Jesus PrayDoa Tuhan Yesus yang keempat, “Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Manusia yang bertubuh memiliki kebutuhan materi. Manusia membutuhkan pakaian, makanan, rumah, kendaraan, vitamin, dan uang, agar kita tidak kedinginan, kelaparan, kelelahan, dan tidak sakit. Pertanyaan penting adalah berapa banyak uang yang kita butuhkan. Adalah kurang ajar, jika engkau mengatakan bahwa engkau membutuhkan uang sebanyak-banyaknya, dan yang paling baik adalah kalau seluruh dunia bisa diberikan kepadamu. Di sini kita melihat satu kondisi paradoks.

A. Kebutuhan Materi

Di satu pihak kita perlu uang, tetapi jika kita minta lebih, itu disebut serakah. Serakah dipandang sebagai dosa oleh Alkitab. Tetapi jika saya mengatakan tidak perlu, saya berbohong. Maka batasannya adalah antara perlu dan serakah. Tuhan Yesus berkata, “Secukupnya.” Ketika Tuhan memberikan lebih, kita harus bersyukur, tetapi tidak terus meminta tidak habis-habisnya. Manusia rusak dan hancur karena serakah. Banyak orang ketika berada dalam kondisi berkecukupan, hidupnya penuh dengan sejahtera. Tetapi setelah berlebihan dan memiliki banyak istri, hidupnya bagaikan neraka. Pada saat masih miskin, semua berdoa dengan serius dan berbakti kepada Tuhan; begitu sudah kaya, membeli pedang dan saling membunuh. Jangan beranggapan bahwa kekayaan selalu menjadi berkat. Orang yang mengerti “puas” adalah orang yang bahagia dan senantiasa bersukacita.

Semua doa yang diajarkan Tuhan berbeda dengan doa yang berasal dari inisiatif manusia. Doa manusia berdasarkan kebutuhan yang berpusat pada diri, ambisi, dan keinginan yang sekunder. Di dalam Doa Bapa Kami, kita diajarkan untuk mengutamakan Tuhan dan mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Kita minta Tuhan menjadikan kehendak-Nya di dunia. Kemahakuasaan Tuhan bukan dipergunakan untuk mendapatkan keinginan kita secara tamak.

Manusia yang terbatas, percaya bahwa Tuhan itu ada dan Ia berkuasa menyelesaikan kesulitan manusia. Kita berdoa, “Berilah kami makanan yang secukupnya hari ini.” Tuhan mengajarkan bahwa kita masih memerlukan makanan dan materi yang cukup untuk mengisi kebutuhan jasmani kita. Manusia tidak diciptakan hanya roh saja seperti malaikat, juga bukan tubuh saja seperti hewan. Manusia diciptakan dari materi tetapi juga menuntut berkat rohani. Manusia diciptakan di dunia, tetapi bisa menengadah ke langit di atas, menuntut dunia rohani yang lebih tinggi dari dunia materi di bawah. Kita diciptakan di dua wilayah, 1) lingkaran ke bawah dikaitkan dengan materi dan kebutuhan yang fana, dan 2) lingkaran ke atas dikaitkan dengan Tuhan, kekekalan, dan kemuliaan yang tidak layu selamanya. Lingkaran ke bawah perlu makanan dan lingkaran ke atas perlu firman Tuhan. Maka, Alkitab dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru berkata, “Manusia hidup bukan bersandarkan roti saja, tetapi bersandarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah.”

Di Taman Eden, ada makanan yang diperlukan, tetapi ada firman yang mengatur. Segala fasilitas hanya mengisi kebutuhan jasmani, sementara pengaturan perlu kebijaksanaan dari atas. Segala sesuatu ada di dalam prinsip ini. Saya boleh mempunyai banyak pakaian dan makanan, tetapi semua itu tidak terlalu penting, karena yang terpenting adalah kebenaran untuk mengatur semua itu. Jadilah manusia yang bisa diatur, diatasi, dikuasai, dan bisa memperalat materi untuk tujuan yang lebih tinggi.

