kingdom-of-godsebelumnya…

B. KERAJAAN ALLAH DAN GEREJA

Kita telah membahas bahwa Allah sudah mempunyai Kerajaan yang terkadang tidak terlalu kelihatan, sehingga kita berharap Kerajaan itu segera datang. Jika kita berdoa agar “Datanglah Kerajaan-Mu”, maka itu belum datang. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa itu “sudah dekat”. Tetapi sampai saat ini sudah melewati 2000 tahun. Tentu ini bukan waktu yang sudah dekat. Jadi kita perlu mengerti “sudah dekat” dengan lebih mendalam lagi.

Yohanes Pembaptis mengatakan, “Kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah kamu.” Dan sampai ia dipenggal seolah dia belum melihat Kerajaan Allah itu datang. Tuhan Yesus meneriakkan “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat” dan Ia dipakukan di atas kayu salib. Dan kini 2000 tahun kemudian, kita masih berdoa “Bapa kami yang di sorga……Datanglah Kerajaan-Mu.” Jadi bilakah Kerajaan Allah datang?

Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus memberitahukan murid-murid-Nya bahwa Kerajaan Allah itu sudah ada di tengah-tengah mereka dan Kerajaan Allah ada di dalam hati mereka. Jadi kalau begitu Kerajaan Allah sudah ada. Dan kalau sudah ada, mengapa dikatakan sudah dekat?

Apakah itu berarti, di awal pelayanan Tuhan Yesus, Kerajaan Allah itu belum datang, lalu di pertengahan pelayanan-Nya Kerajaan Allah itu datang, dan datangnya diam-diam, sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya? Apakah demikian? Alkitab tidak mengatakan demikian. Tidak ada momen yang bisa kita ketahui tentang kedatangan Kerajaan Allah. Masakan Kerajaan Allah tiba tanpa ada momennya, tidak ada upacara yang memisahkan sebelum dan sesudahnya? Ini tidak mungkin. Jika Roh Kudus turun ada momennya, dan Taurat turun juga ada momennya, sangat mustahil jika Kerajaan Allah datang tanpa momen.

Jadi ada dua hal penting:

  • Pertama, ketika Tuhan Yesus mengatakan “Kerajaan Allah itu sudah datang dan sudah ada di dalam hatimu,” kita perlu lebih serius memikirkan mengapa kita bisa tidak mengetahuinya; dan
  • kedua, mengapa ketika Tuhan Yesus diminta untuk mengajarkan berdoa, Dia mengajarkan berdoa “Datanglah Kerajaan-Mu” dan juga “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya”? Kalau memang Kerajaan Allah itu sudah datang, mengapa di suruh untuk mengundang lagi” Dan kalau memang belum datang, mengapa dikatakan sudah datang? Terkadang kita tidak selalu memikirkan hal seperti itu secara teliti, dan kita acuh-tak acuh terhadap kebenaran firman Tuhan.

Jawaban kehadiran Kerajaan Allah adalah: Sudah dan belum (already and not yet). Mengapa dua kata yang berlawanan ini bisa dipadukan? Kerajaan Allah secara status sudah ada, tetapi wujud konkritnya belum ada. Secara status dan adanya orang yang berada di dalam Kerajaan Allah sudah terjadi, tetapi keberadaan Kerajaan Allah secara konkrit dan penuh sempurna masih belum terjadi. Itu sebabnya, di setiap zaman kita masih melihat penduduk Kerajaan Allah masih terus bertambah. Dan setiap orang yang sudah berada di dalam Kerajaan Allah masih tetap harus menanti perwujudan akhir kehadiran Kerajaan Allah itu secara sempurna. Jadi kita diperhitungkan ke dalam keanggotaan Kerajaan Allah, sementara kita tetap masih menantikan hadirnya Kerajaan Allah secara penuh kelak. Ini suatu pemahaman paradoks yang sangat perlu kita mengerti dengan tepat.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah ada di tengah mereka, dan Paulus mengatakan bahwa mereka yang berada di dalam Kerajaan Allah tidak lagi mementingkan makan dan minum, tetapi lebih mengejar sukacita rohani. Orang yang berada di dalam Kerajaan Allah sudah pasti tidak akan hidup mengejar hawa nafsunya. Mereka akan taat pada pimpinan Roh Kudsus dan menanti hadirnya Kerajaan Allah secara sempurna.

