allah Anak. Mengapa? Orang Kristen, pertama-tama adalah orang yang sudah dipilih sejak dunia belum dijadikan, kemudian ia dikuduskan oleh Roh. Tanpa Roh memperkenalkan, tidak ada seorang pun dapat mengenal Yesus Kristus; tanpa Roh memuliakan Kristus, tidak ada yang sadar betapa agung, mulia dan besarnya kuasa Yesus Kristus; tanpa Roh menggerakkan, tidak ada seorang pun dapat menyebut nama Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Hal ini sangat berbeda dengan kasus Matius 7:21-23, di mana orang secara sembarangan memakai nama Yesus untuk melakukan mujizat, tetapi Allah tidak pernah mengenal dia. Di dalam hal ini, relasi mutual (timbal-balik) sangat penting, karena ketika kita merasa mengenal Allah, tetapi Allah tidak mengaku mengenal kita, maka persoalannya akan runyam. Hal ini dapat terjadi apabila Saudara tidak mempelajari prinsip firman-Nya. Banyak orang yang tidak belajar, tetapi dengan fasih, lidahnya mempermainkan secara fenomena kekuatan untuk menarik massa dalam jumlah besar, dan itu dianggap membuktikan bahwa ia memiliki Roh Kudus. Allah tidak akan pernah mengakui hal seperti itu. Harap berhati-hati di dalam “kesuksesan pelayanan” Saudara. Hati-hati ketika orang terkagum-kagum kepada Saudara. Kalimat ini juga secara khusus berlaku bagi diri saya sendiri.

Di dalam sebuah buku diungkapkan adanya seorang pendeta yang cukup terkenal dan bertalenta. Pada malam hari setelah berkhotbah dalam satu seri kebaktian, ia pergi ke pelacuran. Temannya memperingatkannya untuk bertobat dan tidak berbuat hal itu, agar Tuhan tidak murka kepadanya. Tetapi ia menyuruh temannya diam. Besoknya ia berkhotbah lagi dan ketika dilakukan panggilan pertobatan, begitu banyak orang yang bertobat. Kemudian ia berbisik kepada temannya yang memperingatkannya itu, “Lihat, tetap berkuasa bukan?”  Orang-orang seperti ini sedang mempermainkan firman.

Mengapa di dalam Matius 7:21-23 terlihat orang-orang yang melakukan mujizat atau mengusir setan itu sedemikian sukses dengan menggunakan nama Yesus? Alkitab menegaskan bahwa mereka sedang berbuat jahat. Tetapi mengapa dikatakan mereka berbuat jahat? Apakah perbuatan jahat itu ketika mereka melayani dengan sedemikian sukses, ataukah ketika melayani mereka memamerkan kuasa Kristus, tetapi di belakang itu mereka melakukan kejahatan? Tetapi Tuhan tidak menunjukkan perbuatan mereka di belakang layar itu. Ataukah tindakan-tindakan itu sendiri yang dianggap sebagai perbuatan jahat di hadapan Allah? Kalau mereka memang orang jahat, mengapa ketika mereka memakai nama Yesus, ada setan yang mau keluar? Mengapa ada kuasa seperti itu? Alkitab menyatakan kebenaran yang sangat dalam melalui ayat-ayat ini. Jangan Saudara menganggap dapat menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan sembarangan.

Allah setia pada diri-Nya. Yesus Kristus mengajar murid-murid-Nya dengan satu kalimat yang sulit diterima: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka…” (Matius 23:2-3). Berarti, bahwa walaupun orang-orang Farisi ditegur dengan begitu keras oleh Tuhan Yesus, Tuhan Yesus tetap berkata bahwa ketika mereka mengajar, dengarlah setiap kalimat mereka, karena mereka sedang mengajar firman Tuhan.

