PendetaPERKATAAN 6 :

“Sudah genap!”

—————————————–

Bacaan : Yohanes 19:29-30

Tidak ada perkataan yang lebih mengerikan dalam hidup seseorang daripada perkataan Kristus yang ke-empat di atas kayu salib: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Teriakan yang menakutkan ini menunjukkan sengsara neraka yang diterima Yesus Kristus. Pada waktu Anda mengalami hidup yang paling susah, dibuang oleh manusia, mengalami kepedihan yang terbesar, mungkin Anda akan berkata: “Di manakah Engkau ya Allah? Mengapa penyertaan-Mu menjadi kabur? Mengapa mata rohaniku menjadi samar? Mengapa aku tidak bisa melihat engkau ada di sini?” Tetapi ada perbedaan yang terlalu besar jika perkataan itu dibandingkan dengan perkataan Kristus yang ke-empat. Kristus adalah Anak Allah, Oknum yang kekal Pencipta langit dan bumi.

Pada waktu berada di atas kayu salib, Dia mempunyai status yang lain yaitu status mengganti Anda dan saya. Dia berada di atas kayu salib sebagai manusia tak berdosa dijadikan berdosa, “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.” (Roma 8:3). Terjemahan lain berbunyi: “Karena tubuh kita ini lemah adanya, sehingga Taurat tidak bisa menggenapkan sesuatu. Itulah sebabnya Allah mengutus Anak-Nya sendiri menjadi daging, supaya boleh dijatuhi hukuman mati di dalam daging-Nya.”

Kristus menanggung dosa Anda dan saya di dalam daging-Nya dan di atas kayu salib. Ia mengganti status orang berdosa. Orang yang dijadikan berdosa adalah Anak Allah yang tidak bercacat cela dan Yesus harus berteriak mengerikan. Kristus sendiri ditinggalkan Allah. Jika Kristus tidak pernah sementara ditinggalkan oleh Allah, kita tidak mungkin diterima oleh Allah di dalam kekekalan. Jikalau Kristus belum pernah mengalami kematian sampai hukuman neraka yang paling hebat, kita tidak mungkin mengalami kebahagiaan dan keindahan hidup di dalam sorga sampai selama-lamanya. Puji Tuhan karena Kristus sudah melewati hal itu dan sudah mengalami pengalaman yang paling pahit. Kristus sudah mengalami kematian yang begitu dahsyat dan ditinggalkan oleh Allah. Sesudah mengalami puncak dari kepahitan itu, Yesus mengetahui bahwa Dia sudah menggenapkan apa yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Dia adalah satu-satunya Oknum yang menggenapkan apa yang ditulis dalam Taurat, Mazmur dan kitab para nabi.

Perjanjian Lama dibagi dalam tiga kategori yang besar, yaitu: kitab Taurat, Mazmur dan kitab para nabi,. Ketiganya merupakan wakil dari seluruh Perjanjian Lama yang menjadi persiapan bagi kedatangan Mesias ke dalam dunia. Semua persiapan selama ribuan tahun ini sudah tergenapi dalam satu hari. Semua persiapan dan nubuat dari berbagai nabi-nabi telah digenapkan oleh satu Orang yaitu Yesus Kristus. Yesus mengatakan: “Aku haus!” Waktu mengatakan hal itu, tidak berarti bahwa Yesus meminta pertolongan dari manusia. Itu adalah saat terakhir Dia harus meninggalkan dunia. Jika dalam beberapa menit lagi Yesus Kristus harus meninggalkan dunia, apakah Ia masih memerlukan air minum? Untuk apa? Di dalam saat-saat dan detik-detik terakhir kematian Kristus, apakah artinya air yang menghentikan dahaga? Kristus tidak meminta pertolongan manusia dan sebenarnya tidak ada seorang pun yang berhak atau memiliki kesanggupan untuk menolong Kristus. Segala sesuatu yang bisa kita berikan bagi Tuhan bukan berasal dari diri kita sendiri tetapi berasal dari Tuhan Allah sendiri.

Tuhan yang mengatakan: “Aku haus!” adalah Tuhan Sumber Air Hidup. Tuhan yang mengatakan: “Aku haus!” adalah Tuhan yang bertakhta dari kekal sampai kekal. Dari takhta Allah dan Anak Domba yang tersembelih itu keluar satu sumber air hidup yang menghentikan kehausan siapa pun yang datang dan menerima hidup baru daripada-Nya (Wahyu 22:1). Karena Tuhan sudah pernah haus, maka kita yang percaya kepada-Nya tidak akan pernah kehausan lagi (Yohanes 6:35). Karena Dia pernah haus, maka dalam kekekalan kita tidak membutuhkan hal-hal lain lagi di luar Kristus. Seperti raja Daud yang mengatakan bahwa faedah atau keuntungan baginya tidak berada di luar Tuhan Allah, dan hanya di dalam Dia saja jiwanya memperoleh kepuasan (Mazmur 107:4-9), demikian pula setiap orang percaya dapat mengatakan hal yang sama.

Perkataan Yesus Kristus: “Aku haus!” bukanlah satu permintaan atau doa atau kebutuhan yang dinyatakan, baik kepada Allah atau pun kepada manusia. Tetapi satu ekspresi kesengsaraan yang sesungguhnya ditanggung oleh Dia yang mempunyai tubuh jasmaniah. Tubuh jasmaniah-Nya mengalami kesulitan yang begitu besar. Dia bukan hanya Allah yang berada di sorga yang mahatinggi, tetapi Dia juga adalah Allah yang berpartisipasi di dalam kesengsaraan manusia. Itu sebabnya, pada waktu kita mengalirkan air mata, Dia mengerti; waktu kita mengeluh, Ia tahu; waktu kita haus, Dia pernah mengalami kehausan lebih dari kita; waktu kita lapar, Kristus pernah tidak makan selama empat puluh hari. Segala sesuatu yang pernah dialami tubuh Anda yang menantikan kesempurnaan penebusan pernah dialami oleh Sang Penebus itu sendiri.

