God and ManBerfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1 : 26-28).

Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! (Mazmur 8 :4-10)

Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya.” Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya. Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. (Ibrani 2 :5-9)

Ketika saya merenungkan lebih dalam lagi, saya menyadari bahwa tema yang kita pelajari ini sedemikian besar. Memang saya biasa memikirkan tema-tema yang besar, mendasar, dan begitu luas, sehingga seringkali apa yang saya khotbahkan tidak langsung menyentuh secara langsung hal-hal yang praktis dalam kehidupan kita. Tetapi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, selalu terbelenggu di dalam konsep-konsep yang sangat mengikat kita, yang hanya berdasarkan egoisme dan pragmatismenya saja. Tetapi saya ingin mengajak Saudara untuk menelusuri setiap problema sampai kepada suatu kerangka pikiran yang ditetapkan oleh Tuhan bagi manusia. Itulah kehendak Tuhan!

Kehendak Tuhan, bukan agar kita menjadi orang yang egois, yang hanya mementingkan hal-hal yang sepele saja, tetapi agar kita melihat secara luas, tepat dan secara global sehingga kita mengetahui apa yang harus kita lakukan di dalam keinginan menjalankan kehendak Tuhan.

Kita telah membicarakan, mungkinkah kita mengenal kehendak Tuhan yang sedemikian besar dengan pikiran kita yang terbatas dan sudah tercemar oleh dosa? Kita tidak menyetujui adanya orang-orang yang dengan mudah dan semaunya mengatakan tentang kehendak Allah, tetapi juga menolak Skeptiksisme dan Agnostisisme, yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal Tuhan.

Menjadi orang Kristen berarti :

  1. Menjadi orang yang mengetahui kehendak Tuhan melalui Kristus. Melalui Roh Kudus yang telah memberikan kepenuhan kepada Kristus, yang memungkinkan Dia hidup secara wajar dan menjadi teladan bagi kita, sehingga kita bisa berjalan di belakang Kristus;
  2. Menerima kembali apa yang sudah terhilang di dalam Adam, yang kita dapatkan kembali di dalam Kristus;
  3. Kita menjadi orang-orang yang berhak mengetahui isi hati Tuhan dan berjalan di dalam kehendak Tuhan;
  4. Menjadi manusia yang mengetahui di mana posisinya di dalam alam semesta yang dicipta oleh Tuhan.

Hal-hal yang sedemikian ini besar dan agung. Akan tetapi, begitu banyak orang Kristen yang belum pernah sungguh-sungguh mengerti apa artinya menjadi orang Kristen. Akibatnya, interpretasi Kekristenan sedemikian simpang siur, sehingga banyak orang Kristen yang sudah sekian lama menjadi Kristen, makin lama makin kacau dan makin lama jauh dari kehendak Tuhan.

I. Posisi Vertikal Manusia dan Kehendak Allah.

Kini kita akan memikirkan suatu kerangka yang sangat penting. Ketika Allah menciptakan manusia, di manakah Ia ingin meletakkan manusia? Di manakah identitas, harkat dan posisi manusia di tengah alam semesta ini? Jika kita tidak mengetahui hal-hal ini, bagaimana mungkin kita ingin dan mungkin mengetahui kehendak Allah? Siapakah saya? Di manakah saya?

Saya sering mengatakan bahwa abad XX adalah abad yang bodoh, karena kita mau dijadikan tempat praktek ideologi-ideologi yang salah dari abad ke 19.  Abad ke-20 telah menghabiskan berpuluh-puluh tahun baru membuktikan bahwa ideologi-ideologi abad ke-19 itu salah sama sekali. Kini, ilmu filsafat mengakui tentang satu hal dan terpaksa harus mengakuinya di dalam banyak tesis-tesis yang besar, yaitu bahwa manusia belum mengetahui secara tepat identitasnya sendiri. Apa artinya manusia berada di tengah alam semesta yang sedemikian besar? Ke mana arah tujuan manusia? Ternyata manusia tidak tahu jawabannya.

Komunisme merupakan salah satu ideologi yang paling memberanikan diri menetapkan arah sejarah. Bahkan mereka dengan berani meramalkan langkah-langkah yang akan terjadi dalam sejarah. Lebih berani dan lebih memastikan diri dari ideologi-ideologi lainnya dalam sejarah. Tetapi sejarah membuktikan bahwa komunisme adalah “nabi palsu”. Saya meminta Saudara untuk kembali kepada rencana Allah yang kekal, rencana Allah yang semula, yang telah ditetapkan oleh Allah bagi manusia. Manusia diciptakan di mana dan dalam posisi yang bagaimana? Alkitab berkata bahwa Allah menciptakan manusia menurut peta dan teladan Allah sendiri, dan menginginkan manusia menjadi penguasa alam semesta.

Terkadang pada malam hari kita direpotkan oleh seekor nyamuk, dan kita tidak tahu bagaimana menguasainya. Pada saat demikian, kita yang sadar bahwa kita sudah belajar sedemikian tinggi, yang begitu besar, ternyata tidak dapat menguasai seekor nyamuk. Pasti ada sesuatu yang salah. Manusia seharusnya menjadi penguasa alam semesta, ini yang Alkitab katakan. Adam menjadi “jendral berbintang lima” dan komandan semua “angkatan”, karena ia berkuasa atas binatang-binatang di udara, di darat, dan di laut. Manusia seharusnya mempunyai kedudukan yang menguasai alam. Ini posisi kita!