B. Empat Kebutuhan Dunia

Di ayat berikutnya, Tuhan Yesus mengatakan tentang empat kebutuhan di dunia, yaitu: a) kebutuhan materi; b) kebutuhan relasi antar-sesama manusia; c) kebutuhan mengerti relasi manusia dengan setan; dan d) moralitas kita di hadapan Tuhan. Keempat hal ini menyangkut kehidupan manusia. Kegiatan penginjilan adalah hal rohani, tetapi untuk menginjili perlu membangun panggung, mengatur sound system, tiket pesawat, yang semuanya membutuhkan uang. Jadi, perlunya uang dan benda merupakan fakta yang tidak bisa disangkal. Tetapi itu bukan yang terpenting. Firman Tuhan yang bisa mengatasi materi, yang bisa menguasai, mengatur, dan mengalahkan ikatan materi, lebih penting. Maka kita perlu mengakui bahwa kita memerlukan materi dan uang, hanya kita perlu mengetahui peranannya di mana. Materi bukanlah tujuan dan ilah di mana kita harus bersandar kepadanya, melainkan merupakan pemberian Tuhan agar kita bisa diisi dan disambung hidupnya untuk melayani Tuhan. Materi hanya diperalat untuk mengisi kebutuhan sementara kita, dan di dalam hidup kesementaraan ini kita menyembah Allah yang kekal. Maka, yang utama dan mutlak haruslah diutamakan dan dimutlakkan, sementara yang tidak utama dan tidak mutlak janganlah diutamakan atau dimutlakkan.

C. Kekayaan atau Kemiskinan

Tuhan mengajarkan, “Berilah makanan yang secukupnya hari ini,” bukan besok, lusa, atau kemarin. Tuhan ingin mengajarkan bahwa beban yang ditanggung setiap hari sudah cukup. Ada orang yang tidak pernah puas, dan ketika sudah cukup masih belum puas dan mau meminta lebih banyak lagi, minta terus tidak habis-habisnya. Jika manusia tidak pernah puas, maka ia akan terjerumus ke dalam kekosongan yang tidak hentinya, sehingga ketika ia kelihatan sudah begitu kaya, tetapi pada hakikatnya ia miskin sekali. Pengemis besar adalah orang yang sudah ada tetapi tidak pernah puas dan selalu merasa kurang dan terus rakus. Pengemis kecil di jalanan minta uang, pengemis besar di tingkat tertinggi rakusnya luar biasa tidak ada habisnya, ingin seluruh dunia menjadi miliknya. Tuhan melihat di dunia banyak pengemis. Yang miskin di pinggir jalan minta uang, yang kaya di atas berebut kekayaan secara tidak jujur menjadikan uang orang lain miliknya sendiri. Secara rohani, orang yang merasa puas adalah orang kaya. Bahkan bukan saja merasa puas, tetapi ia bisa membagikan uangnya untuk menolong orang lain yang lebih miskin.

Cara Tuhan dan manusia menilai berbeda. Cara Tuhan mengukur selalu bersifat antitesis. Tuhan melihat dari uang yang Ia berikan, berapa engkau simpan untuk diri, untuk Tuhan, dan untuk orang lain. Penilaian seperti ini bisa kita lihat dari Alkitab. Tuhan mengajak murid-murid-Nya melihat janda yang memberi dua keping perak, jumlah untuk bisa menghidupi keluarga dalam satu hari. Tuhan berkata bahwa ini adalah pernyataan cinta Tuhan, lebih dari orang kaya yang memberikan banyak uang karena diberikan dari sisa yang ia tidak perlukan. Jika engkau merasa puas dan merasa cukup, serta bersukacita akan Tuhan yang memberi kecukupan kepadamu, engkau orang yang diperkenan Tuhan. Tetapi jika Tuhan sudah memberikan begitu banyak dan tetap dirasa masih kurang, mengomel, merasa tidak puas dan rakus, maka Tuhan akan melihat engkau sebagai pengemis besar yang tiada hentinya bersungut-sungut dan mencela Tuhan. Alkitab berkata bahwa Tuhan berkata kepada orang kaya yang mau mengikut Dia, “Juallah semua hartamu, berikan kepada orang miskin, lalu ikutlah Aku.” Dan orang kaya itu langsung berkata, “Selamat tinggal.” Ia pergi karena hartanya banyak. Hartanya telah menjadi penghambat untuk ia datang dan mengikut Tuhan. Orang yang mengikut Tuhan hingga ke sorga adalah orang yang senantiasa bersyukur mengatakan, “Aku pernah meninggalkan segalanya demi mengikut Engkau dan segala yang aku tinggalkan sebenarnya fana dan dapat rusak, tetapi mengikut Engkau akan bahagia selama-lamanya.”

