Dr. Stephen TongBAB II :
KEHARUSAN KESELAMATAN : DOSA
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23).
.
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23).
.

“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” (1 Yohanes 1:8-10).

————————

Kita telah melihat bahwa yang diselamatkan adalah manusia, yang dicipta menurut peta teladan Allah. Dan kini kita masuk ke dalam tema kedua yang besar, yaitu “Mengapa manusia perlu diselamatkan?” Peta dan teladan Allah yang ada pada manusia telah dirusakkan oleh dosa, dan oleh karenanya manusia telah berada di bawah kuasa dan belenggu dosa.

A. Manusia Adalah Orang Berdosa

Kalimat dalam Roma 3:23 bisa diterjemahkan juga : “Karena semua sudah berbuat dosa, dan telah mengurangi kemuliaan Allah.” Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma di dalam Yesus Kristus.

1 Yohanes 1 : 8-10 menegaskan bahwa Allah sudah memproklamasikan bahwa semua manusia berdosa. Jika kita tidak mengaku bahwa kita berdosa, maka kita sudah menipu diri kita sendiri, dan kita juga bersalah terhadap Allah, karena kita menganggap bahwa Allah adalah penipu yang berbohong kepada manusia. Ini adalah dosa besar. Maka di dalam ayat 9 dikatakan bahwa jika kita mau mengakui dosa kita, Allah akan mengampuni kita dan mau menyucikan kita dari segala kejahatan kita.

Tema utama kita adalah “Yesus Kristus Satu-satunya Juruselamat Dunia.” Yesus Kristus bukan hanya dimiliki oleh orang Yahudi saja. Yesus Kristus juga bukan hanya dimiliki oleh orang-orang yang hidup di Timur Tengah saja. Yesus Kristus bukan dimiliki oleh orang-orang yang hidup sejaman dengan Dia saja. Yesus Kristus satu-satunya Domba Allah yang tidak bercacat cela untuk menjadi Penebus manusia. Itu sebabnya Ia berkata : “Barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yohanes 8 : 12). Tuhan Yesus juga berkata: “Aku datang ke dalam dunia, bukan untuk menghakimi dosa manusia, melainkan untuk menyelamatkan orang yang berdosa.” Di dalam dunia ini Yesus memberikan enam proklamasi yang besar, mengapa Ia datang ke dunia. Enam proklamasi ini hanya muncul dari mulut Yesus Kristus, tidak pernah muncul dari mulut atau bibir siapapun dalam sejarah. Tidak ada seorang pun di luar Yesus yang pernah mengeluarkan kalimat seperti Yesus, yang bisa dibandingkan dengan keenam proklamasi yang Yesus nyatakan ini. Kalimat-kalimat proklamasi yang keluar langsung dari mulut Tuhan Yesus menyatakan siapa Dia dan untuk apa Ia datang ke dalam dunia.

“Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10). Tidak ada satupun pendiri agama yang pernah yang berani, yang berhak mengatakan seperti ini. Tuhan Yesus datang bukan untuk diri-Nya sendiri. Ia datang mencari dan menyelamatkan mereka yang sudah hilang, yang tersesat, yang keluar dari kebenaran Allah, dan yang binasa di dalam dosa.

“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” (Lukas 5:32). Celakalah siapa yang merasa diri orang benar, ia pasti tidak berbagian dalam anugerah Tuhan ini. Jikalau Saudara merasa diri Saudara sudah baik, atau merasa sudah lebih baik dari orang lain, Saudara pasti binasa di dalam kekekalan. Yesus berkata, bahwa Ia datang bukan untuk orang benar, bukan untuk memanggil orang benar, tetapi justru untuk memanggil orang berdosa agar bertobat.

“Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28). Yesus tidak perlu dilayani. Ia justru datang untuk melayani. Dari lahir sampai mati, dari palungan sampai salib, seluruhnya merupakan hidup pelayanan. Ia tidak mementingkan diri. Ia meninggalkan tempat yang mulia, Ia turun dari sorga yang mulia dan kekal, demi hidup di dunia, dilahirkan dalam kandang binatang demi melayani manusia. Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, menyerahkan nyawa-Nya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang.

