Jesus PrayDoa Bapa Kami penting, karena secara hakikat dan sifatnya, memiliki perbedaan kualitatif dengan semua doa di sepanjang sejarah dan dari semua agama. Tidak pernah ada doa yang mencapai mutu doa seperti yang Tuhan Yesus ajarkan ini. Manusia berdoa dengan naluri manusia secara individual, natural, dan semaunya sendiri, sehingga manusia berdoa tanpa prinsip, jalur, pengaturan, dan pengajaran yang benar. Dalam doa Kristen diajarkan bahwa Tuhan Yesus, Anak Allah yang tunggal, yang berinkarnasi, memimpin kita kembali kepada Allah. Kita berdoa dengan prinsip yang diajarkan oleh Tuhan untuk kita bisa kembali kepada Tuhan.

Di Alkitab dicatat bagaimana nabi-nabi Baal berdoa sambil memukul dan menoreh diri dengan pisau dan batu, tetapi akhirnya doa mereka tidak didengar dan tidak ada api yang turun membakar korban mereka. Akhirnya mereka berhenti berdoa dengan kecewa. Setelah itu Elia berkata, “Hai bangsa Israel, datanglah mendekat!” Elia memanggil umat Israel, meninggalkan mezbah Baal dan datang ke mezbah Tuhan. Kemudian Elia menengadah dan berkata, “Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, …” Elia berdoa jelas kepada siapa. Ia menyebutkan Allah itu Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Ia berdoa, “Nyatakanlah kepada umat-Mu bahwa Engkau ialah Allah, dan nyatakanlah kepada mereka bahwa aku ini hamba-Mu.” Dua kalimat ini sangat menggerakkan saya. Elia tidak ingin menjadi terkenal. Ia minta Allah menyatakan diri, dan dia hanyalah hamba Allah. Selesai Elia berdoa, api dari langit menghanguskan korban bakaran yang sudah disiram air itu. Orang baru tahu bahwa Yahweh ialah Allah, Baal bukan Allah, dan kebangunan rohani terjadi. Doa yang penting dan sejati membangun pekerjaan Tuhan, membawa kembali umat Tuhan. Doa ini merupakan doa yang digerakkan Tuhan untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja membangun gereja dan umat-Nya. Doa yang benar dan yang tidak benar berbeda secara kualitatif. Banyak orang Kristen ketika melihat orang kafir berdoa dengan sungguh-sungguh mulai menjadi minder dan merasa diri tidak beres. Banyak orang Kristen yang kurang berdoa. Tetapi ketika orang kafir berdoa sungguh-sungguh, bukan berarti menunjukkan doa mereka lebih baik. Mereka berdoa dengan sungguh, tetapi tanpa mengenal dengan sungguh siapa Allah yang kepada-Nya mereka berdoa. Mereka hanya berdoa dengan pikiran positif yang mereka anggap penting, yaitu meminta apa yang mereka rasa perlu. Pikirannya: “Aku terbatas, datang kepada Dia yang tidak terbatas, berdoa meminta apa yang aku inginkan, dan Dia yang tidak terbatas harus mendengar dan memenuhi apa yang saya butuhkan.” Inilah gejala doa dari berbagai agama. Makin merasa perlu, makin merasa kurang, mereka makin sungguh-sungguh dan merasa dekat dengan Tuhan. Cara pendekatan mereka kepada Tuhan melalui berbagai upacara, ritual, doa, dan kegiatan agama bersama, akhirnya tanpa sadar telah menimbulkan efek samping di mana mereka menjadi sombong dan merasa lebih rohani dari orang lain.