Jadi firman itu tidak boleh dirugikan oleh manusia, meskipun yang membaca firman itu orang kotor. Firman Allah tetap adalah firman yang suci, tidak terusik oleh orangnya. Mungkin Tuhan Yesus tetap menyatakan sesuatu yang boleh mereka ungkapklan, meskipun pada akhirnya terbongkar bahwa mereka adalah orang yang kotor, berzinah, seperti Jim Baker, Jimmy Sdwagart, Oral Roberts, dll. Tetapi hal ini tidak berarti semua orang yang melayani dengan nama Yesus pasti mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan.

Setelah dicatat bahwa Roh Kudus turun empat kali, tidak berarti Roh Kudus tidak turun lagi di luar empat peristiwa di atas. Setelah turun ke dunia, Roh Kudus belum pernah ditarik kembali. Tetapi pengalaman satu orang demi satu orang menerima turunnya Roh Kudus ke atas diri mereka, merupakan pengalaman demi pengalaman yang terjadi pada hari dan waktu yang berbeda.

Saya menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat saya dengan sungguh-sungguh, dan diperanakkan di dalam Roh Kudus, pada tanggal 1 Juli 1957 pukul 18.15 Wib. Hari itu saya sedang berada di sebuah jalan di Surabaya. Pada saat itu saya sedang berjalan kaki di dekat tugu pahlawan dalam perjalanan dari stasiun Semut menuju ke rumah saya di Jl. Baluwarti. Saat itu saya sedang merenungkan firman Tuhan. Di tengah perjalanan itu, mendadak saya sadar, insaf dan kagum luar biasa, bahwa Yesus mati untuk Stephen Tong. Ia mau mengalirkan darah untuk membersihkan dosa saya. Ia membersihkan dan menebus dosa saya. Saat itu saya menjadi milik Tuhan. Saya merasa begitu sukacita. Hari itu, saat itu, saya tahu bahwa saya sedang menerima Tuhan. Saya mengetahui pula pada detik yang sama saya dibaptis dengan Roh Kudus. Saya tidak berkarunia lidah saat itu, tetapi sejak waktu itu, seumur hidup saya suka memberitakan firman Tuhan, suka membagikan Injil dan suka memberitahu orang lain tentang Kitab Suci dan suka membela kebenaran firman.

Mungkin Saudara tidak mengetahui secara tepat hari atau waktu saat Saudara menerima Kristus, tetapi paling sedikit ada satu periode di mana terjadi perubahan besar dalam hidup Saudara, di mana Saudara mulai mencintai firman Tuhan, begitu mengasihi Tuhan, dan mau mermberitakan Injil. Periode itu menunjukkan bahwa Saudara jelas telah menerima baptisan Roh Kudus.

Baptisan Roh Kudus tidak memberikan kepada kita suatu kemutlakan adanya gejala-gejala yang khusus. Sebagaimana setiap peristiwa di Kisah Para Rasul pasal 2, 8, 10 dan 19 yang begitu unik dan berbeda, maka tidak ada yang harus menjadi suatu manifestasi yang mutlak. Saat ini banyak Gereja yang mengajarkan bahwa harus ada manisfestasi dalam bentuk karunia lidah, dan membeda-bedakan karunia lidah yang ada di pasal-pasal ini (bagian ini akan dibahas lebih lanjut di bab berikutnya). Saya minta dengan sungguh dan serius, jangan menerima ajaran-ajaran seperti itu.

Janganlah Saudara menerima kemutlakan-kemutlakan yang tidak diperintahkan oleh Kitab Suci, misalnya: “Saudara tidak mempunyai Roh Kudus, karena Saudara belum berkarunia lidah.”  Stop! Jangan menerima ajaran dia lagi. Atau “Saudara belum tertawa-tawa, maka Saudara pasti belum menerima urapan baru dari Roh Kudus.”  Jangan menerima ajaran demikian. Karena begitu banyak fenomena yang terjadi di dunia ini bukan berasal dari Alkitab, bahkan melawan prinsip Alkitab.