Orang yang tidak mengerti perkataan Kristrus mengira bahwa Ia memerlukan air. Lalu orang mencelupkan bunga karang ke dalam anggur asam dan dengan satu hisop, menghunjukkannya kepada Yesus supaya diminumnya. Alkitab mengatakan bahwa Kristus menerima minuman itu lalu mengatakan: “Genaplah! Istilah hisop yang dipergunakan dalam Kitab Suci bahasa asli, hampir memliki persamaan dengan istilah tombak. Jadi mungkin sekali bukan hisop yang dipergunakan tetapi tombak. Tombak itu dijulurkan kepada Yesus untuk membasahi bibir-Nya. Lalu, apakah arti anggur asam yang berada di situ? Sebelum Kristus dipaku, orang-orang sudah memberikan semacam minuman pembius untuk meringankan kesakitan yang mungkin akan diterima-Nya, tetapi minuman itu tidak diterima-Nya. Mengapa sekarang Kristus menerima anggur asam itu?

Pada waktu sebelum disalibkan, Kristus paling perlu akan minuman. Pada saat sebelumnya dari sejak peristiwa Getsemani sampai Golgota, sepanjang hari dari malam sampai siang hari berikutnya, Ia tidak minum apa-apa. Siapakah yang bisa tahan keadaan itu? Hanya Kristus yang pernah mempersiapkan diri dengan berpuasa selama empat puluh hari bagi pelayanan sebagai Mesias. Kristus mencintai kita sampai sedemikian rupa. Dalam seluruh perjalanan hidup-Nya untuk taat kepada Allah, Dia sudah mempersiapkan diri. Pada waktu akan disalibkan, kita dapat melihat dari dua sebab mengapa Kristus amat memerlukan minuman itu. Sebab pertama karena saat itu Dia terlalu haus dan sebab kedua karena mengalami sengsara yang terlalu besar. Orang yang disalibkan, harus mengalami pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya. Tidak pernah ada seorang pun boleh turun hidup-hidup dari salib. Orang yang disalibkan harus mati di atas kayu salib, maka setiap orang yang disalib mengalami pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya.

Ada dua alasan mengapa Kristus harus menolak minum anggur pembiusan. Alasan pertama, karena Dia tahu bahwa diri-Nya tidak boleh menderita sengsara dalam keadaan tidak sadar akan arti kesengsaraan dalam pengertian yanmg setuntas-tuntasnya. Oleh karena Dia harus mengalami penderitaan dan sengsara dengan keadaan setuntas-tuntasnya untuk mengganti Anda dan saya, maka Dia menolak minuman pembiusan. Tetapi beberapa jam setelah itu Dia mengatakan bahwa diri-Nya haus dan orang memberikan anggur asam kepada-Nya. Apakah sekarang Kristus meminumnya? Tidak. Terjemahan lain dari ayat tersebut mengatakan bahwa Kristus mencicipinya, lalu Ia mengatakan: “Genaplah”, lalu disambung pula dengan satu perkataan lagi: “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Lalu Ia mati.

Waktu orang memberi-Nya anggur asam, Yesus menerimanya dan mencicipinya tapi tidak diminumnya. Apakah arti tindakan Kristus? Yesus tidak menolak anggur asam yang diberikan kepada-Nya, karena jika ini ditolak-Nya maka Ia menjadi orang yang tidak mempunyai pengertian akan budi baik orang lain. Bagaimanapun, tentara yang memberikan anggur asam yang tidak enak kepada Kristus, sudah mempunyai itikad baik. Meskipun tentara itu tidak mengetahui apa-apa tentang Yesus dan tidak mengenal-Nya, tetapi dia sudah mempunyai satu perasaan tertentu karena pada saat kematian Kristus, seluruh langit ditudungi oleh satu kegelapan yang terbesar. Yang jauh lebih besar daripada gerhana matahari.

Satu tanda tanya tentang siapa Kreistus tentu muncul dari hati tentara itu. Ucapan Kristus lain dari pada yang lain, reaksi-Nya, semangat dan seluruh cara Kristus mati, berlainan dengan yang lain. Serdadu-serdadu Romawi ini mempunyai satu perasaan takut dan pada waktu Kristus mengatakan bahwa diri-Nya haus, mereka memberikan anggur asam kepada-Nya. Tindakan tentara ini didukung oleh satu motivasi yang baik dan ditunjukkan pada waktu paling gelap. Pada waktu keadaan paling gawat masih ada sebagian orang yang mempunyai hati nurani yang berfungsi walau sedikit. Yesus Kristus tidak perlu minum. Tetapi Dia juga tidak perlu menolak itikad baik dari orang lain. Maka minuman itu diterima-Nya. Penerimaan ini merupakan satu penghargaan Kristus kepada orang yang mempunyai hati nurani yang baik.