Di dalam doa yang salah, kita bukan saja bersalah kepada Tuhan, kepada diri, tetapi juga jatuh ke dalam dosa kesombongan. Kita merasa diri lebih tinggi dan bahkan menganggap diri seperti Allah. Salah satu bahaya dan kejahatan yang paling berani dilakukan manusia justru dilakukan oleh pemimpin-pemimpin agama. Seperti pada era Revolusi Perancis tahun 1789, di Paris ada kalimat, “Dunia ini mana mungkin damai dan aman, kecuali kita memakai usus kardinal yang terakhir di dunia untuk mengikat, memeras, dan membunuh Paus terakhir di dunia.” Itu berarti mereka begitu membenci pemimpin agama sampai ke tulang sumsum. Saat itu, para kardinal dan pemimpin-pemimpin gereja sedemikian bersekongkol dengan orang-orang kaya yang jahat dan mereka lebih mementingkan uang ketimbang kerohanian. Ketika beribadah mereka berada di tempat paling tinggi seperti seorang paling rohani di dunia, tetapi kejahatan mereka tidak kalah jahat dengan orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Saat ini Eropa menjadi sekuler akibat benih yang ditanam oleh kepura-puraan agama, yang kini telah berbuah. Eropa yang pernah menjadi pusat agama Kristen kini telah mengalami Post-Christian Era (masa pasca-kekristenan). Erosi, penggerogotan akibat kekristenan palsu, kurangnya motivasi yang suci, dan kurangnya niat yang bersih untuk mengikut Tuhan telah menghancurkan kerohanian masyarakat di Eropa. Itu sebabnya Tuhan Yesus harus mengajarkan kepada manusia bagaimana berdoa. Apakah kita telah sungguh-sungguh tahu kepada siapa kita berdoa?

Alkitab berkata, “Kuduskanlah nama-Mu.” Tuhan yang suci harus dikuduskan. Ia tidak perlu dikuduskan oleh manusia, karena Ia kudus pada diri-Nya. Tetapi orang Kristen yang mencintai Tuhan dan menjadi anak Tuhan selalu mengharapkan nama Tuhan dikuduskan di dalam diri setiap manusia, seperti Tuhan telah dikuduskan di dalam hati kita masing-masing. Bukan karena ada orang yang menguduskan, barulah Allah menjadi kudus. Allah memang kudus, adil, suci, setia, pemurah, penuh kebajikan, dan cinta kasih ada di dalam diri-Nya, yang tidak pernah berubah dari kekal sampai kekal. Semua orang yang mengenal Tuhan harus berdoa agar Tuhan juga dikenal oleh orang lain. Semua orang yang tahu Tuhan itu suci harus mengharapkan Tuhan juga dikuduskan oleh orang lain. Ada agama yang berdoa kepada allah yang mereka anggap supranatural, tidak terbatas, lebih dari alam, dan di atas dirinya sendiri. Tetapi ada juga agama yang tidak memiliki pengertian Allah secara khusus. Agama seperti ini tidak percaya ada Allah di luar tetapi percaya bahwa ada sifat di dalam diri yang merupakan sifat Allah. Ini sebenarnya adalah agama atheis. Maka, agama-agama seperti ini bukan berdoa kepada Allah di sorga, tetapi mereka menutup mata, melipat tangan, dan diam merenung tentang dirinya sendiri. Agama seperti ini tidak menghormati Allah yang sejati karena ia merasa sudah begitu sempurna dan mendapatkan kehormatan dan kesempurnaan diri di mana “di langit atas dan di bumi bawah, akulah yang paling terhormat”. Hal seperti ini mirip dengan suatu bentuk aktualisasi diri. Maka tujuan agama di sini adalah aku harus menyatakan diri, mengaktualisasikan diri, mengekspresikan diri, mencapai diri yang maksimal melalui meditasi yang dalam. Saat itulah seseorang akan mencapai kesempurnaan. Di saat seseorang sudah sempurna, engkau tidak perlu lagi berdoa karena engkau sudah memiliki sifat ilahi itu secara sempurna di dalam diri. Jadi, mereka tidak berdoa kepada Bapa di sorga, tetapi kepada diri di dalam.