Dari Teologi Reformed yang menelusuri hal ini, kita akan melihat tiga hal, yaitu, manusia dicipta sebagai (1) nabi; (2) imam; dan (3) raja. Ketiga hal ini terkumpul dalam satu pribadi yang sungguh-sungguh sukses di dalam menggenapinya yaitu, Yesus Kristus. Seperti yang telah kita lihat dalam Ibrani 2, semua manusia tidak sukses. Hanya Yesus yang pernah menaklukkan segala sesuatu dan sudah menjalankan kehendak Tuhan dengan sempurna.

Di manakah posisi manusia? Allah menciptakan manusia hampir sama seperti Allah, sedikit lebih rendah dari malaikat tetapi menguasai alam semesta. Ini penting sekali. Pernyataan ini memberikan suatu urutan yang sedemikian jelas, dan ini menjadi kerangka berpikir bagi setiap orang Kristen, yang menjadikan ia dapat berdiri tegak di tengah alam semesta ini. Peribahasa Tionghoa mengatakan: “Berdiri menginjak bumi, tegak menopang langit.”  Sehingga di tengah sorga dan bumi, kita dapat berdiri tegak disertai dengan identitas yang beres.

Di manakah posisi kita? Alkitab menyatakan bahwa manusia lebih rendah dari Allah dan lebih tinggi dari alam. Manusia di bawah Allah dan di atas alam. Dari bahasa Indonesia kita beroleh satu pengertian yang menunjukkan bahwa ketika kita menyebut kata “Allah”, mulut kita terbuka, dan ketika menyebut kata “alam”, mulut tertutup. Ketika kita melihat Allah, kita akan melihat sistem terbuka (open system), dan ketika melihat alam, kita akan melihat sistem tertutup (close system).

Close dan Open system ini sangat penting dalam penyelidikan tentang metodologi manusia untuk mengerti tentang alam semesta. [Metodologi merupakan prosedur-prosedur yang digunakan dalam sebuah disiplin yang dengannya suatu pengetahuan diperoleh. Dari zaman Euclid sampai zaman Sir Isaac Newton, manusia di dalam penyelidikan ilmiah selalu terperangkap oleh konsep close sistem ini. Padahal orang Krsiten telah menyodorkan open system.

Sistem tertutup adalah satu konsep yang beranggapan bahwa alam semesta tanpa unsur dari luar, sanggup dan cukup untuk menjelaskan segala rahasia yang ada di dalam alam semesta itu sendiri. Untuk mendapatkan segala jawaban tentang alam semesta, cukup dengan menyelidiki alam. Ini merupakan cikal-bakal dari scientism dan positivism yang pada akhirnya mengalami gang buntu di kalangan intelektual yang menganggap diri pintar.

Sebaliknya, open system memegang prinsip bahwa harus ada sumber di luar alam semesta yang akan menjelaskan dan memungkinkan keberadaan alam semesta itu. Kalimat pertama dari Pengakuan Iman Rasuli: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, yang menciptakan langit dan bumi,”  telah menyodorkan satu open system bahwa manusia percaya ada satu jalan terbuka kepada dunia yang tidak kelihatan, dan dunia yang tidak kelihatan itulah yang mengontrol segala sesuatu ini.

Iman Kristen bukan suatu takhayul atau semacam iman kepercayaan yang superstiti (yang mengambang, yang palsu) atau sistem keagamaan yang karena tidak bisa menjawab segala sesuatu kemudian berlari kepada “keyakinan-kepercayaan”. Iman Kristen justru memberikan satu logika yang paling kuat, bahkan melebihi keterbatasan dari logika itu sendiri, karena Allah yang mencipta, memberikan wahyu kepada kita untuk mengerti apakah arti hidup manusia.

Posisi manusia di bawah Allah dan di atas alam ini jangan di putar (atau di balik)! Jika kita mempunyai arloji, di manakah tempatnya? Bisakah arloji diletakkan di leher, atau di kaki, atau di tangan kanan? Tentu bisa, tetapi ia tidak pada tempat yang seharusnya. Jika diletakkan di tangan kanan, ia akan selalu mengganggu pada waktu menulis, dan kita akan kesulitan untuk memutar tombolnya. Ini karena rancangannya demikian. Arloji memang dirancang untuk dipasang di tangan kiri, bukan di tangan kanan. Maka tempat terbaik bagi arloji adalah tempat yang sesuai dengan rancangannya.

Manusia pun akan mencapai tempat terbaik jika kembali menurut tempat yang sesuai dengan designnya (rancangannya). Pada waktu manusia kembali kepada tempat yang ditetapkan menurut rencana Allah yang asli, baru manusia itu dapat berfungsi dengan sungguh-sungguh. Manusia hidup penuh kesusahan dan ketidak-puasan, karena manusia tidak mau menerima posisi asli yang Tuhan tetapkan.

Mungkin kita akan mengatakan: “Sulit bagi saya untuk mengetahui di mana posisi asli bagi saya?”  Orang yang bakatnya komputer, jika ia menjadi bankir, akan bangkrut; demikian juga ketika bankir mau menjadi filsuf, sampai pusing pun ia tidak akan memperoleh apa-apa. Tetapi kita tidak membicarakan hal ini secara mendetail, tetapi kita melihat secara keseluruhan yaitu: di manakah posisi manusia itu?

 Bersambung…

 

Sumber : Buku Stephen Tong, Judul Mengetahui Kehendak Allah. Penerbit Momentum. (Halaman 39 s.d 45).

 

Artikel Terkait :