Tuhan Yesus belum pernah menghina segala perbuatan yang tidak berasal dari motivasi yang jahat. Tuhan Yesus tidak pernah menghina segala pelayanan terhadap Dia meskipun itu sedikit. Minuman dari tentara itu, tidak berarti apa-apa bagi Kristus. Dia adalah Raja segala raja, tetapi Dia tetap menghargai pemberian minuman tersebut. Jikalau Kristus berdoa bagi musuh-Nya, masakan Dia tidak menghargai orang yang mempunyai hati yang baik terhadap Dia? Kristus bukan saja menjadi Juruselamat, Dia juga adalah Guru bagi etika yang paling agung. Yesus Kristus bukan saja menjadi Anak Allah yang menebus dosa kita, tetapi Dia juga yang menjadi teladan hidup dan Filsuf kehidupan yang terbaik bagi manusia.

Tindakan dari serdadu yang memberikan minum kepada Klristus sudah ditetapkan oleh Roh Kudus untuk dicatat dal;am Alkitab, dan untuk diingat selama-lamanya oleh orang. Yesus tidak mengatakan apa-apa kepada serdadu setelah menerima anggur itu, tetapi Ia berteriak: “Tetelesthai! Genaplah!” Apa arti perkataan ini? Sesudah Dia menjalankan ketaatan dan menuju kepada kesengsaraan terakhir di Golgota, kita harus mengerti bahwa Golgota bukan titik akhir pelayanan Kristus, melainkan satu proses yang menuju kepada kebangkitan. Apa yang dianggap habis oleh manusia adalah satu permulaan dari tindakan Allah. Pada waktu manusia mengalami kesulitan yang terbesar, timbullah pengharapan yang baru. Pada waktu orang percaya sudah mengalami satu kepedihan yang paling tuntas, di situlah kemenangan hidup rohani tiba kepada orang itu.

Tuhan Allah berfirman: “Sebab rancangan-Ku, bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9). Bagi konsep manusia, setiap hari dimulai dari pagi, siang dan diakhiri dengan malam. Bagi Tuhan Allah, setiap hari dimulai dari malam dan diakhiri dengan siang. Konsep ini adalah filsafat dan pikiran dari Tuhan Allah sendiri. Cara manusia hidup dalam dunia adalah mulai dengan pagi diakhiri dengan malam yang gelap, tetapi cara Allah adalah kebalikannya. Kitab Kejadian menuliskan hal ini dengan kalimat, “…jadilah petang (malam) dan jadilah pagi, maka itulah hari pertama…dst.” Manusia memulai dengan bersukacita, diakhiri dengan berdukacita. Manusia berbuat dosa sebanyak-banyaknya, akhirnya di hukum di dalam neraka selama-lamanya. Cara Allah memulai adalah dari kegelapan malam, lalu diakhiri dengan terang siang. Kristus lahir di dunia pada malam yang gelap dan mati pada waktu siang. Barangsiapa yang mengerti cara Allah bekerja, orang itu akan mengerti perkataan Kristus yang ke-enam: “Genaplah!”

Jika Kristus tidak mengalami kesulitan dan malam yang paling gelap, maka tidak ada sinar cahaya yang bisa datang kepada-Nya. Jikalau Kristus tidak mengalami sengsara dan kematian, maka tidak ada kebangkitan yang datang kepada Dia. Jikalau Kristus tidak mengalami pengaliran darah dan penyerahan jiwa, maka tidak ada mahkota kemenangan atas kematian yang bisa diberikan kepada-Nya. Hanya jika Kristus sudah melewati itu semua, barulah Ia bisa berkata: “Tetelesthai!” Hanya sesudah Kristus berteriak “Eli, Eli, lama sabakhtani?”, barulah Ia bisa mengatakan: “Tetelesthai!” Setelah mengatakan “Genaplah!” tidak lama kemudian Yesus menundukkan kepala, menghembuskan nafas terakhir dan hari mulai senja. Pada waktu hari mulai senja, kemenangan mulai dinyatakan. Pada waktu kegelapan akan datang, Dia sudah bersedia menjelajah ke dalam kemenangan yang agung. Kristus berseru pada waktu matahari mulai turun. Dia berteriak pada waktu matahari mulai terbenam. Dia berteriak, “Tetelesthai!”

Pada waktu jam 9 di mana matahari mulai naik, Dia meminta pengampunan bagi manusia. Pada waktu jam 12, di mana matahari bersinar paling terik, Dia mengalami kegelapan yang terbesar dan berteriak: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Pada waktu jam 3 sore di mana matahari mulai turun, Dia mengatakan: “Genaplah!” Kemuliaan dan kemenangan Allah di dalam Kristus, bukan dinyatakan sesudah Kristus bangkit, tetapi sudah dinyatakan sebelum Kristus menghembuskan nafas yang terakhir. Jikalau Kristus mati di dalam kegagalan dan setelah itu baru ada cerita tentang kebangkitan, maka kita boleh ragu-ragu akan kebangkitan dalam Kristus. Tetapi kebangkitan orang percaya dalam Kristus merupakan satu hal yang pasti terjadi, karena sebelum mati Kristus sudah mengatakan: “Genaplah!” Ucapan ke-enam ini merupakan ucapan yang amat bermakna dan berharga.

Persis sebelum ucapan terakhir dan menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah, Kristus sudah melihat akan kemenangan-Nya. Pahlawan kita yang agung, berani dan berhasil, sudah melihat kemenangan-Nya di dalam kepedihan dan kebahayaan yang paling dahsyat. Jikalau kita membandingkan perkataan Kristus di atas kayu salib dengan perkataan semua orang yang paling agung di dunia pada segala zaman, maka kita akan menemukan perbedaan yang terlalu besar.

