kingdom-of-godPENDAHULUAN

Tema “Kerajaan Allah” adalah satu tema yang sangat besar, demikian juga tema “Gereja” dan tema “Pelayanan” merupakan tema yang sangat luas dan mencakup banyak aspek di dalamnya. Oleh karena itu, kita tidak melihat semuanya secara menyeluruh dan mendetail. Namun, kita akan lebih menyoroti prinsip-prinsip penting dari setiap tema, lalu melihat hubungan satu persatu dengan sebaik mungkin.

Tidak banyak kesempatan untuk kita bisa melihat relasi antara ketiga tema besar ini dengan teliti dan mendalam. Kita hidup di dunia ini dengan banyak anugerah yang bukan merupakan pilihan kita sendiri. Kita tidak bisa meminta dilahirkan di dunia ini dan kita pun tidak bisa mengetahui alasan mengapa kita dilahirkan di zaman ini. Tidak ada orang yang tahu berapa lama kita hidup dan bilamana kita harus pergi dari dunia ini. Kita berada di dalam satu masyarakat dan zaman di mana waktu dan ruang membatasi kita. Kita berada di dalam masyarakat, zaman, dan lingkungan yang bukan merupakan hasil pilihan kita. Di lain pihak, kita justru dipengaruhi oleh masyarakat di sekeliling kita. Dalam hal ini, akhirnya terbentuk suatu kekuasaan, suatu pemerintahan, suatu negara, suatu kerajaan.

Di dalam dunia ini, kita harus mencari kerajaan yang dari Tuhan Allah sendiri. Itu sebabnya, di dalam dunia ini, kita bukan sekedar menanti Kristus datang kembali, lalu kita berubah, dijemput dan masuk ke sorga untuk menikmati segala kemuliaan dan segala kenikmatan sorgawi untuk selama-lamanya saja, tetapi kita harus menjadi saksi Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya, karena kita adalah warga negara Sorga, yang telah mengirim kita menjadi wakil-Nya di dunia ini. Itu sebabnya, setiap orang Kristen harus mengerti apa itu Kerajaan Allah, apa hubungannya antara Kerajaan Allah dengan Gereja.

Gereja sering dihubungkan hanya dengan sebuah gedung di mana di dalamnya ada mimbar, ada koor, ada pendeta, ada majelis, dan ada orang-orang yang berbakti. Itulah yang sering dimengerti sebagai gereja.

Apakah artinya Gereja? Apa artinya Dunia? Apa hubungan antara Gereja dengan Kerajaan Allah? Apa hubungan Kerajaan Allah dan kerajaan Dunia? Dan apa hubungan antara manusia yang ada di dalam kerajaan Dunia, namun pada saat yang sama bisa berdoa dan berada di dalam Kerajaan Sorga? Semuanya ini merupakan pertanyaan yang sangat penting.

Sebagai seorang Kristen, kita tidak boleh menjadi orang yang hanya sekedar mengikuti kebaktian. Begitu banyak orang Kristen yang hanya menerima pengajaran di Gereja satu kali dalam satu minggu, di mana terkadang khotbahnya sedemikian dangkal dan singkat, sehingga sepanjang tahun mendengarkan khotbah, tidak banyak hal penting sebenarnya yang telah ia pelajari dari Kitab Suci.

————————————————-

BAB I :

KERAJAAN ALLAH (1)

Setiap kali kita merenungkan istilah-istilah “Kerajaan Allah”, “Gereja”, dan “Pelayanan”, kita perlu menyadari betapa serius dan pentingnya makna yang terkandung di balik istilah-istilah tersebut. Kita harus menghadapi dan memikirkannya dengan gentar. Barangsiapa berani menghina dan mencemooh pemerintah Indoensia, pastilah ia tidak akan dibiarkan oleh pemerintah yang berdaulat di negara ini. Memang di dalam kerajaan dunia, banyak hal yang sekalipun tidak perlu dicemooh, sebenarnya telah menghina dirinya sendiri, dan tidak bermakna. Banyak kerusakan dan ketidak-beresan yang kita tahu dan alami di dalam negara dunia. Tetapi di dalam negara dunia yang penuh dengan korupsi, penghinaan, penyelewengan kekuasaan pun tidak boleh dihina dengan sembarangan, apalagi terhadap Kerajaan Allah.

