Doa Bapa KamiSaya percaya, Doa Bapa Kami adalah doa terbaik yang pernah diucapkan di dalam sejarah manusia, karena langsung diajarkan oleh Tuhan kepada orang yang mau berdoa. Yesus ialah Allah yang menjadi manusia, mewakili seluruh umat manusia mengajarkan bagaimana kita berdoa kepada Bapa.

Kalimat pertama, “Bapa kami yang di dalam sorga,” mengindikasikan “kami” yang di bumi, mempunyai “Bapa” di sorga yang mengasihi kita lebih dari siapa pun di dunia. Karena ikatan hubungan ini, kami berani datang kepada-Nya, yang disebut Bapa yang di sorga. Betapa intimnya, dekatnya, dan baiknya hubungan ini, karena kita dijadikan anak-Nya dan Ia menjadikan diri-Nya Bapa kita.

Sebagaimana dijanjikan di Perjanjian Lama, Tuhan berkata, “Saya akan memanggil orang yang bukan anak-Ku menjadi anak-Ku. Saya akan menjadi Bapa bagi mereka yang bukan anak-Ku,” sehingga kita diberikan Roh Anak dan hak istimewa boleh menyebut Bapa di sorga. Jika kita mengerti dan menghayati istilah ini, kita tidak akan merasa tersendiri, karena kita mempunyai Bapa rohani, Pencipta, Pengasih, dan Penyayang. Bapa penyelamat yang di sorga, yang mata-Nya melihat segala yang terjadi di dunia, dan hati-Nya tahu segala yang kita perlukan di dunia ini. Sesuatu yang kita perlukan di dalam jalinan hubungan relatif antara yang dicipta dan Pencipta, kini telah dibangun oleh Yesus. Kita memanggil Tuhan sebagai Engkau, dan memanggil diri sebagai aku; sehingga ada hubungan antara aku dan Engkau; di mana Engkau yang kekal, misterius, supranatural, mencipta, tidak terbatas, adalah Bapaku yang di sorga.

Setelah mempunyai hubungan dekat dan intim dengan-Nya, lalu doa pertama yang kita katakan kepada Dia yang berada di sorga, ialah: “Nama-Nya dikuduskan di seluruh dunia.” Anak yang tahu bagaimana menghormati Bapanya yang di sorga, berbakti kepada Dia yang tak kelihatan, memberi hormat yang sesungguhnya kepada Tuhan, dan mengharapkan semua orang juga menghormati Tuhan. Jika kita menghormati Tuhan, berbakti pada-Nya, juga mengharapkan semua orang untuk berbakti dan menghormati Tuhan yang kita hormati, maka doa pertama di hadapan Tuhan bukanlah meminta kekayaan, kesejahteraan, berkat materi, tetapi meminta nama Tuhan dipermuliakan di seluruh dunia.

Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, karena Engkau ialah Allah yang suci. Pengertian pertama tentang theologi, tentang sifat ilahi, ialah mengerti bahwa kesucian berasal dari Allah Bapa. Allah sejati ialah Allah yang suci, Allah yang dipermuliakan, yang merupakan sifat hakiki yang tak ada pada semua allah palsu. Dunia punya banyak agama, dewa, dan orang yang disembah yang bukan benar-benar Allah; mereka memperdewakan yang bukan dewa, memperilah yang bukan Allah, menyembah yang tak patut disembah, dan tidak pernah tahu Allah sejati ialah Allah yang bagaimana. Alkitab menegaskan sifat ilahi yang paling fundamental, ialah sifat kesucian Allah.

Allah yang suci ialah Allah sejati, allah yang tidak suci ialah allah palsu. Allah palsu tidak punya kekudusan, sedangkan Allah asli memiliki kekudusan pada diri-Nya sendiri. Allah sejati ialah Allah suprasejarah, suci di dalam segala hal, tidak berubah, kudus secara sifat diri-Nya sendiri. Allah asli ialah Allah yang melampaui waktu, tempat, dan yang ada pada diri sendiri. Kekudusan yaitu sifat ilahi yang jadi keunikan Allah, yang tidak ada taranya. Semua kegiatan yang meniru dan memalsukan Allah, mungkin terjadi oleh bakat karunia dan segala kemampuan manusia yang berasal dari Allah. Tetapi hanya satu hal yang tidak mungkin dipalsukan, yaitu kesucian Allah. Maka Allah yang suci tidak mau berkompromi, dicampurkan, dan disejajarkan dengan ilah lain. Allah Bapa yang suci mengirim Allah Anak dan Allah Roh Kudus yang suci. Ketiga pribadi yang suci menerima sembah sujud serafim, di mana takhta-Nya dikelilingi oleh para malaikat yang terbang dengan enam sayap, dua menutupi muka, dua menutupi kaki, dan dua untuk terbang. Mereka terbang di sekeliling takhta Tuhan, dan sahut-menyahut berkata, “Suci, suci, suci.” Ketiga pribadi dalam sifat ilahi yang esa dan suci. Itulah Allah kita.