Kalimat terakhir dari Sun Yat Sen adalah: “Oh, kawan-kawan seperjuanganku, revolusi di Tiongkok belum selesai. Haruslah engkau terus berusaha.”, lalu dia mati. Sun Yat Sen tahu bahwa dia tidak pernah bisa menggenapi tugas yang ada padanya. Perkataan semacam ini terus kita dengar dari orang-orang paling besar dan paling agung. Perkataan terakhir dari Ludwig van Beethoven adalah: “Masakah aku hanya menulis beberapa not dan harus melepaskan tangan untuk bertemu kematian?” Siapakah orang yang paling agung? Siapakah orang yang sungguh-sungguh agung? Perkataan terakhir dari Sokrates adalah: “Aku masih belum menyelesaikan satu hal, aku masih berhutang satu ekor ayam.” Dia belum menyelesaikan pekerjaannya sendiri, dia belum mernyelesaikan hutangnya sendiri. Tetapi pada waktu Kristus mati di atas kayu salib, Dia tidak berhutang kepada orang lain, melainkan Dia membayar hutang semua orang yang berhutang kepada Allah. Perkataan terakhir dari Muhammad adalah: “Jangan kira aku bisa menyelamatkan kamu. Kamu harus beramal baik supaya kamu bisa diperkenan oleh Allah.” Bayangkan dan bandingkan. Bandingkanlah semua perkataan dari Hannibal, Mao Ze Dong, Stalin, Kennedy, Gengis Khan, Charlemagne, Napoleon, atau perkataan terakhir siapa pun, dengan perkataan terakhir dari Kristus. Kristus berkata: “Genaplah!”

Di dalam perkataan ke-enam tersimpanlah segala pengharapan yang ada pada orang Kristen yang beriman kepada Yesus Kristus. Ucapan “Tetelesthai!” bukan berarti sudah hancur atau habisnya sesuatu, tetapi satu teriakan kemenangan seperti yang diraih oleh seorang pelari yang mencapai garis akhir dan memenangkan perlombaan. Sepanjang jalan yang letih dan payah di dalam perlombaan yang penuh dengan keringat dan kecapaian di dalam seluruh urat, daging dan seluruh tubuh. Pada waktu melewati saat terakhir melewati batas akhir, berhentilah segala letih-lesu dengan perkataan: “Genaplah!” Inilah kalimat teragung yang pernah diucapkan oleh manusia di dalam seluruh sejarah. Kalimat ini diucapkan oleh Yesus Kristus, bunyinya: “Tetelesthai!” Di dalam perkataan ini, air mata Anda harus berhenti, beban Anda harus diletakkan, sikap hidup yang pesimis harus berubah menjadi penuh dengan pengharapan, karena Kristus mengatakan kalimat ini di atas kayu salib.

Lihatlah tiga relasi antara perkataan pertama, ke-empat dan ke-enam di atas salib. Perkataan pertama: “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Di sini kita melihat akan cinta kasih yang tidak ada bandingnya. Kalimat ke-empat: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” ini merupakan siksa yang tidak ada bandingnya. Kalimat ke-enam: “Genaplah!” merupakan kemenangan yang tidak ada bandingnya. Kasih yang tidak ada bandingnya, sengsara yang tidak ada bandingnya, dan akhirnya datanglah kemenangan yang tidak ada bandingnya.

Dari sudut yang lain, kita dapat mengerti akan perkataan pertama dalam arti kemurahan Allah yang luar biasa. Pada perkataan ke-empat, kita mengerti akan kemurkaan Allah yang luar biasa. Pada kalimat ke-enam, kita mengerti satu kuasa Allah yang luar biasa. Dalam kalimat pertama, Kristus menyatakan Allah sebagai Allah yang Mahamurah yang menyediakan pengampunan bagi manusia yang datang kepada Kristus. Di dalam kalimat yang ke-empat, Kristus menyatakan Allah sebagai Allah yang Mahaadil, sehingga Anak Tunggal-Nya sendiripun harus menerima hukuman pada waktu Ia dijadikan berdosa mengganti Anda dan saya. Pada kalimat ke-enam, Kristus menyatakan Allah sebagai Allah yang Mahakuasa.

Jikalau tidak berdasarkan kalimat ke-enam di atas salib, maka tidak ada pengumuman agung di dalam Amanat Agung Kristus dalam Matius 28:18 yang berbunyi: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Mengenal akan kasih, keadilan dan kuasa Allah adalah unsur pokok dalam Gereja yang memberitakan Injil dengan penuh kuasa ilahi.

Salib adalah tempat di mana kasih dan keadilan Allah bertemu, maka salib merupakan tempat di mana kuasa Allah dinyatakan. Salib adalah titik penerimaan dari murka Allah, maka salib menjadi titik permulaan untuk mengalirkan kasih Allah. Salib adalah titik permulaan di mana kesucian Allah untuk menghukum dosa dinyatakan, maka salib menjadi titik permulaan di mana Allah mengampuni orang berdosa dengan kuasa-Nya yang baru dan ajaib. Allah menciptakan alam semesta dan berhenti dari pekerjaan mencipta pada hari ke-enam. Kristus mengatakan perkataan ke-enam di atas salib: “Genaplah!” Penciptaan digenapkan pada hari ke-enam dan keselamatan dinyatakan dalam ucapan ke-enam di atas salib. Kesempurnaan kegenapan ini akan dinyatakan seluruhnya dalam kekekalan di dalam perkataan malaikat yang ke-tujuh (Wahyu 16:17).

Di antara penggenapan-penggenapan ini, ada penggenapan status dan ada penggenapan total. Ada penggenapan kualitatif dan ada penggenapan kuantitatif. Yang sudah dijanjikan, pasti akan digenapi oleh Kristus sendiri. Melalui Anak yang menggenapkan pekerjaan penciptaan, Bapa menciptakan segala sesuatu. Melalui Anak yang menggenapkan karya penebusan, Bapa menyelamatkan manusia. Anak Domba Allah terpuji dan mulia. Biarlah segala zaman tidak melupakan salib-Nya.