Di dalam ajaran Agustinus ada kalimat yang seperti mirip, “Allah dicari di mana? Aku mencari Engkau di luar, akhirnya aku sadar bahwa Engkau ada di dalam aku, maka aku berputar arah dari mencari Tuhan di luar menjadi mencari Tuhan di dalam. Ketika aku mencari Allah yang berada di dalam diriku, akhirnya kutemukan Engkau lebih dalam dari sedalam-dalamnya aku, sehingga aku takluk kepada-Mu.” Di dalam buku Tiongkok kuno ada batasan menjadikan luar dan dalam, dan kalimat menakutkan di dalam filsafat Tionghoa yaitu “Besar sampai tidak ada luarnya, kecil sampai tidak ada dalamnya.” Ini menggambarkan ketidakterbatasan yang melampaui kemungkinan kita berpikir. Ketika kita berada di dalam lingkup penghitungan, kita berada di dalam lingkaran yang dapat dihitung. Kita bisa menghitung mulai dari nol ke atas (plus) atau ke bawah (minus). Tetapi jika minus diteruskan kita tidak tahu batasnya di mana, demikian pula ketika plus diteruskan kita tidak tahu selesai di mana. Tetapi bagaimanapun besar atau kecil, itu masih bisa diukur, karena itu bersifat terbatas. Namun, di dalam kerohanian, kita melampaui semua pengertian penghitungan. Ketika agama ingin mencapai aktualisasi diri yang paling maksimal, di mana mendapatkan sifat agama di dalam diri yang diperkembangkan sampai tidak terbatas, maka akhirnya engkau akan mencapai kesempurnaan tanpa keinginan, tanpa nafsu, dan kemurnian sempurna. Inilah tujuan akhir kehidupan. Hal seperti ini tidak ada dalam Doa Bapa Kami.

Dalam Doa Bapa Kami, saya adalah saya, Allah adalah Allah. Saya yang dicipta, Allah yang menciptakan saya. Maka saya sedang berdoa kepada Allah yang menciptakan saya. Saya di sini, berdoa kepada Allah di sana; saya di bumi berdoa kepada Allah di sorga. Maka selalu ada perbedaan kualitatif (qualitative difference) yang membedakan antara Dia yang tidak terbatas dan saya yang terbatas, di mana saya membutuhkan Dia, dan saya harus datang kepada-Nya. Ketika engkau berdoa kepada Tuhan, engkau berdoa kepada The Holy Other, yaitu Dia yang sama sekali berbeda, yang lebih tinggi darimu, yang bukan dipengaruhi olehmu, apalagi diciptakan olehmu. Kalau tidak demikian, tanpa sadar agama adalah upaya manusia menciptakan allah bagi dirinya lalu berdoa kepada allah yang ia ciptakan. Kekristenan tidak demikian. Kekristenan berdoa kepada Allah yang mencipta. Allah itu adalah Allah yang melindungi dan memberikan kasih-Nya kepada saya, tetapi juga pada suatu hari akan mengadili saya. Ia akan menyempurnakan saya jika saya hidup mengikuti prinsip dan ajaran-Nya, belajar di dalam diri Yesus. Dan di lain pihak, Ia akan menghancurkan mereka yang tidak datang kepada-Nya, yang hidup egois mengikuti diri sendiri, tidak mau menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Kristus untuk menjadi murid-Nya.