D. Bijaksana untuk Bahagia

Manusia sulit menerima apa yang Tuhan atur, karena manusia memiliki ambisi dan aspirasi liar yang melebihi anugerah Tuhan. Manusia tidak bisa maju tanpa ambisi. Tetapi manusia yang maju terus tanpa tahu kapan harus berhenti, bagaikan mobil yang memiliki gas tanpa rem. Ia pasti akan celaka. Kita perlu batas untuk tahu bagaimana puas. Setiap kita ingin bahagia tetapi di belakangnya ada prinsip bagaimana menikmati bahagia. Jika kita tahu bahagia, tetapi tidak tahu menikmatinya, kita bodoh. Mempunyai pengertian bagaimana mengatur adalah kebijaksanaan yang tinggi. Itulah yang dituntut Alkitab, “Marilah kita mencari dahulu Kerajaan Allah dan menuntut kebenaran Allah adalah hal yang utama, yang lainnya akan ditambahkan kepada kita.” Alkitab tidak mengatakan diberikan, tetapi ditambahkan.

Ketika orang Israel keluar dari Mesir, mereka berbicara dengan Musa, “Bukankah kami di Mesir duduk di sebelah dapur besar, makan daging sampai kenyang? Mengapa engkau membawa kami ke padang belantara yang tidak ada makanan dan minumannya? Apakah engkau mau menguburkan seluruh Israel di padang belantara ini?” Musa sulit menjawab, karena Tuhan yang menyuruh dia mengeluarkan Israel dari perbudakan Mesir. Musa hanya bisa menangis di hadapan Tuhan. Di Mesir umat Israel menjadi budak, diperkosa, ditindas, tetapi kenyang; di padang gurun bebas menjadi anak Tuhan dan menyembah Tuhan tetapi hampir mati kelaparan. Di sini kita melihat gambaran dua macam orang Kristen. Ada satu golongan yang marah dan bersungut-sungut kepada Tuhan mengapa menjadi Kristen dan hidup susah. Lebih baik menjadi orang kafir tidak takut Tuhan dan berani menipu tetapi kaya. Apakah benar kaya lebih penting daripada jujur?

Tuhan berkata kepada Musa, “Musa, berbicaralah kepada bani Israel, mulai esok Aku akan menurunkan manna dari langit dan mereka akan makan sampai kenyang. Setiap hari tidak akan kekurangan meskipun mereka tidak makan daging dan enak seperti di Mesir. Allah adalah Allah yang akan memelihara umat Israel.” Setiap hari manna turun dari sorga dan tiap orang Israel harus bangun pagi-pagi, karena begitu matahari terbit manna akan hancur dan hilang. Semua yang malas tidak mau bangun tidak usah makan. Tuhan memberikan makanan yang secukupnya bagi setiap orang Israel. Tuhan tidak memberi kurang. Saat itu ada sekitar dua juta orang Israel yang keluar dari Mesir. Ada yang berusaha rakus mengambil banyak-banyak, tetapi ketika tidak habis dimakan ia akan rusak. Tuhan mengajarkan orang Israel untuk percaya pada pemeliharaan Tuhan. Allah tidak akan menghadang atau menyiksa manusia. Siapa pun yang merindukan Tuhan, firman, dan kebenaran, Tuhan akan memberikan secukupnya kepadanya. Tuhan akan memuaskan kita.

Pada suatu hari Tuhan berkata kepada Nabi Elia, “Pergilah ke gunung ini, masuk ke kota itu, carilah seorang janda di kota Sarfat. Tinggallah di rumahnya dan makan dari dia.” Selama ini Elia dipelihara oleh burung gagak yang diperintah oleh Tuhan setiap hari memberikan roti bagi Elia. Sampai tiba saatnya, Tuhan memerintahkan Elia ke rumah janda di kota Sarfat. Terkadang sulit mengerti bagaimana seorang nabi pria seperti Elia disuruh Tuhan tinggal dan menginap di rumah seorang janda, yang tentunya bisa menimbulkan kesan yang tidak baik. Perintah Tuhan terkadang sulit dimengerti oleh pikiran manusia secara umum. Namun, pimpinan Tuhan tetap harus ditaati. Janda ini sangat berkekurangan. Tepung dan minyak yang ia miliki sudah sangat sedikit. Tersisa untuk satu kali makan saja dan setelah itu habis dan ia dan anaknya akan kelaparan. Tetapi justru di saat seperti itu Tuhan memerintahkan Elia untuk tinggal dan makan di rumah janda itu. Janda ini begitu mencintai Tuhan dan hamba Tuhan, sehingga ia memberikan makanan yang sudah terakhir itu kepada Elia terlebih dahulu, dan keajaiban pun terjadi. Tepung dan minyak itu tidak pernah habis. Tiap hari janda ini bisa membuat roti. Tiap hari tetap ada makanan yang mereka bisa makan, sampai masa kelaparan itu lewat. Di sini kita melihat pemeliharaan Tuhan bagi mereka yang mengutamakan dan taat kepada Tuhan.