“Aku datang memberikan hidup, bahkan memberikan hidup yang berkelimpahan kepada domba-domba-Ku” (Yohanes 10:10 – Parafrasa). Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang berdosa sedemikian bergantung dan membutuhkan Tuhan Yesus Kristus. Tanpa Kristus, hidup manusia yang berdosa akan berakhir dengan kebinasaan, kematian, dan tidak berbagian di dalam hidup yang kekal. Mereka akan hidup dalam kepedihan dan kesengsaraan, hidup di dalam kehinaan karena dosa. Tetapi mereka yang datang kepada Kristus, akan mendapatkan hidup yang kekal, dan hidup yang sungguh-sungguh berkelimpahan dengan segala anugerah rohani (Efesus 1 : 3-4).

“Aku datang untuk menjalankan kehendak Allah” (Ibrani 10:9). Dalam bagian ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa hidup-Nya bukan menuruti diri-Nya sendiri. Ia taat kepada Bapa di sorga, dan seluruh ketaatan-Nya menjadi ketaatan yang sempurna, yang tidak pernah dapat dipenuhi oleh siapapun di dunia ini.

“Aku datang untuk menggenapkan hukum Taurat” (Matius 5:17). Proklamasi Kristus ini menyatakan bahwa Ia hidup bersih tanpa dosa, karena Ia telah menjalankan seluruh hukum Taurat secara sempurna.

Ada dua proklamasi lagi, yang berkaitan dengan keenam proklamasi di atas. Yang pertama dinyatakan dihadapan Pilatus: “Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran” (Yohanes 18:37b). Dan yang kedua: ”Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkan dunia.” Tuhan Yesus berulang kali menyatakan “Aku datang…” untuk menunjukkan bahwa ini adalah Otoritas Pertama. Allah telah menyatakan kebenaran-Nya melalui Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal. Ini bukan teori manusia atau khotbah-khotbah manusia yang tidak mutlak kebenarannya. Tetapi ini keluar langsung dari mulut Tuhan Yesus sendiri.

Mengapa Engkau rela datang ke dalam dunia? Mengapa Allah rela turun ke dalam dunia? Mengapa Firman menjadi daging? Mengapa Allah menjadi manusia? Mengapa inkarnasi?

Selama 40 tahun sejak saya menjadi orang Kristen, setiap hari Natal saya berkhotbah mengabarkan Injil. Bagi saya, Natal bukanlah waktu untuk berbagi-bagi hadiah. Natal bukanlah berita Sinterklas muncul dengan pakaian yang lucu-lucu. Natal bagi saya adalah mengerti mengapa Allah rela turun ke dalam dunia, mengapa Allah mau menjelma menjadi manusia. Mengapa Allah di sorga yang mulia datang ke dunia untuk di hina, disiksa, diejek, dan akhirnya diperlakukan tidak adil, dibunuh di kayu salib. Empat puluh enam tahun saya melayani Tuhan untuk mengabarkan Injil. Setiap Natal di Jakarta kita mengadakan kebaktian di Balai Sidang dengan biaya lebih dari seratus juta rupiah, dan ribuan orang datang mendengar Firman, mengerti rahasia inkarnasi, mengapa Allah menjelma menjadi manusia.

Celakalah mereka yang menggunakan hari Natal untuk bermabuk-mabukan, berpesta pora dan berzinah, berfoya-foya menghamburkan uang untuk melampiaskan nafsu dan mempermainkan perempuan. Selama dan disekitar hari Natal banyak orang yang celaka akibat kecelakaan kendaraan, ugal-ugalan di jalan, ngebut, dan sebagainya. Selama dan di sekitar hari Natal, ada orang-orang yang masuk penjara karena berbuat dosa di hari Natal, karena mereka tidak mengenal siapa Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia di hari Natal. Inilah manusia berdosa.

Mengapa Allah menjadi manusia? Mengapa inkarnasi? Inkarnasi adalah proklamasi Yesus Kristus sendiri. Ia datang menyelamatkan orang berdosa. Inilah tema yang kedua. Siapa yang diselamatkan? Dalam tema yang pertama kita melihat manusia sebagai ciptaan Allah yang paling hormat. Manusia melampaui segala binatang yang tidak mempunyai peta teladan Allah. Kita dicipta menurut gambar dan rupa Tuhan Allah sendiri. Tetapi sayang justru manusia telah jatuh ke dalam dosa. Tuhan tidak mau kita binasa. Sekalipun kita adalah peta teladan Allah, namun dosa membuat kita kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3 :23).