Membicarakan tentang Kerajaan Allah adalah hal yang sangat serius. Kita perlu memikirkan dengan sangat hormat, dengan penuh hikmat, dengan hati yang takut akan Tuhan, tentang tema Kerajaan Allah ini.

A. SIGNIFIKASI KERAJAAN ALLAH

Mengapa tema ini sedemikian penting untuk kita pelajari? Kita tidak boleh lupa bahwa salah satu tema di dalam Alkitab adalah tema tentang “Kerajaan Allah di dunia ini”. Berita dari Tuhan Yesus Kristus yang paling penting bukan Yohanes 3:16, seperti yang banyak didengungkan oleh kaum Injili, tetapi tema yang paling sering diberitakan dan ditekankan oleh Kristus adalah tentang “Kerajaan Allah”.

Kita yang sudah terbiasa di dalam gereja Injili menerima Yohanes 3:16 sebagai fokus dan pusat seluruh pemberitaan Kitab Suci. Akibatnya, seluruh pemberitaan Yesus yang lain, yang dinyatakan oleh Alkitab, kita anggap kurang penting. Tetapi kita tidak boleh mengabarkan bahwa perkataan pertama yang Yesus teriakkan ketika Ia mulai menjalankan tugas pelayanan-Nya di dunia ini adalah, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17). Sebelum Ia naik ke sorga, maka kalimat terakhir yang ditanyakan murid-murid-Nya adalah, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” dan Yesus menjawab, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:6-8).

Di sini kita melihat bahwa dari sejak permulaan pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menekankan bahwa Kerajaan itu akan datang dan pada akhir pelayanan-Nya, Yesus kembali menekankan bahwa Kerajaan ini akan diberitakan mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Kita melihat adanya benang mereah dari awal sampai akhir rencana Allah bagi dunia ini, untuk menegakkan suatu kuasa, suatu pemerintahan, suatu takhta, suatu kerajaan, yang disebut sebagai Kerajaan Sorga.

Namun, kini kita perlu mempelajari apa tujuan pokok Allah di dalam berlangsungnya proses pembentukan Kerajaan Allah. Kebanyakan orang hanya melihat dunia ini, mementingkan masyarakjat pada saat ini, dan hanya mengejar materi yang diperoleh dari dunia yang dicipta secara material dan fana ini. Sedikit sekali orang yang mencari, menuntut dan berdoa bagi Kerajaan Allah. Oleh karena itu orang Kristen diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk berdoa mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya terlebih dahulu, maka semua yang ia perlukan baru akan ditambahkan kepadanya oleh Tuhan (Matius 6:33). Kalimat-kalimat seperti ini sudah terlalu lama kita abaikan. Marilah saat ini kita berdoa, minta Tuhan membawa dan menarik kita kembali ke arah dan tujuan yang ditetapkan oleh Tuhan dan bukan oleh diri kita sendiri.

B. ALLAH DAN KERAJAAN-NYA

Bagaimana kita bisa mengenal Kerajaan Allah? Pertama-tama kita harus mengerti Allah itu Raja adanya. Ia adalah Raja yang lebih besar dari raja-raja mana pun juga. Allah Yehovah adalah Raja, begitu banyak dinyatakan di dalam Alkitab. [Di dalam Alkitab terbitan LAI, maka kata “Yehovah” diterjemahkan sebagai “TUHAN” dengan huruf besar yang dikecilkan; lihat: Mazmur10:16; 24:7-8; 29:10; 47:8; 74:12; 95:3; dll.]. Kalimat yang muncul dari mulut manusia ini menunjukkan bahwa orang itu telah melihat suatu fakta yang tidak atau belum dilihat oleh banyak orang lain. Banyak orang melihat takhta dunia, kerajaan dunia; tetapi siapakah yang bisa melihat takhta yang di atas dunia dan Raja di atas semua raja di dunia?