Di dalam ajaran dewa dan ilah palsu ada perzinahan, kenajisan, dan dosa yang diperbuat. Dalam Perjanjian Lama, Allah berkata kepada Israel, “Basmilah tujuh suku yang berzinah di kuil mereka, karena mereka berzinah, berdosa, Aku akan menumpas dan menghapuskan nama mereka dari muka bumi.” Allah tampak begitu kejam dan ganas untuk membunuh yang tidak berbakti pada-Nya, karena Tuhan mau membuang segala ketidaksucian yang sudah melanda dan membahayakan umat manusia. Ketujuh suku yang harus dibasmi ialah mereka yang menyembah dewa palsu, dan melakukan pelacuran bakti di kuil. Allah yang suci di sorga membenci kenajisan dan zinah, maka ketika melihat keadaan demikian, Ia memerintahkan orang Israel, “Tumpas mereka, agar dunia tidak dikotori dosa seperti ini.” Hal sedemikian bukanlah menyatakan Allah kejam, melainkan merupakan ungkapan kasih Allah. Allah mencintai umat manusia, sehingga Ia tidak memperbolehkan perzinahan di tengah umat manusia.

Perzinahan dan kenajisan telah merugikan masyarakat beribu tahun. Homoseks mengakibatkan AIDS, sehingga sekarang baik di Irian Jaya sampai Sumatra, semua orang yang menyebut diri beragama, yang tidak menghargai dan menghormati kekudusan Tuhan, telah jatuh dalam dosa homoseksual dan lesbian, yang mengakibatkan AIDS melanda seluruh Indonesia. Kita tidak boleh bermain-main dengan Tuhan, karena Tuhan sejati ialah Tuhan yang suci. Tuhan berkata, “Karena Aku suci, maka engkau harus suci dalam segala perbuatanmu.” Allah yang suci tidak mengizinkan dan bertoleransi terhadap kejahatan, amoralitas, dan perzinahan di dunia. Mari kita mengabdi kepada Tuhan dengan rasa takut pada Tuhan. “Tuhan, biarlah Engkau dikuduskan oleh segala bangsa. Nama-Mu yang suci harus disucikan oleh kita semua.”

Kesucian Allah mewarnai semua sifat ilahi lainnya, sehingga Allah yang kasih adanya, kasih-Nya ialah kasih yang suci. Allah ialah adil, benar, suci, kasih, murah, segala yang disebut sifat ilahi didasari dengan kesucian. Tidak ada sesuatu dari Allah yang tidak suci. Allah memberi anugerah, berkat, kebenaran, pengajaran, dan hajaran, semuanya itu suci. Manusia yang mengerti kesucian Tuhan mendapat berkat yang besar dan hidup dalam jalur yang benar. Tuhan memberkati orang yang menghargai dan menghormati kesucian ilahi. Cinta kasih Allah itu suci, maka jika kita bermain-main dengan Tuhan dan berdosa, Tuhan menghajar kita dengan hajaran suci, hingga hukuman berat mungkin diberikan pada kita.

Alkitab berkata, jika tidak suci, tidak ada seorang bisa melihat Tuhan. Jika kita hidup suci di hadapan Tuhan kita langsung mendapatkan cahaya muka-Nya yang menyinari ke dalam hati kita. Tuhan memberkati orang yang rela dan sungguh-sungguh hidup dalam kesucian, karena Tuhan tidak akan membuang orang yang mengikuti segala pengajaran-Nya. Allah yang suci mau mendidik kita, membentuk kita, dan membangun iman kita dengan kesucian untuk menyehatkan rohani kita. Hanya cinta kasih yang suci yang bisa membangun karakter yang suci; cinta kasih yang najis dan berdosa tidak mungkin membangun seseorang dalam kebaikan. Kiranya engkau memiliki cinta kasih yang penuh dengan kesucian agar engkau dapat membangun anakmu di dalam kerohanian yang beres. Semua orang di hadapan Tuhan harus mendengar firman Tuhan yang berkata, “Hendaklah engkau kudus, sebab Aku Allahmu ialah Allah yang kudus.” Paulus berkata, “Buanglah segala kenajisan, kenajisan tubuhmu dan batinmu, dan serahkan dirimu pada Tuhan.”