Di dalam hubungan kita dengan Pribadi yang Terbesar, dosa akan merintangi dan memutuskan hubungan kita sehingga doa kita tidak didengar dan anugerah-Nya tidak menjawab kita. Kita menjadi terisolasi. Itu sebab Yesus mengajarkan, “Lepaskan kami dari si jahat.” Jangan pernah berharap di dunia ini ada satu inci tempat di mana tidak ada dosa dan perselisihan. Jangan pernah berharap di dunia ini ada tempat seperti sorga atau Firdaus. Engkau hanya bisa berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.” Itu berarti already and not yet (sudah dan belum). Secara posisi dan hakikat, Tuhan sudah menjanjikan Kerajaan-Nya kepada kita, tetapi secara wujud, Kerajaan itu belum tiba. Kita harus terus berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.” Sebelum Kerajaan itu datang, bumi ini tidak mungkin ada daerah yang bersih sempurna, masyarakat yang tidak berdosa, tidak ada konflik, tidak ada permusuhan. Sejak pertama kali Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah langsung memberi tahu bahwa akan terus ada konflik antara keturunan perempuan dan keturunan ular. Itu akan terus terjadi sampai Yesus datang kembali. Ini bukan prediksi, tetapi pernyataan Tuhan, nubuat Tuhan Allah sendiri, yang memberi tahu kepada kita bagaimana orang Kristen hidup di dunia ini.

Ketika ada satu orang menang, yang kalah akan segera memusuhi. Perlawanan terus berlangsung dan tidak habis-habisnya. Jangan pernah berharap ada satu hari di mana seluruh kebajikan akan menang, pihak yang terang akan menghabisi pihak yang gelap sehingga sama sekali tidak ada kegelapan lagi, karena permusuhan akan terus terjadi hingga hari kiamat. Orang Kristen bukan Zoroasterism, Manichaeism, Dualism, tetapi kita percaya bahwa kedua unsur ini terus ada sampai pada hari terakhir di mana Tuhan sendiri yang akan mengalahkan kegelapan dan memenangkan semua hal. Sebelum Tuhan mengalahkan kegelapan, kita berdoa kepada Tuhan, “Lepaskan aku dari yang jahat.”

1 Yohanes 5:19 mengatakan: “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” Tidak ada satu pun agama yang mengerti kalimat ini, tidak ada satu pun pendiri agama yang bisa membatalkan hal ini. Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat. Kita berada di dunia yang untuk sementara ini dikuasai oleh setan. Setan memiliki hak yang diberikan oleh Tuhan untuk sementara boleh menguasai sekian banyak orang di dunia. Ketika engkau menjadi Kristen, percaya kepada Tuhan Yesus, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, mengakui dosamu dan diberikan hidup yang baru, maka engkau menjadi salah satu orang yang paling berbahagia, yang dipilih oleh Tuhan menjadi kaum pilihan-Nya, keluar dari jerat dan kejahatan dunia ini. Tuhan Yesus berkata di dalam Yohanes 17:15, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.” Orang percaya bisa mengalahkan yang jahat dengan iman. Di dalam 1 Yohanes 5:4-5 dikatakan: “Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?” Pergumulan kita di dunia, permusuhan kita dengan setan, tidak pernah berhenti. Tidak ada seorang pun yang memiliki cukup kekuatan untuk melawan siasat setan. Jangan lupa, setan jauh lebih pandai dari manusia. Jika manusia berpengalaman bijaksana berpuluh-puluh tahun, setan berpengalaman ribuan tahun. Jika engkau berharap bersandar pada kepandaian dan pengalamanmu untuk bisa menghancurkan kuasa setan, maka setan akan tertawa dan mempermainkan engkau.

Hari pertama Adam diciptakan dan diletakkan di Taman Eden, hari itu juga setan mulai mengganggu. Tidak ada satu pun tempat di mana tidak ada gangguan Iblis yang membuat kita bisa hidup nyaman. Kita harus diuji oleh Tuhan dan dicobai oleh setan. Tidak ada satu pun yang terkecuali. Kita hidup di antara dua kutub. Orang Kristen hidup susah karena diserang, direbut, dirayu oleh setan dan dipertahankan oleh Tuhan. Tuhan memberikan firman untuk menjagamu dan memberikan janji agar engkau bisa tetap di dalam; tetapi di lain pihak, setan memberikan teori yang lain agar engkau menolak firman dan merebut engkau keluar dari perlindungan Tuhan sehingga engkau bisa diganggu. Kita tidak mungkin hidup netral, sebebas mungkin, dan senantiasa menang, kecuali kita bersandar kepada Tuhan. Maka sebagai orang Kristen, khususnya anggota gereja, saya minta setiap saat rendah hati, bersandar kepada Tuhan, minta kekuatan Tuhan, dan mau senantiasa berada di pangkuan Tuhan. Janganlah kalian menganggap diri cukup lalu menjadi sombong dan meninggalkan Tuhan.