Di dalam dunia ini ada raja kecil, ada raja besar. Raja-raja yang besar menaklukkan raja-raja kecil dengan dua cara, yaitu: (1) yang setuju menaklukkan diri diperbolehkan menjadi raja boneka, raja di bawah kekuasaan raja besar, memberikan emas dan upeti, serta menjalankan kehendak raja yang besar; atau (2) yang tidak setuju akan diserbu, ditaklukkan, dibunuih dan seluruh milik serta kerajaannya akan dirampas, termasuk ratu, harta benda, tanah, dan semua miliknya. Raja yang besar dan sudah menaklukkan raja-raja kecil ini di sebut sebagai raja di atas raja-raja (Inggris: king of kings). Istilah ini dipakai di dalam Alkitab untuk Nebukadnezar.

Raja Nebukadnezar di zamannya mempunyai kekuasaan yang sangat besar, dengan ambisinya ia menaklukkan semua kerajaan-kerajaan di sekelilingnya, sehingga wilayah kekuasaannya meluas dan semua raja di sekelilingnya takluk kepadanya. Dengan ini ia disebut sebagai raja di atas segala raja (king of kings). Tetapi justru raja di atas segala raja ini, dari mulutnya mengaku bahwa Yehovah adalah Raja di atasnya, dan Yehovah memiliki kekuasan yang tertinggi (Daniel 4:34-37). Hal seperti ini seringkali dilupakan oleh orang Kristen.

Pada saat kita melihat satu pemerintahan berganti dengan pemerintahan yang lain, satu presiden berganti dengan presiden yang lain, kita akan menyadari bahwa tidak ada takhta yang kekal di dunia ini. Raja yang ada di dunia ini tidak bisa tidak tergoncangkan. Tetapi seharusnya orang Kristen menyadari apa yang diajarkan oleh Alkitab, bahwa Tuhan Allah telah memakai mulut raja di atas segala raja yang lain untuk membuktikan bahwa Yehovah adalah Allah yang tertinggi, dan kuasa-Nya melampaui semua kuasa di dunia ini.

Mengapa banyak orang Klristen di dunia hidup berkompromi? Mengapa banyak orang Kristen ketika harus menghadapi banyak kesulitan, mereka takluk kepada jalan dunia? Mengapa ketika dianiaya kita tidak lagi berani mengakui Tuhan? Mengapa ketika berada di dalam situasi terjepit tidak mau bersandar pada kuasa Tuhan? Bahkan untuk uang saja, di dalam kesulitan kita cenderung seperti Yudas, yang mau menjual Tuhan kita? Hal ini kita lakukan karena kita tidak sadar bahwa Ia adalah Raja Yehovah yang memiliki kuasa tertinggi.

Ketika kita membicarakan tentang Kerajaan Allah, marilah kita terlebih dahulu menyadari bahwa Tuhan kita adalah Raja yang tertinggi. Diperlukan mata rohani yang menembus awan, menembus pembatasan dunia, menembus segala kuasa-kuasa yang fana ini, untuk bisa terus melihat dan menemukan takhta di atas yang tak tergoncangkan tersebut. Di sini kita melihat rahasia pada nabi dan para rasul, mengapa mereka bisa berdiri tegak dan tidak berkompromi, sampai mati pun mereka tetap setia, karena mereka mampu melihat menembus awan, menuju ke takhta yang tertinggi, di mana “Rajaku bertakhta di sana, dan Tuhanku adalah Raja atas alam semesta ini.”

Siapakah Stalin? Siapakah Napoleon? Siapakah Mao Ze Dong? Siapakah Soeharto? Siapakah Marcos? Mereka hanyalah manusia yang suatu hari pasti harus turun dari takhta mereka, tetapi Tuhan adalah Raja yang bertakhta selama-lamanya. Kerajaan-Nya tidak pernah berakhir dan tidak bisa tergoncangkan, karena Ia adalah Allah yang kekal. Melalui pijakan ini, iman kita mulai bisa ditegakkan untuk hidup sebagai orang Kristen yang bertanggung jawab.