Beberapa hari sebelum saya mengadakan seminar ini, kebaktian Toronto Blessing memakai sebuah stadion di Singapura, dan dua hari yang lalu, ada seseorang yang tertawa-tawa di sana tidak selesai sampai sore hari keesokan harinya. Tertawa terus dikantornya dan tertawa dirumahnya. Guru-guru Kristen yang katanya “kena Roh Kudus” mengajar sambil terus tertawa-tawa, sehingga diusir oleh kepala sekolahnya untuk tidak mengajar.

Apakah kepenuhan Roh Kudus seperti ini menjadikan Kekristenan dihormati, diumuliakan dan disanjung orang? Tidak! Justru hal-hal seperti ini mempermalukan Kekristenan dan menjadikan orang Kristen orang-orang yang irrasional dan dianggap tidak normal. Meskipun kadang-kadang di dalam sejarah ada orang-orang seperti Paulus yang dipenuhi Roh Kudus, tergila-gila mengabarkan Injil sampai ada orang yang menganggapnya gila. Tetapi tetap tidak ada gejala-gejala aneh seperti itu. Kiranya Tuhan memberkati kita agar tidak menyamakan semua roh. Jangan menyamakan apa yang dibuat oleh manusia dengan perisip-prinsip Alkitab.

Di pertengahan tahun 1995, saya berada di Amerika Serikat. Seseorang ayah menanyakan siapakah Michaelangelo, Da Vinci atau Raphello, Donatello, kepada anaknya yang berusia 5 tahun. Saya kira anak itu luar biasa, karena pada usia sekian ia sudah mengetahui begitu banyak pengetahuan. Orang-orang itu adalah tokoh-tokoh penting dari High Reneissance  di Italia. Ternyata ia menunjukkan boneka kura-kura ninja. Saya sangat kecewa, karena itu berarti anak-anak sekarang akan mengerti Michaelangelo, Da Vinci atau Donatello dengan salah. Mereka tidak lagi mengenal Michaelangelo yang asli, kelak akan sulit untuk mengoreksi pikiran mereka dan mengembalikannya kepada pengertian yang benar.

Suatu kali, seorang mengajak saya menonton film “Beethoven.”  Saya senang sekali karena dapat menonton film dari orang yang begitu sukses di bidang musik, yang memberikan musik-musik agung kepada sejarah manusia. Ternyata setelah menonton, Beethoven adalah seekor anjing. Beethoven adalah nama yang agung, tetapi sekarang sudah menjadi seekor anjing yang gemuk, yang berbulu di seluruh badannya, pandai, tetapi sama sekali tidak mengerti musik.

Saya minta Saudara melihat kasus-kasus ini dengan peka, bahwa nama dan istilah-istilah yang agung saat ini sedang diselewengkan pengertiannya. Demikian juga istilah baptisan Roh Kudus, sampai muncul istilah dibaptiskan oleh Roh Kudus. Istilah itu salah. Yang benar adalah dibaptiskan dengan atau di dalam Roh Kudus.

Kristus yang membaptiskan kita dengan Roh Kudus. Kristus memakai Roh Kudus untuk membersihkan kita dari dosa dan menjadikan kita mempelai-Nya. Secara status, hal ini sudah terjadi pada hari Pentakosta; secara pengalaman, terjadi ketika Saudara menerima Roh Kudus di dalam hatimu, melalui pertobatan, percaya kepada Yesus Kristus, dan taat pada firman Tuhan. Ia akan menyucikan kita.

Ke-empat pengalaman turunnya Roh Kudus ini hendaknya Saudara pelajari secara seksama, sehingga Saudara tidak sampai terkecoh dan jatuh kepada pandangan-pandangan yang salah.

Amin.


Sumber :
Nama buku        :  Baptisan dan Karunia Roh Kudus
Sub Judul          :  Turunnya Roh Yang Dijanjikan (Bagian-3)
Penulis              :  Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit            :  Momentum, 2011
Halaman            :  64 -83
 
Diambil dari : https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/turunnya-roh-yang-dijanjikan-bagian-2-artikel-pdt-dr-stephen-tong/876497579065363