Tuhan mengizinkan semua hal ini terjadi agar melalui setiap ujian, iman kita disempurnakan, dan melalui setiap pencobaan, kita bisa menjadi pemenang. Jika kita tidak pernah diuji dan menang atas pencobaan, kesempurnaan yang kita miliki adalah kesempurnaan yang belum matang, yang belum teruji, dan palsu. Kesempurnaan sejati adalah ketika kita meneladani Yesus, yang sekalipun adalah Anak Allah, tetap dicobai dan menderita, agar melalui penderitaan yang sengit Ia belajar taat kepada Bapa dan nyata kesempurnaan-Nya.

Ketika Adam berbuat dosa, Tuhan langsung memanggil dia, “Adam, di manakah engkau?” Adam telah meninggalkan posisi yang Allah tetapkan dan tempat yang Tuhan sediakan untuk ia bisa menjadi saksi Tuhan. Kini Adam bersekongkol dan memihak setan untuk melawan Tuhan. Setelah Adam berdosa ada empat hal yang nyata: 1) takut; 2) menyangkal kewajiban; 3) menutupi dosa; 4) mempersalahkan orang lain. Ini adalah gejala yang dilakukan setiap orang yang berdosa.

  • Reaksi pertama setelah engkau berdosa adalah perasaan takut. Manusia takut hukuman Tuhan, padahal Tuhan bukan menciptakan engkau untuk dihukum, melainkan diberikan anugerah, keselamatan, dan berkat untuk dinikmati.
  • Kedua, setelah berdosa, manusia selalu takut kepada Tuhan lalu tidak mau mengakui kewajibannya, tidak mau mengakui kesalahannya, melarikan diri dari tuduhan, menindas teriakan hati nurani, dan berusaha membuat alasan untuk menutup kemungkinan dihukum. Dosa dibongkar oleh Roh Kudus, dan ini cara Tuhan. Ketika engkau berdosa, engkau takut dan menutupi dosamu, ketahuilah bahwa Allah tidak bisa ditipu manusia.
  • Manusia mudah ditipu oleh Iblis dengan theologi yang salah, dengan Theologi Kemakmuran, Theologi Sukses, Theologi Kekayaan, dan akibatnya setiap kali ada kesulitan atau dosa, manusia mempersalahkan setan dan setiap ada berkat selalu dianggap dari Tuhan. Kita tidak boleh ditipu, banyak berkat, kekayaan, keuntungan yang sangat mungkin dari setan, dan sebaliknya banyak kesulitan, kerugian yang mungkin dari Allah. Jika engkau tidak mempunyai perasaan yang suci di hadapan Tuhan, hidup mengabdi dan taat kepada Dia, engkau sering dibutakan oleh Iblis.
  • Tuhan berkata, “Adam, di mana engkau?” Dan setelah Adam keluar, Allah bertanya, “Mengapa engkau makan buah yang Aku larang?” Adam mulai mempersalahkan istrinya. Ia berkata, “Perempuan yang Engkau berikan kepadaku, dialah yang memberikan kepadaku.” Inilah reaksi yang keempat, yaitu mempersalahkan orang lain. Jika engkau bersalah, engkau perlu rendah hati, jujur, dan Tuhan akan mengembalikan engkau melalui Roh Kudus ke jalan yang benar. Tetapi jika engkau mulai saling mempersalahkan, suami mempersalahkan istri, istri mempersalahkan suami, anak mempersalahkan orang tua, orang tua mempersalahkan anak, dan semua orang bersalah tidak mau mengaku dan mempersalahkan orang lain, bagaimana dunia masih ada pengharapan?