“Genaplah!” Kristus tidak perlu lagi mengulangi salib karena di dalam perkataan-Nya semua sudah selesai. Kristus tidak perlu lagi mengalirkan darah, tidak perlu lagi letih-lesu, tidak perlu lagi bilur-bilur, meneteskan keringat seperti darah, mahkota duri, salib dan penghukuman Allah. Karena di dalam kalimat ini semua itu sudah selesai. Inilah satu kemenangan yang total. Inilah akhir dari perjalanan panjang selama 33,5 tahun dalam dunia. Setiap detik Kristus bertahan, berjuang dan melawan pencobaan iblis sampai pada detik terakhir di atas kayu salib Ia berkata: “Tetelesthai!”

Waktu Kristus meneriakkan kalimat ini, Allah Bapa di dalam sorga boleh tersenyum dan melihat ketaatan yang tuntas dari Hamba-Nya yang mengganti dosa manusia. Semenjak Adam berontak kepada Allah, maka tak ada seorang pun di dalam dunia yang bisa memuaskan tuntutan Allah di dalam ketaatan. Semenjak Adam meninggalkan kehendak Allah, maka semua keturunan Adam hanya tahu memberontak, berzinah, berjudi, tidak setia kepada suami dan berbuat segala kejahatan serta dengan sewenang-wenang mempergunakan segala kebebasan yang sudah Tuhan berikan padahal kebebasan itu harus kita pertanggung-jawabkan secara pribadi dengan serius di dalam kekekalan.

Allah melihat dan mencari manusia yang taat kepada-Nya. Tidak ada seorang pun yang berbuat baik (Roma 3:11-12). Manusia berbuat baik dengan motivasi yang tidak murni dan egois. Allah mencari dengan standard-Nya yang paling suci. Adakah manusia yang sungguh-sungguh mencari dan mencintai Dia dengan setuntas-tuntasnya? Tidak ada. Satu-satunya orang yang dilahirkan dari perempuan yang menggenapi tuntutan Bapa di sorga adalah Dia yang mengatakan: “Tetelesthai!” Kristus taat sampai tuntas, sampai sempurna. Karena ketaatan Kristus, maka setiap orang yang mau datang kepada Kristus memiliki pengharapan hidup kekal.

Perkataan Kristus ke-enam ini mempunyai arti terlalu besar dan terlalu dalam. “Tetelesthai” memberikan pengharapan yang terbesar bagi Anda dan saya yang tadinya terjerumus di dalam kebinasaan serta menunggu hukuman yang terakhir dalam neraka yang kekal. Karena Kristus yang taat, maka barangsiapa yang menerima Kristus diterima oleh Allah. Mulai saat “Tetelesthai!” diucapkan dari mulut Yesus Kristus, maka saat itu juga siapa pun yang datang kepada Kristus boleh diterima oleh Allah dan tidak ada seorang pun yang ditolak. Puji Tuhan, bersyukurlah kepada-Nya, mulia bagi Kristus, Anak Domba yang tersembelih. Kristus hanya perlu satu kali mati dan tidak perlu Ia menjalani kehidupan sebagai manusia lagi.

Apakah pengaruh dari empat perkataan terakhir Kristus yang diteriakkan-Nya? Empat dari tujuh kalimat terakhir di atas salib diucapkan Kristus dengan teriakan keras dan terdengar bukan saja oleh orang-orang di bawah kayu salib. “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” dikatakan dengan teriakan yang keras. “Aku haus!” dikatakan dengan teriakan yang keras. “Genaplah!” dikatakan dengan teriakan yang keras. “Bapa, Aku menyerahkan Roh-Ku di dalam tangan-Mu!” juga dikatakan dengan teriakan yang keras. Apakah arti teriakan-teriakan yang begitu berlainan dengan tiga perkataan sebelum terjadinya kegelapan yang menudungi daerah itu?

Karena satu pernyataan Tuhan yang ajaib yang menyatakan bahwa kematian Kristus bukan terjadi karena Ia kalah oleh kematian. Kematian-Nya bukan karena harus meletakkan jiwa-Nya di dalam keadaan pasrah dan pasif, melainkan kematian yang berdasarkan kerelaan dan inisiatif. Kristus menyerahkan nyawa-Nya di dalam status kebebasan diri-Nya sendiri. Kristus berkata: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.” (Yohanes 10:17-18).

Orang yang belum mengenal Kristus berpikir bahwa kayu salib adalah kegagalan yang terbesar. Jika dibandingkan dengan pendiri-pendiri agama yang lain, Kristus kelihatan terlalu gagal. Confusius (Khong Hu Cu) mempunyai tiga ribu murid, tetapi Kristus mempunyai 12 murid inti, 70 murid dan 120 murid. Yesus mempunyai pengikut yang lebih sedikit dibandingkan Confusius. Di antara pengikut Confusius tidak ada seorang pun yang menjual dia, tetapi di antara murid Kristus yang paling inti ada seorang yang menjual-Nya karena menginginkan tiga puluh keping perak. Bahkan di antara murid-murid Kristus yang dicintai-Nya, ada satu orang yang menyangkali Dia sampai tiga kali, dan ada lagi murid-murid lain yang melarikan diri pada waktu Kristus disalibkan, kecuali Yohanes. Confusius dijunjung tinggi oleh para muridnya, tetapi Yesus dijual oleh murid-Nya. Confusius hidup tujuh puluh dua tahun. Buddha hidup delapan puluh tahun. Musa hidup seratus dua puluh tahun. Muhammad hidup enam puluh dua tahun. Semua pendiri-pendiri agama meninggal pada usia yang normal dan alamiah. Hanya Kristus satu-satunya pendiri agama yang mati dibunuh dengan kekejaman yang tidak terbandingkan. Bagaimana kita bisa percaya bahwa Kristus itu sukses? Tetapi, apakah Kristus gagal?