Pelajaran ini saya kaitkan dengan Doa Bapa Kami, “Berilah kepada kami makanan kami yang secukupnya hari ini.” Kita tidak tahu berapa lama Elia tinggal di rumah janda itu. Tetapi setiap hari tepung dan minyak itu habis dipergunakan dan besoknya ada lagi. Anehnya Tuhan tidak sekaligus memberikan seratus kilo tepung dan sepuluh botol minyak misalnya, sehingga tidak perlu setiap hari khawatir tepungnya akan habis. Terkadang Tuhan tidak memberi terlalu berlebih agar kita mau belajar bersandar dan setiap hari berdoa kepada-Nya. Kita tidak boleh bersandar kepada kekayaan kita. Jika kita memiliki iman yang cukup bersandar kepada Tuhan, maka Tuhan pasti tidak akan melupakan kita. Apa artinya engkau mendapatkan seluruh isi dunia ini tetapi kehilangan nyawamu. Sebaliknya, apa ruginya ketika engkau hanya cukup setiap hari tetapi penuh sukacita. Orang di hadapan Tuhan yang dianggap kaya adalah orang yang puas dengan apa yang Tuhan berikan, bahkan masih bisa menyisakan untuk orang miskin. Kaum miskin bisa jadi adalah orang yang mempunyai banyak tetapi tidak pernah puas, masih terus rakus, dan menipu. Marilah kita mempunyai cara penilaian yang berbeda dari dunia ini dan seturut kebijaksanaan dari sorga. Dengan demikian kita mengetahui hubungan kita dengan materi.

E. Relasi dengan Sesama

Setelah membicarakan tentang relasi manusia dengan materi, maka kini Tuhan mengajarkan berdoa tentang relasi manusia dengan sesamanya, yaitu hubungan antar manusia. Dunia Barat terus memikirkan pentingnya IQ (Intelligence Quotient). Barulah dua puluh tahun terakhir ini banyak manusia sadar bahwa yang lebih penting bukan IQ tetapi EQ (Emotional Quotient). Orang sukses bukan yang pintar otaknya, tetapi yang memiliki hubungan baik antar sesama manusia. Jika hubungan antar manusia tidak terpelihara dengan baik, banyak hal akan hancur. Hubungan antar-pribadi menjadi kesulitan kedua yang diletakkan di dalam Doa Bapa Kami. Kesulitannya adalah jika secara tidak sengaja kita dimusuhi orang. Kesulitan antara manusia dan manusia adalah perbedaan konsep hingga menimbulkan cekcok, berselisih, marah, bagaimana kita menyelesaikannya. Ini menjadi doa yang Tuhan Yesus ajarkan, “Ampunilah kesalahan kami sebagaimana kami mengampuni semua orang yang bersalah kepada kami.” Urutan ini berbeda dengan urutan keselamatan, karena Tuhan mengampuni kita terlebih dahulu barulah kita bisa mengampuni orang lain. Tetapi doa ini terbalik, “Ampunilah kami seperti kami sudah mengampuni orang lain.” Di sini ada rahasia penting mengapa Tuhan Yesus yang seharusnya menjadi inisiator justru terlihat pasif.