Tuhan tidak mau berdebat. Ketika Allah bertanya kepada Hawa, Hawa mempersalahkan ular. Semua alasan mereka tidak Tuhan jawab. Tuhan bukan Allah yang suka berdebat dan membela diri, tetapi Tuhan mempunyai hak memberikan hukuman. Tuhan berkata kepada Adam, “Sepanjang hidupmu engkau harus membanting tulang, berpeluh untuk bisa menyambung hidup.” Pria itu harus bekerja berat. Oleh karena itu, para wanita yang di rumah, baik-baiklah dengan suamimu. Ia bekerja berat untuk mencari nafkah, ketika pulang jangan ribut dengan dia. Coba lebih memerhatikan dan mendoakan dia. Wanita juga dihukum oleh Tuhan, dengan kesakitan ia melahirkan anak. Dan kepada ular Tuhan berkata, “Engkau harus merayap di tanah seumur hidupmu.” Hukuman turun ke dunia, mulai benih ular akan menjadi kebencian terhadap benih perempuan, dan benih perempuan tetap harus berusaha dan akhirnya mengalahkan benih ular.

Permusuhan ini sudah ada dan tidak ada seorang pun yang bisa menolak, menyangkal, atau lari darinya. Dunia ini sudah menjadi dunia yang tidak ada solusinya, sampai Kristus datang kembali. Dunia tidak mungkin damai karena ada permusuhan antara keturunan perempuan dan benih ular. Benih ular terus mengintai dan segala gerakan Tuhan akan dihancurkan. Sebelum engkau menjadi Kristen, Tuhan tidak memusuhimu karena Ia mengasihi dunia, setan juga tidak memusuhi engkau karena ia mau merayu engkau menjadi miliknya. Tetapi setelah engkau menjadi Kristen, Allah tidak mengizinkan engkau menyeleweng dan setan tidak mengizinkan engkau menaati Tuhan, sehingga engkau mulai mengalami kesulitan.

Barang siapa menjadi Kristen sejati, ia harus menyangkal diri, tidak lagi egois, dan mulai belajar mengikut Tuhan, memikul salib, sedia dianiaya, barulah ia bisa masuk Kerajaan Allah. Barang siapa mau hidup beribadah kepada Tuhan, dia akan menderita aniaya (2Tim. 3:12) dan ia akan dibenci oleh dunia. Yesus berkata, “Mereka membenci engkau karena sebelumnya mereka sudah membenci Aku terlebih dahulu” (Yoh. 15:18).

Di dalam 1 Yohanes 5:19 dikatakan: “… seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” Setan tidak akan melepaskan manusia. Siapa yang diciptakan menurut peta teladan Allah dan menjadi saksi Kristus akan menjadi mangsa dan sasaran serangan Iblis. Maka engkau perlu berdoa, “Lepaskan aku dari yang jahat.” Inilah doa yang mengakhiri semua doa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada orang Kristen. Tuhan mengajarkan empat hal yang harus kita doakan: 1) engkau dan kebutuhan materi; 2) engkau dan relasi antar manusia; 3) engkau dan pencobaan yang menjatuhkan engkau; dan 4) engkau dan rencana Tuhan dalam kekekalan. Setan tidak tinggal diam, tidak membiarkan engkau sukses, lancar, dan tidak ada gangguan. Ia akan terus mengganggu. Kita bersandar terus pada Tuhan. Si jahat itu bukan Kristen, tetapi dia yang menipu Adam dan Hawa. Jangan kita memusuhi siapa pun yang Kristen, tetapi memusuhi mereka yang di dalam dunia roh yang mengganggu Gereja-Nya. Amin.

Sumber :https://www.buletinpillar.org/transkrip/doa-bapa-kami-bagian-13-lepaskanlah-kami-dari-pada-yang-jahat-1

Artikel Terkait :