Kesucian berarti perbedaan, pengasingan, konsentrasi, mempersembahkan diri kepada Tuhan, memisahkan diri dari kenajisan dunia. Sebelum kita menjadi Kristen, kita mengikuti kenajisan nafsu duniawi. Tapi setelah bertobat, kita mengasingkan diri, memisahkan diri, dan berkata kepada Tuhan, “Sekarang aku bukan milik dunia dan kebinasaan, tetapi milik-Mu Tuhan. Aku asingkan diri, pisahkan diri, konsentrasikan diri kepada Engkau dan menjadi milik-Mu.” Yesus berkata dalam Yohanes 17, “Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka.” Ini teladan bagaimana Yesus hidup dalam kesucian agar orang Kristen yang berada di dalam Kristus juga boleh mendapat kesucian dari Yesus. Untuk itulah Ia menjadi Tuhan, saudara kakak sulung, dan teladan kita.

Ibrani 2 mengatakan bahwa kita sudah menerima panggilan kudus dari sorga. Orang yang menerima panggilan sorgawi, menerima panggilan suci agar berbagian dalam kesucian Tuhan. Jika Bapa kita di sorga ialah Bapa yang suci, kita akan dijadikan orang suci milik Bapa, dan orang-orang suci membangun persekutuan yang kudus. Gereja Tuhan yaitu gereja yang kudus dan am, gereja yang suci dari segala bangsa, suku, benua, negara, bahasa, dan segala sudut seluruh dunia, yang dipanggil oleh kesucian Tuhan menjadi kelompok kaum kudus. Kaum kudus menjadi jemaat kudus, gereja yang kudus dan am. Kita menerima panggilan menjalankan tugas hidup dalam kesucian untuk memperkenan Tuhan.

Jika kita mengerti kesucian sebagai dasar dan tuntutan ilahi, kiranya kita mengoreksi dan mengintrospeksi motivasi kita yang tidak suci. Tuhan mengetahui isi hati kita yang paling dalam. Hanya mereka yang bersih dan suci hatinya diperkenan Tuhan. Orang Kristen yang mencintai kesucian, akan membenci kenajisan, ketamakan, ketidakberesan yang merusak citra rohani kita. Ingat, jangan bergaul dengan mereka yang najis, yang tidak takut kepada Tuhan, yang menertawakan atau mempermainkan Tuhan atau mengejek nama Tuhan. Carilah mereka yang hidup suci, cinta Tuhan, hidup dalam kemurnian, dan jiwa yang jujur, maka engkau akan mendapat berkat besar. Kesucian mengandung zat kekekalan, yang murni, tidak berubah, karena kemurnian mempunyai sifat kekekalan di dalamnya, sehingga yang murni bertahan, tidak pernah luntur.

Satu kali saya bertanya kepada Dr. Andrew Gih, “Bagaimana bisa menjadi hamba Tuhan yang terus suci dan setia sampai mati tidak berubah? Saya takut.” Ia tanya saya, “Kamu takut apa?” “Saya takut jika sudah tua berubah jadi hamba Tuhan yang tidak setia lagi.” Lalu ia melihat saya, dengan muka serius berkata, “Jika kau adalah emas murni, kenapa takut api?” Jawaban itu singkat sekali, tetapi langsung menyadarkan saya: Yang penting bukan bagaimana menjaga agar saya jangan jatuh, salah, dan berdosa, tetapi terus periksa hatimu murni atau tidak. Yang penting bukan ada api atau tidak, aman atau tidak, tapi murni atau tidak. Biarlah kita berkata kepada diri, bagaimana saya mencapai kemurnian. Minta Tuhan ajar kita, agar kita boleh murni dan suci, sehingga bisa tahan uji, dibakar pun tetap emas. Kesucian diperoleh melalui latihan yang tidak habis-habisnya, kemurnian disaring berkali-kali. Alkitab berkata, “Firman-Mu suci adanya, seperti perak yang dibakar tujuh kali, menjadi perak murni dan bersih, demikian firman Tuhan bersih adanya.” Tuhan menguji kita sampai tujuh kali, sudah bersih, Tuhan mau melihat muka-Nya melalui kita. Ketika Tuhan melihat dan dari dalam diri kita terpancar kemuliaan Tuhan, Ia berkata, “Engkau telah sempurna dan genap. Kini Aku dapat melihat rupa-Ku di dalam hidupmu.” Tuhan mau kita menyatakan kesucian-Nya melalui hidup kita yang bersih, motivasi bersih dan murni, karena dalam kemurnian mengandung sifat kekekalan. Dikuduskanlah nama-Mu. Maukah engkau menguduskan Tuhan?

