Love dadSebagai seorang remaja, aku bekerja di sebuah restoran di bagian Selatan California. Walaupun malam-malam di California biasanya hangat, pada malam di bulan Februari ini angin berhembus cukup kencang melalui pintu depan.

Sekitar pukul sembilan malam, segalanya terasa berjalan lambat dan aku mulai merasa kasihan pada diriku sendiri. Kau lihat, semua temanku pergi menonton film untuk merayakan hari kasih sayang, tetapi aku harus bekerja sampai restoran ini tutup.

Aku tidak begitu memperhatikan seorang pria yang baru saja memasuki restorant. Beberapa lembar daun terbang mengikutinya masuk. Suara angin meratap langsung berhenti terdengar begitu pintu menutup dengan sendirinya.

Aku menyibukkan diri dengan membuat lebih banyak kopi. Tiba-tiba pemilik restoran menyambar lenganku. ”Ini sangat aneh,” ia berbisik, ”ada seorang pria di ujung sana yang berkata ia tidak akan makan di sini jika bukan kau yang melayaninya.”

Aku menelan air liur. ”Apakah ia orang aneh?”
”Lihat saja sendiri,” katanya.

Kami dengan hati-hati mengintip pria misterius itu lewat pohon hiasan. Dengan pelan pria itu menurunkan menunya, menampakkan rambutnya yang tebal dan putih, matanya yang biru keabuan, dan senyum yang lebar di atas janggut putihnya. Ia mengangkat tangannya dan melambai.

”Itu bukanlah orang aneh!” kataku. ”Itu ayahku!”
”Maksudmu ia datang untuk melihatmu di tempat kerja?” Pemilik restoran terheran-heran. ”Bila kau ingin aku jujur, aku merasa ia agak aneh.”

Aku tidak berpendapat demikian. Aku merasa ayahku sangat rapi. Tetapi aku tidak membiarkan ayah tahu tentang pendapat pemilik restoran itu. Kasihan Ayah! Aku bersikap sangat tidak masa bodoh, mengatakan dengan cepat menu sup hari itu dan mencatat pesanannya sebelum seorangpun melihat ia meremas siku tanganku dan berkata, ”Terima kasih, sayang.”

Tetapi aku ingin kau tahu – aku tidak pernah melupakan malam itu. Kehadirannya di sana mewakili ribuan hal bagiku. Waktu ayah dengan diam-diam memperhatikanku membersihkan meja dan menuangkan kembali cangkir kopi yang kosong, aku dapat mendengar suaranya yang tak terucap memantul didinding :”Ayah disini. Ayah ingin mendukungmu. Ayah bangga padamu. Kau melakukan pekerjaan yang hebat. Pertahankan kerja kerasmu. Kau adalah gadisku. Ayah menyayangimu.”

Itu adalah hari kasih sayang yang terhebat dan terindah yang ku terima tahun itu.

Sumber : https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000002378790/982998299829wonderful-stories982998299829/113