Kita harus hidup di dalam dunia ini? Ya.

Kita harus menghadapi masalah-masalah pemerintahan dan politik? Ya.

Tetapi, apa yang harus kita lakukan jika pada saat kita harus patuh pada penguasa-penguasa pemerintahan, tetapi iman kita diganggu oleh kuasa pemerintahan?

Di sini kita harus mempunyai prinsip, bagaimana kita harus berespon menghadapi kesulitan-kesulitan dalam diri kita. Dan pada saat demikian, bagaimana iman kita bekerja? Bekerja dengan cara apa? Apakah bekerja menurut prinsip wahyu Tuhan atau bagaimana? Dan seberapa jauh kita patuh pada prinsip firman Tuhan yang telah diwahyukan kepada kita?

C. PERANAN ALLAH DALAM KERAJAAN-NYA

Kini kita perlu melihat hal-hal apa yang menjadikan Tuhan Allah berhak dan layak disebut sebagai Raja di atas segala raja di dalam Kerajaan yang lebih tinggi dari kerajaan dunia manapun.

1. Pencipta Alam

Alkitab mengatakan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Tuhan adalah Tuhan yang menciptakan yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Ia adalah Pencipta segala sesuatu. Ia menciptakan yang berwujud dan yang tidak berwujud.

Seorang bertanya kepada saya, “Apakah benar Tuhan adalah Pencipta waktu dan ruang; dan Ia sendiri berada di luar waktu dan ruang?” Saya sadar ini pertanyaan yang sangat penting. Jika Allah melampaui ruang dan waktu, maka Ia berada di luar ruang dan waktu; dan itu berarti Allah berposisi di atas dan lebih tinggi dari ruang dan waktu. Namun, jika kita mengatakan bahwa ruang dan waktu juga diciptakan oleh Tuihan, di Alkitab tidak ada satu ayat pun yang mengatakan “Tuhan menciptakan ruang”. Kalau dikatakan Allah menciptakan waktu, tidak ada ayat mengatakan “Tuhan menciptakan waktu”. Di sini kita kesulitan untuk mendapatkan ayat-ayat yang menunjang konsep itu secara langsung.

Saya menjawab dengan pertanyaan kembali: “Selain Tuhan Allah, apakah ada hal lain yang tidak perlu diciptakan?” Saya menantang kembali persoalan penciptaan ini. Di sini kita melihat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (creatio-ex-nihilo). Di dalam Kitab Suci kita mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya Oknum yang menciptakan dari ketiadaan menjadi ada.

Apakah “ruang” itu ada? Ruang dianggap tidak ada karena “yang ada” selalu berada di dalam ruang. Misalnya: “Kitab Suci” berada di dalam ruang. Maka, yang ada adalah :”Kitab Suci”, sementara ruang di mana Kitab Suci itu berada dianggap tidak ada. Hal ini tidak tepat, karena “ruang” menjadi lokasi di mana Kitab Suci itu dapat ditemukan. Jadi “ruang” itu merupakan kurun (container) di mana Kitab Suci atau benda-benda lain bisa berlokasi. Maka ”ruang” itu harus ada, dan jika tidak ada ruang, maka semua benda tadi tidak bisa diletakkan. Jadi ruang merupakan keberadaan, tetapi di dalam kategori yang tidak bisa dilihat atau tidak berwujud.

Waktu lebih rumit lagi, karena selain tidak bisa dilihat, waktu juga tidak bisa dijamah atau dimengerti seperti ruang. Namun keduanya itu ada. Maka tempat (container) ini dibutuhkan untuk meletakkan benda.