Sebelum Buddha, Confusius, Muhammad dan Musa meninggal dunia, mereka masing-masing mempunyai waktu yang cukup panjang untuk mengajarkan doktrin mereka dan mempengaruhi masyarakat. Mereka mempunyai waktu puluhan tahun panjangnya, tetapi Kristus hanya mempunyai waktu tiga setengah tahun. Pada waktu Yesus di paku di atas kayu salib, Ia belum pernah mendirikan sekolah Kristen walaupun hanya sebuah. Dia belum pernah menulis otobiografi, belum pernah mengumpulkan data-data bagi murid-murid-Nya mengabarkan Injil. Kristus belum pernah mendirikan partai politik. Dilihat dari sudut pandang manusia pada umumnya, Kristuis tidak membangun satu perbuatan jasa yang besar. Dia terlihat gagal total, hidup dalam ancaman besar, minoritas, hidup tersendiri, tidak menikah, tidak mempunyai pengikut yang sungguh-sungguh banyak dan tidak memiliki jasa ataupun karir yang mempunyai pengaruh yang besar, berusia pendek dan akhirnya mati dalam keadaan paling pedih. Pendiri-pendiri agama dan semua poilitikus-polkitikus yang paling besar dalam dunia, berbeda dengan Yesus Kristus.

Yesus berteriak: “Tetelesthai!” Suara ini terdengar menerobos ke dalam dunia-dunia yang lain selain kepada orang yang ada di bawah kayu salib, yaitu: (1) Dunia malaikat; (2) Dunia manusia dalam segala zaman; (3) Dunia dalam alam maut.

1. Dunia Malaikat

Apakah yang didengar oleh para malaikat? Satu pengumuman kemenangan yang sudah lama ditunggu. Waktu malaikat melihat Kristus turun ke dalam dunia, mereka tidak mengerti hal itu. Kristus adalah Raja dari segala malaikat, mengapa Dia mau turun ke dalam dunia? Mengapa Raja mau turun ke dalam palungan binatang? Ada apa di sana? Sesudah Kristus turun ke dalam dunia, tidak ada satu langkah pun di dalam peristiwa-peristiwa di dalam sejarah di mana Kristus taat kepada Bapa-Nya, yang tidak diperhatikan oleh malaikat-malaikat.

Malaikat-malaikat memperhatikan saat kelahiran-Nya, saat dicobai, saat di Getsemani, saat di kayu salib, waktu dikubur, waktu bangkit, waktu naik ke sorga, dan setiap saat Injil Kristrus dikabarkan. Waktu kita mengabarkan berita Kristus dan salib-Nya dan ada orang yang bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat setelah mendengarkan Injil, maka malaikat-malaikat di sorga bersukacita karena orang itu (Lukas 15:10). Bukankah mereka semua (malaikat-malaikat) adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan? (Ibrani 1:14). Malaikat melihat, terheran dan tidak mengerti. Pada waktu Kristus berteriak: “Tetelesthai!” maka keheranan mereka terjawab, kesuksesan yang dinanti-nanti sudah datang. Keheranan yang terbesar dari dunia malaikat sudah memperoleh jawaban. Yang ditunggu-tunggu oleh para malaikat adalah kemenangan dan proklamasi yang heran dan terbesar dari Kristus.

2. Dunia manusia dalam segala zaman

Perkataan Kristus ini juga adalah satu proklamasi yang paling memberikan sukacita bagi dunia manusia. Puji Tuhan. Mulai dari hari Kristus berkata: “Tetelesthai!” dunia tidak perlu takut kepada iblis. Kita mempunyai satu jaminan, seperti yang dikatakan oleh syair sebuah lagu:

Di kaki salib Yesus, aku aman berteduh
Naungan kukuh dan kekal, lindungan yang teguh
Di kaki Yesus Kristus, tempat istirahat yang tenang
Bagiku yang penat, ku terima damai yang penuh
Dan lenyaplah beban yang berat
Di bawah kaki Yesus Kristus
Air mataku dihapus, bebanku ditanggung
Di bawah kaki Yesus Kristus
Pengharapanku dijernihkan
Dan pandanganku diarahkan ke dalam sorga yang kekal

Mulai hari itu, pengharapan menjadi penuh. Arah hidup jelas menuju kepada kekekalan dan menikmati kemuliaan Tuhan selama-lamanya. Tidak ada satu zaman pun di mana manusia di dalam Kristus bisa menjadi putus asa. Meskipun zaman itu gelap, penuh dengan penganiayaan, ataupun kesusahan, namun jika manusia kembali ke bawah kaki salib, sukacita terbesar diberikan.