Jika kita berharap seluruh dunia bisa menguduskan nama Tuhan, kita sendiri harus menguduskan Tuhan terlebih dahulu. Kebangunan rohani selalu mulai dari diri sendiri. Jika aku sudah mencintai, melayani, dan bekerja berat untuk Tuhan, baru aku boleh berharap orang lain mencintai, melayani, dan bekerja berat untuk Tuhan. Hal yang paling diperlukan sekarang di seluruh dunia yaitu pemimpin yang mempunyai teladan. Baik politik, militer, pendidikan, masyarakat, dunia komersial, sekolah, gereja, agama, semua sama. Jika ada pemimpin yang menjadi teladan dan contoh yang baik, baru ia berhak menuntut orang lain seperti dia. Saya sebagai hamba Tuhan di gereja ini, saya harus bekerja lebih berat dari siapa pun di sini, agar saya dapat berkata, “Mari kita bekerja bagi Tuhan dan melayani Tuhan.” Jika saya sendiri tidak jadi contoh, hanya berkata dan memerintah orang lain bekerja bagi Tuhan, itu tidak benar. Orang berumur 70 tahun lebih seperti saya, sudah saatnya pensiun, tetapi saya mau bekerja lebih berat dan menjadi teladan, agar dapat membawa mereka yang saya pimpin belajar bagaimana melayani Tuhan.

Jangan kita egois, mementingkan diri sendiri, berpusat hidup pada kemauan dan rencana diri sendiri untuk keuntungan dan profit diri sendiri, menunjukkan jari kita untuk memerintah orang lain. Alkitab berkata, “Biarlah engkau menjadi teladan dan contoh bagi orang lain.” Maka ketika engkau berdoa, “Dikuduskanlah nama-Mu, Allah Bapa yang berada di sorga,” benarkah engkau ingin Allah Bapa dapat kehormatan di sorga melalui orang yang lain? Jika engkau ingin Bapa dikuduskan oleh seluruh dunia, kuduskanlah Bapamu dalam hidupmu terlebih dulu.

Ketika kita menguduskan Bapa di sorga, orang lain akan mengikut kita, karena kita dijadikan terang dan garam dunia. Terang bersinar keluar, berinisiatif, aktif, mengorbankan diri dan memberkati orang lain. Orang yang hidup suci dan membiarkan Tuhan diperkuduskan ialah orang yang rela berkorban, mengurangi diri, dan menjadi teladan berkorban. Harus kita pisahkan kesucian dan keduniawian. Yang keduniawian, berahi, seks, dan emosi yang tak beres, harus dibuang, lalu kita mencintai Tuhan, ingin yang suci, ingin sifat ilahi yang dipancarkan melalui Yesus kepada kita, yang kita tiru dan berbagian di dalamnya. Yesus sendiri berkata, “Aku datang untuk melayani, bukan untuk dilayani, dan Aku datang menyerahkan nyawa-Ku menjadi tebusan bagi orang banyak.” Yesus berkata, “Aku mengasingkan diri dan menguduskan diri bagi mereka.” Maka Yesus memberikan kekudusan untuk memuliakan nama Allah di sorga. Kita menguduskan diri, akibatnya Allah dikuduskan. Di dalam Alkitab, Yesus berkata, “Biarlah kelakuanmu yang baik dilihat semua orang, agar Bapamu di sorga dimuliakan oleh orang kafir.” Orang non-Kristen mungkin mempermalukan nama Tuhan, atau memuliakan nama Tuhan, tergantung bagaimana kita menjadi wakil representatif dari Tuhan. Jangan lupa kita dilihat dan ditonton dunia dan bagaimana kita mempertunjukkan diri kita akan memengaruhi bagaimana mereka menghadapi Tuhan. Jika kita mempermalukan Tuhan, orang sekitar akan mengejek kekristenan, Allah, gereja, dan Alkitab. Tetapi jika hidup kita memuliakan Tuhan, mereka berkata, “Betapa indahnya, mulianya, dan baiknya menjadi orang Kristen seperti ini. Aku ingin juga menjadi Kristen.”