Ketika benda yang berbentuk tiga dimensi bergerak, maka ruang menjadi suatu yang ada dalam format tiga dimensi, dan untuk bergerak dibutuhkan dimensi yang keemp-at, yaitu waktu. Einstein mengatakan bahwa “waktu adalah dimensi ke-empat.” Seorang yang sudah mendapoatkan gelar Doktor dari Harvard University dan belajar di Reformed Institute di Washington DC., mengatakan bahwa berbagai dimensi di dunia ini terus dipelajari dan ada yang mengusulkan sampai 76 dimensi. Saya sangat terkejut karena pada umumnya kita hanya mengenal tiga dimensi. Einstein melihat dimensi ke-empat sebagai suatu keharusan mutlak (absolute necessity) bagi pergerakan benda. Gerak merupakan proses yang membutuhkan waktu. [Yonggi Cho dari Korea mengatakan bahwa “hal-hal rohani atau iman merupakan dimensi yang ke-empat” menunjukkan bahwa ia mempunyai pengertian yang sangat dangkal, karena waktu di dalam dunia ilmu pengetahuan telah dimengerti sebagai dimensi ke-empat. Ia menyangka telah menemukan suatu dimensi yang baru dan sangat hebat, padahal sangat sederhana pandangan itu].

Waktu merupakan wadah dan dimensi yang Allah ciptakan, sehingga gerakan dan proses dimungkinkan terjadi di dalam ruang. Dan jika Allah tidak menciptakan hal ini, maka tidak mungkin ada proses di dalam sejarah dan dunia ini.

Ruang dan waktu merupakan ciptaan Allah, dan kemudian Ia menciptakan manusia, serta menempatkannya di trmpat yang akan Ia kunjungi dan waktu yang Ia tetapkan. Dengan demikian, Allah juga menciptakan ruang dan waktu untuk manusia. Hal ini terlihat dalam perdebatan antara Paulus dengan para filsuf di Athena. Di Aeropagus, Paulus menekankan bahwa “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya…..Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang…..Ia telah menetapkan satu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang…..” (Kisah Para Rasul 17:24, 26, 31).

Jadi, ruang dan waktu memang merupakan wadah atau kurun di mana manusia ditempatkan. Di situlah manusia hidup, manusia berproses. Manusia ada. Namun, apakah manusia hanya berada di dalam kedua wadah ini saja? Tidak. Kedua wadah atau kurun ini hanya berlaku bagi hidup sementara manusia di dalam dunia ini saja. Manusia akan memasuki kekekalan. Tetapi, kekekalan Tuhan bukan merupakan perpanjangan waktu, dan ketidak-terbatasan Tuhan bukan perpanjangan dari ruang. Kekekalan Tuhan jauh lebih tinggi secara kualitas dibandingkan dengan ruang dan waktu. Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah Raja, dan Dia menciptakan langit dan bumi. Allah Pencipta ruang dan waktu. Ia menciptakan segala sesuatu, maka Ia adalah Raja Penguasa dan Tuhan atas alam semsta ini.

Kitab Suci orang Kristen dari sejak awal, dari ayat yang pertama pasal pertama, sudah mengatakan bahwa “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Kalimat ini kemudian dikutip oleh orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di bulan. Jika Allah adalah Pencipta, maka pasti tidak ada yang lebih tinggi dari Allah.

Konsep Allah orang Kristen sangat jauh berbeda dari konsep Allah orang Yunani dan Romawi. Konsep Allah Yudaisme dan Kekristenan berbeda dari konsep Allah dari Hinduisme, Konfusianisme, Buddhisme, Sintoisme, dan agama Timur lainnya. Konsep Allah orang Kristen juga sangat berbeda dari konsep Allah Zoroasterisme, yang percaya ada dua dewa yang saling bertentangan. Kita hanya percaya Satu Allah, dan Ia adalah Pencipta alam semesta ini.

Konsep Allah Pencipta tidak muncul di dalam konsep Allah dalam agama-agama Timur, baik dalam Hinduisme atau Buddhisme. Memang Hinduisme percaya Dewa Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara, dan Syiwa adalah perusak. Tetapi konsep pencipta berbeda dengan yang dikenal di dalam Kekristrenan, yaitu menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada.