3. Dunia dalam alam maut

“Tetelesthai!” menembusi dunia kegelapan alam maut dan menggoncangkan dasar neraka. Kuasa kegelapan dan kuasa neraka harus berhenti pada waktu Yesus Kristus mengatakan ucapan ke-enam. Bukankah penguasa langit atau penguasa maut yaitu iblis pernah dengan segala kegiatan mencoba untuk merusakkan hidup Yesus di dalam dunia dengan pencobaan yang terus menerus tanpa henti? Tetapi setan dan segala pesuruhnya gagal terus-menerus. Lalu mereka membongkar segala kebencian dan serangan yang paling sengit yaitu dengan berikhtiar membunuh Yesus Kristus. Kegelapan yang diizinkan oleh Allah untuk menudungi Yesus juga datang dari iblis. Tetapi segala usaha dan kegiatan dari kuasa gelap, akhirnya berhenti dengan gentar pada waktu mendengar perkataan “Tetelesthai!” diucapkan oleh Tuhan Yesus. Dunia malaikat mengalami keheranan yang terbesar, dunia manusia di segala zaman mengalami sukacita yang terbesar, dunia neraka mengalami gomncangan yang terbesar. Inilah Kristus yang mencintai Anda dan mencintai saya.

Waktu Yesus Kristus mengatakan “Tetelesthai!”, apakah yang Dia katakan kepada Bapa yang mengutus-Nya datang ke dalam dunia? Waktu Kristus datang ke dalam dunia, ada satu status yang tidak ditulis dalam ke-empat Injil tetapi ditulis seribu tahun sebelumnya oleh Daud dalam Mazmur 40:8-9. Kalimat tersebut juga dikutip oleh penulis surat Ibrani dalam Ibrani 10:7-8. Kalimat tersebut berbunyi: “Ya, Allah-Ku, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Pada umur dua belas tahun, Kristus mengatakan: “Tidak tahukah kamu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Terjemahan lain: “Bukankah Aku harus menaruh di dalam hati-Ku satu niat yang mengerjakan pekerjaan Bapa yang mengurus Aku?” (Lukas 2:49). Waktu bertemu perempuan Samaria di pinggir perigi, Yesus berkata pula: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34). Kristus berdebat dengan orang-orang Yahudi dan mengatakan: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” (Yohanes 5:17). Di dalam Yohanes 17:4, Kristus berkata: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.”

Hanya satu-satunya Orang yaitu Yesus Kristus yang dari lahir-Nya, masa remaja, masa permulaan mengerjakan pekerjaan Mesias, sampai mati di atas kayu salib, tidak putus-putus untuk taat kepada Bapa. Sekarang Ia berkata kepada Bapa: “Tetelesthai!”, semua pekerjaan yang Bapa serahkan kepada-Nya sudah diselesaikan-Nya. Kalimat ini tidak akan pernah diucapkan oleh mulut kedua selain Kristus. Kalimat ini tidak mungkin diucapkan oleh yang lain, baik sebelum Kristus maupun sesudah Kristus. Tidak ada satu manusia pun yang sungguh-sungguh bisa menempati posisi seperti Kristus. Kristus sudah taat kepada Bapa.

Murka Allah sudah berhenti di atas diri Kristus waktu Dia berkata: “Tetelesthai!” Murka Bapa tidak lagi turun kepada anak-anak manusia yang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat karena Kristus sudah taat. Kristus sudah menggenapi segala rencana Allah. Murka Allah sudah diterima dan dihentikan oleh Kristus. Penebusan hutang dosa sudah dikerjakan oleh Kristus. Manusia akan terus menuju kepada neraka, tetapi Kristus telah menghentikan jalan menuju kebinasaan itu dengan mengorbankan diri. Semua yang dinubuatkan oleh nabi-nabi, sudah digenapkan dalam diri-Nya. Kristus adalah satu-satunya Oknum yang boleh, pernah dan mendapat kesaksian yang diberikan oleh Bapa demikian: “Inilah Anak-Ku yang Ku-kasihi.”

Bagi setiap orang di dunia, perkataan Kristus ke-enam di atas kayu salib ini berarti satu pernyataan bahwa kutukan Taurat sudah diterima oleh Kristus. Manusia salah, jika mengira bahwa mereka bisa menjalankan hukum Taurat ataupun menyempurnakan Taurat. Barangsiapa yang berusaha diselamatkan melalui melakukan segala syariat Taurat adalah orang yang akan kecewa belaka. Barangsiapa yang berusaha diperkenan oleh Allah melalui melakukan hukum Taurat harus mengetahui bahwa hal itu tidak mungkin. Kalimat ini kerapkali diucapkan oleh Paulus (Roma 3:28; Galatia 2:1`6, 21; 5:4), yang sejak kecil dididik oleh profesor Taurat terbesar di zaman itu, Gamaliel (Kisah Para rasul 5:34; 22:3). Tidak ada seorang pun yang bisa bersandar pada kekuatan sendiri untuk menjalankan hukum Taurat. Hal ini bukan saja dikatakan oleh Paulus dengan kerapkali, tetapi juga dikatakan oleh Yakobus. “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu (Taurat), tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya” (Yakobus 2:9).

Jika kita mengunci pintu mobil, kita akan mengunci semua pintu dan jika ada barang satu pintu yang tidak terkunci, maka itu berarti bahwa pintu mobil belum terkunci dan pencuri dapat mencurinya. Demikianlah jika manusia melanggar satu dari hukum Allah, itu berarti manusia melanggar seluruh hukum Allah. Tiga pintu yang terkunci dari mobil berpintu empat sama artinya dengan tidak mengunci pintu mobil. Perhiasan kalung emas dibentuk dari mata-mata rantai yang kecil-kecil. Jika salah satu dari mata rantai itu putus, maka kalung akan hilang. Tak perlu memutuskan semua mata rantai untuk membuat kalung tersebut hilang. Pelanggaran terhadap satu hukum Taurat, sama artinya dengan melanggar seluruh Taurat.