Ketika kita berdoa, kita sudah memiliki Tuhan. Jadi, kita sudah menjadi anak Tuhan yang telah mengalami pengampunan Tuhan. Maka, orang yang sudah diampuni oleh Tuhan seharusnya terlebih dahulu mengampuni orang lain, barulah Tuhan akan mengampuni dia. Dengan demikian orang yang sudah diampuni Tuhan harus menjadi inisiator dalam mengampuni orang lain. Baru dengan demikian ia layak kembali meminta Tuhan mengampuni dia. Di sini kita melihat dua lapisan, yaitu pertama, pengampunan yang Tuhan berikan dan merupakan inisiatif Tuhan. Engkau diselamatkan, diperanakkan, dan diampuni terlebih dahulu menjadi anak-anak Allah. Setelah menjadi anak Allah, engkau berdoa. Ini lapisan kedua, di mana kita harus mengampuni orang karena kita sudah diampuni oleh Tuhan. Baru dengan itu kita bisa kembali berdoa untuk minta ampun dari Tuhan atas kesalahan-kesalahan dan dosa kita. Seperti orang yang berhutang Rp. 100 juta dan dibebaskan, lalu menangkap orang yang berhutang kepadanya Rp. 10 ribu. Dia lupa hutangnya Rp. 100 juta sudah diampuni. Ketika tuannya tahu, maka tuan itu kembali menangkap orang itu dan menghukumnya dengan keras. Maka doa ini berarti jika kita sudah menjadi anak, kita harus meneladani apa yang Tuhan lakukan kepada kita. Itulah sebabnya doa ini terkesan terbalik, yaitu Tuhan akan mengampuni kita jika kita sudah mengampuni orang lain.

Tuhan mau mengampuni dosa kita, juga sesudah kita diselamatkan. Bertobat bukan hanya satu kali yaitu ketika pertama kali menerima Tuhan Yesus. Berdoa minta ampun dan keselamatan dari Tuhan memang cukup hanya satu kali, tetapi bertobat minta Tuhan memberikan kesucian dan hidup terus bersandar kepada Tuhan sepanjang hari adalah hal yang harus kita lakukan setiap hari. Di dalam Kitab Wahyu, Tuhan empat kali berkata kepada empat gereja, yang sudah Kristen, untuk bertobat. Di dalam Wahyu 2 dan 3, ada empat gereja di mana Tuhan meneriakkan, “Bertobatlah!” Tuhan berkata kepada jemaat di Efesus, Pergamus, Sardis, dan Laodikia agar mereka bertobat. Pertobatan untuk menerima keselamatan memang hanya satu kali, tetapi pertobatan dari dosa dan memelihara kesucian dilakukan setiap hari. Untuk pertobatan yang pertama kali, Allah adalah inisiator. Itu bukan hasil doamu atau Tuhan terpaksa atau dipaksa mengikuti permintaanmu. Tetapi setelah engkau diampuni dan mengalami keselamatan, maka engkau harus menjadi inisiator mengampuni orang lain. Jika engkau tidak mau mengampuni orang lain, engkau tidak berhak datang lagi kepada Tuhan dan tidak bisa lagi berdoa, “Ampunilah kami,” karena Tuhan tidak akan mengampuni engkau.

Kalimat Doa Bapa Kami mengajarkan kita untuk berdoa memohon pengampunan lagi dari Tuhan dengan dasar kita telah mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita. Jika setelah diselamatkan, seseorang berdosa lagi dan tidak ada pengampunan lagi bagi dirinya, maka ia pasti binasa. Tetapi di lain pihak, kita tidak mungkin bisa suci selamanya. Kita sering kali bersalah kepada orang lain dan juga kepada diri kita sendiri. Di dalam 1 Yohanes 5 dikatakan, “Barang siapa tidak mengasihani orang lain, Tuhan juga tidak mengasihaninya.” Prinsipnya sama, barang siapa tidak mengampuni dosa orang lain, jangan harap Tuhan mau mengampuni dosanya. Dosa yang diampuni adalah dosa yang diakui. Dosa yang tidak diakui tidak diampuni. Ini menyangkut keselamatan. Tuhan adalah inisiator dan aktif. Ia mendorong kita untuk bertobat, mengaku dosa, barulah dosa kita diampuni. Tetapi setelah itu engkau harus jadi inisiator. Setelah Tuhan mengampuni kamu, engkau harus menjadi inisiator, harus belajar mengampuni dan punya hati lapang. Setelah kita bisa mengampuni orang lain, barulah kita bisa kembali kepada Tuhan dan berdoa, “Ampunilah kami seperti kami telah mengampuni kesalahan orang lain.”

Kiranya Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk menjadi pelaksana, untuk meneladani dan mengikuti segala teladan yang diberikan Tuhan kepada kita. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/doa-bapa-kami-bagian-8-berilah-kami-makanan-secukupnya#hal-1

Artikel Terkait :