Di dalam bahasa Ibrani dipakai kata ‘bara’, yang menekankan bahwa penciptaan ini dari yang tidak ada menjadi ada (Kejadian 1:1; 26-27). Ini dibedakan dari kata ‘asah’ dan ‘yashah’, yang berarti dibuat atau dirancang dari yang sudah ada.

Ketika seorang pelukis menciptakan lukisan, konsep ini berbeda dari konsep bara di dalam Perjanjian Lama. Ketika seseorang melukis sebuah lukisan, ia menyampaikan gagasan tertentu untuk menjadi suatu realita di dunia materi, melalui pena, kuas, dan kanvas yang sudah ada terlebih dahulu. Ini bukan ciptaan. Ciptaan adalah dari yang tidak ada menjadi ada. Di sini kita melihat konsep yang sedemikian jernih dan mendalam dari Kekristenan.

Karena Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, maka Allah adalah Pemilik dari semua yang diciptakan-Nya.

2. Pemerintah Semesta

Allah juga adalah Allah yang memerintah dan menguasai segala sesuatu. Konsep ini tidak ada pada agama-agama sekitar Israel. Ketika orang Israel menyembah kepada Yehovah, mereka berada di sekitar orang-orang Filistin, Kanaan, dll., di mana agama-agama mereka tidak memiliki konsep adanya Allah yang tertinggi, yang menguasai seluruh alam semesta. Konsep sedemikian tidak mereka miliki. Mereka memiliki allah-allah atau dewa-dewa suku yang hanya membela suku dan bangsa mereka saja. Maka suku Filistin memiliki dewa Filistin, dan suku yang lain punya dewa yang berbeda, dan tidak ada konsep Allah yang Tunggal, yang menguasai seluruh alam semesta. Di dalam Mazmur 47:3-4,9 dikatakan Allah Yehovah adalah Allah yang menguasai dan memerintah seluruh alam semesta.

3. Pemberi Berkat

Allah bukan hanya saja Pencipta, Pemerintah dan Penguasa alam semsta, tetapi Ia juga adalah Allah Pemberi berkat dan menjadi sumber anugerah bagi seluruh ciptaan-Nya.

Di dalam Mazmur dituliskan satu kalimat, bahwa “ketika Engkau mengulurkan tangan, hewan sudah mendapatkan makanannya.” Saya teringat artikel tentang kesulitan sebuah negara yang sudah miskin lalu kena krisis moneter. Keadaan kebun binatang mereka sangat menyedihkan dan terancam akan tutup. Ketika menghitung-hitung kembali biaya makanan untuk harimau, singa, dll., yang membutuhkan berkilo-kilo daging setiap hari, sungguh merupakan kebutuhan yang memberatkan yang sulit mereka penuhi. Hal ini dapat menyebabkan binatang-binatang mereka mati kelaparan . Tetapi kebun binatang yang besar sekali, di hadapan Tuhan Allah sangatlah kecil. Terlalu mudah bagi-Nya untuk mengulurkan tangan dan memberikan makan kepada semua isinya. Seluruh alam semesta ini mendapoatkan anugerah hanya dari Tuhan.

Siapakah yang membuat seluruh alam semesta bisa berkecukupan? Siapakah yang membuat ekologi bisa berjalan dengan begitu baik? Siapakah yang membuiat alam semesta ini berkelimpahan segala sesuatu? Jawabnya: Tuhan, dengan segala kekayaan dan kelimpahan anugerah-Nya. Allah adalah Pemberi berkat. Ia adalah Pelimpah anugerah yang mengisi seluruh kebutuhan semua yang Ia ciptakan.

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Kerajaan Allah, Gereja & Pelayanan
Sub Judul : Pendahuluan – Bab I : Kerajaan Allah (1)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2011
Halaman : 9 – 20
https://www.facebook.com/Sola-Scriptura-354987984549661/?fref=ts