Apakah manusia dapat bersandar dengan perbuatan melakukan Taurat supaya diselamatkan? Apakah manusia bisa menjalankan Taurat? Manusia tidak bisa menggenapkan hukum Taurat. Kristus sudah menggenapkan hukum Taurat bagi manusia. Kuasa dosa sudah ditanggung oleh Kristus. Dia mempunyai kuasa yang terbesar, yang tidak terbatas, karena Dia adalah Allah. Dosa dari segala sudut, penjuru, bangsa, bahasa, masyarakat, dan segala tempat di dunia dibebankan kepada Dia. Dia bisa menanggungnya. Worthy is The Lamb, patutlah Anak Domba Allah menerima segala kemuliaan, kuasa, kerajaan, bijaksana dan segala kepujian sampai selama-lamanya. Karena Dia pernah mempergunakan darah-Nya untuk menebus manusia kembali kepada Allah (Wahyu 5:9). Dosa sudah dihapuskan.

Kristus mengatakan: “Tetelesthai!” kepada dunia, berarti manusia tidak perlu takut lagi akan kematian. Di dalam Kristus ada hidup kekal. Di dalam perjuangan yang sengit di mana Kristus sudah berteriak: “My God, My God, why hast Thou forsaken Me? kini dilanjutkan dengan “Tetelesthai!”, sudah selesai. Setan sudah kalah, kita tidak perlu takut akan kematian. Penghulu kematian yaitu iblis sudah dikalahkan oleh Kristus. Arti lain dari “Tetelesthai” adalah: Janganlah takut akan kutukan Taurat karena itu sudah Kristus terima. Tuntutan yang keras dari Taurat sudah digenapi. Janganlah takut akan kematian, karena Kristus sudah mati bagi kita. Demikianlah perkataan Kristus bagi umat manusia sepanjang zaman.

Barangsiapa yang datang kepada Dia akan mendengarkan lagi perkataan yang lebih indah sebagai manifestasi dari perkataan “Tetelesthai!”, yaitu: gereja akan menjadi mempelai perempuan Kristus dalam kekekalan. Setiap kita yang dicintai oleh-Nya, tak akan pernah dikalahkan oleh kuasa neraka. Anak Tuhan bisa dianiaya, dibunuh, dipenggal, dilemparkan ke dalam mulut singa, dilemparkan ke dapur api, disiram minyak dan dibakar seperti lilin. Tetapi bagi gereja, yaitu orang-orang yang dikasihi Kristus, Dia berkata dari atas salib: “Tetelesthai!” Dia berkata pula: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa. Takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Matius 10:28). Setiap umat tebusan Tuhan Yesus diberikan kelepasan dari kutukan Taurat, hukuman dosa dan dari pada kematian serta kuasa setan. Bukan saja demikian, pintu sorga terbuka bagi kita.

Waktu Kristus mengatakan: “Tetelesthai!”, kuasa neraka berhenti dan pintu sorga terbuka. Waktu itu dalam bait Allah yang besar di Yerusalem ada satu tirai yang karena besarnya harus diangkat oleh tiga ratus orang. Pada saat itu juga tirai tersebut robek dari atas sampai ke bawah. Tirai yang besar ini memisahkan ruangan suci dan ruangan mahasuci dalam bait Allah di Yerusalem (Kemegahan bait suci tersebut tertulis dalam Lukas 21:5-6; Markus 13:1-2; Matius 24:1-2). Sedangkan bait Allah tersebut sudah dibangun kira-kira empat puluh enam tahun, waktu Kristus menubuatkan kehancurannya (Yohanes 2:20), pembangunannya diteruskan sampai belasan tahun setelah penyaliban Kristus, jadi total pembangunan bait suci tersebut memakan waktu kira-kira lima puluh empat tahun. Tirai yang besar di bait Allah yang robek dari atas sampai ke bawah (Lukas 27:51) adalah salah satu tanda mujizat yang dinyatakan dari Golgota. Apa arti tanda itu? Artinya: jalan menuju sorga sudah terbuka. Di dalam Yesus Kristus kita mempunyai pengharapan terbesar yang tidak ada lagi bandingnya. Anak yang terhilang sekarang sudah boleh pulang kembali kepada Allah. Kristus sudah menang. Haleluya! Seumur hidup kita dapat diam dalam pangkuan Tuhan yang kekal dan tidak berubah.

Pada waktu Napoleon Bonaparte berperang dengan Wellington, maka para tentara Inggris di bawah pimpinan Wellington membuat satu cara untuk mengirimkan pesan dari medan peperangan kepada pusat komando. Dari satu lokasi strategis, mereka membuat huruf-huruf yang paling besar dan dipasang tinggi-tinggi supaya dapat dibaca oleh pusat komando, karena saat itu belum ada telegraf, telepon atau alat komunikasi lainnya. Huruf-huruf tersebut dibaca melalui teleskop. Waktu mereka memberikan pesan terakhir kepada komando pusat di daratan Inggris, maka beberapa huruf tertutup awan dan kabut sehingga yang dapat terbaca adalah “Wellington defeated”. Pusat komando amat sedih dan gelisah. Tapi tidak lama kemudian ada angin yang meniup habis semua kabut dan terlihatlah seluruh kalimat yaitu “Wellington defeated Napoleon in Waterloo. Puji Tuhan. Kabut gelap pernah menudungi bukit Golgota, sehingga yang seolah terjadi adalah “Yesus kalah”, tetapi sebenarnya yang terjadi adalah “Yesus kalahkan iblis di Golgota.” Yesus Kristus menang!

Amin.

SUMBER :
Nama buku : 7 Perkataan Salib
Sub Judul : Sudah Genap!
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1992
Halaman : 111 – 130