B. Apa Itu Dosa?

Jika dikatakan Saudara adalah manusia yang berdosa, sering kali Saudara langsung marah, Saudara tidak suka, jengkel, dan membenci orang yang mengatakannya. Mungkin Saudara akan berkata: “Engkau sembarangan mengatakan saya orang berdosa. Saya tidak pernah masuk penjara, saya bukan narapidana, saya tidak di Nusakambangan. Saya tidak pernah membunuh orang, dan saya juga tidak pernah mencuri atau menipu uang orang lain. Saya sudah melakukan kehidupan dengan sejujur mungkin. Bagaimana engkau bisa menuduh saya orang berdosa?”

Apakah hanya orang yang berada di Nusakambangan atau di penjara adalah orang berdosa, sementara orang yang di luar penjara adalah orang yang tidak berdosa? Tidak! Hati nurani Saudara sudah membuktikan dan memberi tahu bahwa Saudara sering berbuat salah. Hati nurani saya juga sudah menuding bahwa saya suka menyeleweng dari kebenaran. Pikiran kita kurang sesuai dengan Firman dan kebenaran Tuhan, emosi kita kurang sesuai dengan cinta kasih Tuhan, dan kemauan kita kurang sesuai dengan kehendak Tuhan. Itulah dosa! Dosa tidak perlu sampai kita jadi pembunuh, dosa cukup dengan kita menjadi congkak, menganggap diri kita lebih baik, dan menghina orang lain dan kurang menghiraukan kebutuhan sesama manusia. Semua itu juga adalah dosa.

1. Pelanggaran Hukum

Dalam bahasan ini kita akan mempelajari Doktrin Dosa, yang sulit Saudara dapatkan secara lengkap seperti ini dalam buku mana pun juga. Dosa dimengerti oleh ahli-ahli hukum di berbagai negara dalam pengertian yang sangat dangkal. Para ahli hukum hanya mengerti dosa dalam pengertian pelanggaran konstitusi atau pelanggaran hukum. Jika di dalam tata hukum negara dicantumkan bahwa Saudara tidak boleh mencuri, maka ketika mencuri, Saudara berdosa. Jika tertulis tidak boleh memerkosa, ketika Saudara melakukannya, Saudara berdosa. Tertulis bahwa warga negara tidak boleh memalsukan surat-surat atau dokumen, maka ketika melakukan, Saudara berdosa. Di dalam tata hukum negara ada beribu-ribu butir atau pasal dan ayat tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Itu semua menjadi hukum, prinsip atau dasar bagi pengadilan untuk boleh menjatuhkan hukuman bagi Saudara. Ini disebut sebagai patokan standar untuk mengukur siapa yang berdosa dan siapa yang tidak berdosa. Tetapi dalam hal ini, kita perlu mempertanyakan bagaimana bisa banyak jaksa-jaksa yang menerima suap dari orang-orang yang tidak benar, sehingga orang-orang tersebut bisa tidak perlu masuk penjara, dan dia sendiri tidak dipenjarakan? Itu karena suapan itu tidak memberikan tanda apapun, sehingga tidak ada bukti yang bisa dipakai untuk menuding atau menghukum dia. Inilah kelemahan buku hukum. Saya ingin bertanya: Apakah orang-orang yang lolos dari hukum seperti ini mungkin bisa lolos dari hukuman Allah?

Hakim-hakim di dunia mungkin bisa disuap dengan uang, tetapi Tuhan Allah tidak mungkin disuap dengan apapun. Orang-orang berdosa yang bisa lolos dari pengadilan dan penjara tidak mungkin bisa lolos dari mata Allah. Itu sebabnya, orang Kristen harus mengerti dosa lebih dari pada pengertian para ahli-ahli hukum di dunia ini.