Jika orang Kristen menyatakan cinta sesama dari hati yang murni, tidak mungkin Tuhan membuang dia. Meski mungkin kita dianiaya, tetapi saat orang menganiaya engkau, ada orang lain yang melihat engkau dianiaya dan hati nuraninya berkata: “Inilah orang benar.” Kita hidup di dunia yang berperang untuk kebenaran, bersaksi bagi Tuhan, dan bukan hidup untuk diri sendiri. Muliakanlah dan kuduskan nama Tuhan dari hidupmu, baru engkau berhak berkata kepada Tuhan, “Saya berharap nama-Mu dikuduskan di bumi ini, dimuliakan oleh orang non-Kristen.”
Musa ialah hamba Tuhan yang setia melayani Tuhan, dari umur 80-120 tahun dipanggil Tuhan, 40 tahun menjadi pemimpin Israel, mengeluarkan mereka dari Mesir, dari perbudakan Firaun menjadi orang merdeka. Tetapi setelah orang Israel keluar dari Mesir, mereka hidup tidak lebih enak dari saat berada di Mesir, karena di padang belantara makanan dan air tidak cukup. Mereka selalu bersungut-sungut. Saat mereka berada di Rafidim, rakyat bersungut-sungut, “Kita tidak ada air, haus, mau mati.” Lalu Musa datang pada Tuhan, “Tuhan, umat-Mu bersungut-sungut kekurangan air. Apa yang harus kuperbuat untuk menolong mereka?” Di situ ada batu karang, Tuhan perintahkan Musa memakai tongkatnya memukul dengan keras dan sumber air keluar dari batu. Israel mendapat air, semua tidak haus lagi, minum dengan cukup. Bertahun-tahun kemudian, terjadi lagi, mereka kekurangan air. Dan bersungut-sungut lagi, marah kepada Musa. Saat itu Musa tahu, Israel terus bersungut-sungut, ia ambil tongkat pukul bukit batu lagi, batu dipukul air keluar lagi, mereka boleh minum. Tapi kali ini Musa salah, karena pertama kali Tuhan yang memerintahkan, “Pukullah batu itu.” Tapi kali kedua Tuhan tidak suruh. Mengapa Tuhan tidak suruh? Karena batu itu hanya boleh dipukul satu kali, tidak boleh dua kali. Karena batu karang itu melambangkan Yesus, hanya boleh mati satu kali saja. Musa terlalu sombong mengandalkan pengalamannya. Saat Musa pukul kedua kalinya, Tuhan marah kepadanya. “Mengapa kaupukul batu kedua kali padahal Aku tidak perintahkanmu? Aku tidak suruh engkau memukul batu.” Musa tidak bisa jawab. Maka Tuhan berkata, “Engkau tidak menguduskan nama-Ku di hadapan bani Israel, umat-Ku. Maka Aku menghukum engkau.”

Kita belajar “dikuduskanlah nama-Mu” dan kita berharap semua menguduskan nama Tuhan, tetapi kita menjadi pemimpin tidak menguduskan nama Tuhan. Tuhan akan menghukum kita sebagai pemimpin. Hukuman untuk Musa berat luar biasa. Musa tidak boleh masuk Kanaan. Musa tidak berani membantah Tuhan, hanya menerima hukuman Tuhan. Tuhan berkata, “Musa, Aku menghukum engkau jalan kaki naik ke Gunung Nebo. Kau akan mati di gunung, tidak akan turun lagi. Sampai di gunung, engkau bisa melihat tanah yang subur, indah, tanah perjanjian, penuh susu dan madu, tanah yang Kuberikan kepada Israel.” Sampai ia mati tidak ada kesempatan masuk Kanaan. Sampai 1.500 tahun kemudian, saat Yesus berada di gunung, Musa dan Elia muncul. Yesus menyatakan kemuliaan-Nya di depan Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Saat itu Musa baru masuk ke Kanaan. Seribu lima ratus tahun ia mati, tidak boleh masuk tanah perjanjian. Tuhan itu suci adanya.

Mari kita mencintai dan menghormati Tuhan; dan setiap hari ingat menguduskan nama Tuhan. Setelah kita menguduskan nama Tuhan, baru berdoa, “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.” Biarlah seluruh dunia menguduskan nama Tuhan, dimulai dari saya. Amin.

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/doa-bapa-kami-bagian-2-dikuduskanlah-nama-mu#hal-1