Pada waktu saya berkhotbah di Universitas Satya Wacana Salatiga, saya meneriakkan: ”Hei, kalian mahasiswa hukum, celakalah kamu, jika pikiranmu dipenuhi dengan segala pengertian hukum-hukum, tetapi hatimu tidak kamu serahkan kepada Tuhan. Kamu akan mencari celah-celah ditengah-tengah hukum, supaya kamu bisa melanggar hukum tanpa kamu sendiri dihukum.” Siapakah ahli hukum? “Ahli hukum” adalah orang yang pandai dan mengerti hukum, sehingga bisa melanggar hukum tanpa dihukum. Ketika saya berkhotbah sampai butir ini, rektor universitas tersebut terus mengangguk-anggukan kepala. Selesai berkhotbah, dia mengundang saya ke kantornya, dan mengatakan bahwa ia sangat menghargai apa yang saya sudah khotbahkan. Dia mengatakan: “Saya adalah doktor hukum, dan saya tahu banyak ahli hukum yang menggunakan hukum untuk melarikan diri dari jerat hukum. Dan apa yang engkau katakan itu benar, bahwa Tuhan tidak mungkin disuap dan tidak mungkin ditipu.” Bukankah pengadilan seharusnya adalah tempat untuk memperjuangkan keadilan di dalam budaya manusia? Tetapi bukankah pengadilan juga merupakan tempat paling tidak adil dan sering kali kotor, yang ada di dalam kebudayaan manusia?

Ketika kita meneriakkan “Reformasi,” “anti-KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),” bukankah terlihat bahwa korupsi makin hebat, kolusi dan nepotisme semakin hebat, kemunafikan dan kepura-puraan semakin hebat, sehingga Reformasi belum pernah bisa diselesaikan. Seperti Dr. Sun Yat Sen sebelum meninggal pernah mengatakan: “Revolusi belum selesai, hai, rekan-rekanku, marilah kita terus berusaha, karena kita masih harus terus berusaha untuk mencapai sesuatu.” Bukankah dari dulu manusia menginginkan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur?

Dari beribu-ribu tahun yang lalu, sebelum adanya kerajaan Romawi, sebelum adanya kerajaan Babilonia, kebudayaan yang paling kuno di Mesopotamia, seorang raja bernama Hammurabi mengatakan bahwa ia mendapat satu hukum dari Dewa Matahari. Lalu dia menulis semua hukum-hukum itu dalam konstitusi (undang-undang) yang terukir di sebuah batu menhir hitam dengan tinggi 2,27 m. Ini merupakan batu yang paling penting tentang hukum di dalam sejarah. Sekarang batu ini diletakkan disalah satu museum yang paling penting di dunia, yaitu Louvre Museum di Paris, Prancis. Dalam batu itu tertulis, bahwa siapa membutakan mata orang lain, matanya sendiri harus dicungkil keluar. Siapa memotong telinga orang lain, ia sendiri harus dipotong telinganya. Mata ganti mata, telinga ganti telinga. Siapa mematahkan gigi orang lain, giginya sendiri juga harus dipatahkan. Itu berarti, dari zaman sekitar empat ribu hingga enam ribu tahun yang lalu, kebudayaan manusia sudah berusaha mencari keadilan. Tetapi sampai sekarang di tahun 2003 ini, begitu banyak jaksa, begitu banyak hakim, begitu banyak pengacara, yang mereka perjuangkan bukan keadilan, bukan kebenaran, tetapi bagaimana lebih banyak uang yang bisa masuk ke kantong sendiri. Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi ternyata menjadi jauh lebih rendah dan lebih hina perilakunya daripada binatang-binatang. Terkadang ketika seorang memaki orang lain: “Binatang!”, orang itu marah sekali dan orang yang memaki itu berfikir ia sedang menghina orang lain itu, padahal ia sedang menghina dirinya sendiri dan menghina semua binatang di seluruh dunia. Binatang tidak serusak manusia. Binatang setelah makan kenyang, tidak makan lagi, tetapi manusia setelah menipu satu masih kurang dan sekalipun sudah kenyang masih tetap kurang kenyang. Kita jauh lebih melarat daripada binatang.

Dosa itu apa? Dosa adalah pelanggaran hukum. Hukum itu apa? Hukum adalah aturan yang diakui oleh negara pada zaman ini. Hukum yang berlaku harus kita hormati, harus kita jalankan, karena kalau tidak kita akan dibawa ke pengadilan. Ini dosa, tetapi menurut Alkitab pengertian ini masih terlalu sederhana dan terlalu dangkal. Oleh karena itu, Alkitab membawa kita kepada pengertian-pengertian yang jauh lebih mendalam. Alkitab mencatat tujuh pengertian-pengertian besar tentang dosa. Salah satunya adalah pelanggaran Taurat atau pelanggaran hukum, seperti yang kita lihat di sini.

bersambung…

SUMBER :
Nama buku : Yesus Kristus Juruselamat Dunia
Sub Judul : Keharusan Keselamatan : Dosa
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2004
Halaman : 25 – 54