Maka kita perlu mengerti beberapa aspek Kerajaan Allah. Kerajaan Allah berarti Allah berkuasa sebagai Raja, dan menguasai semua umat yang dipimpin-Nya. Ini adalah masalah Raja yang berkuasa atas rakyatnya. Jika kalimat definisi ini sudah dimengerti dengan baik, maka kita akan segera mengerti elemen-elemennya, yaitu ada Rajanya, yaitu Allah sendiri dan ada rakyatnya yaitu umat pilihan yang telah ditebus dari dosa.

Barangsiapa, entah berkulit putih ata kuning, hitam atau merah, di mana pun di seluruh dunia, yang berada di bawah pemerintahan Allah, dan yang menjadi anggota keluarga dari Kerajaan Allah, yang dipilih oleh Tuhan, merupakan warga Kerajaan Allah di mana Allah menjadi Rajanya (Wahyu 5:8-10). Inilah yang disebut sebagai anggota Kerajaan Allah yang ditebus oleh Tuhan Yesus Kristrus dan diserahkan kembali kepada Tuhan Allah.

Jadi, Kerajaan Allah ada di atas bumi dengan mencakup segala bangsa dan suku dan kaum. Ini adalah rencana kekal Allah sebelum dunia diciptakan, tetapi baru dilaksanakan setelah dunia diciptakan.

Oleh karena itu, kita perlu menggunakan dua istilah, yaitu: (1) Rencana kekal Allah, dan (2) Pelaksanaan di dalam dinamika sejarah. Kita yang berada di dalam sejarah, tidak bisa melintasi wilayah ini dan masuk ke dalam transendensi dan kekekalan, karena kita memang terkurung, dibatasi oleh ruang dan waktu. Allah yang sudah berencana di dalam kekekalan, mengirim Tuhan Yesus untuk masuk menerobos ke dalam sejarah, berinkarnasi dan melaksanakan keselamatan. Lalu Roh Kudus menggenapkan hal itu di dalam diri orang percaya. Maka rencana kekal itu digenapkan di dalam proses dinamis sejarah.

Di dalam perwujudan ini kita melihat tahapan-tahapan pekerjaan Allah, yaitu:

1. Israelkah Kerajaan Allah?

Allah memilih bangsa Israel sebagai lambang Kerajaan Allah. Orang Israel berbeda dari bangsa-bangsa lain, karena bangsa-bangsa lain tidak dikuasai oleh pemerintahan Tuhan Allah. Bangsa Israel dikuasai oleh pemerintahan Tuhan Allah, sampai ketika mereka menolak teokrasi dan menuju kepada kehidupan kerajaan dunia. Bangsa ini unik, dan disebut sebagai bangsa imamat. Itu berarti di dalam bangsa ini terdapat pelayanan imam.

Imam adalah orang yang berdiri di antara Allah dan manusia dan membawakan aspirasi manusia kepada Allah. Jadi bangsa Israel sebenarnya mempunyai tugas untuk mewakili Tuhan di hadapan semua bangsa, dan mewakili semua bangsa di hadapan Allah. Tugas ini adalah tugas yang sangat mulia. Keluaran 19:6 mengatakan, “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kau katakan kepada orang Israel.”

Ada satu bangsa yang Tuhan tetapkan sebagai Kerajaan Allah untuk menyatakan kesucian Allah di tengah bangsa-bangsa yang najis. Bangsa Israel adalah bangsa yang penting sekali, yang disebut sebagai kerajaan imamat, bangsa yang kudus, di mana Allah menjadi Allah mereka. Mereka harus hidup kudus, karena Allah yang memanggil mereka kudus adanya. Perintah yang ditegakkan di Perjanjian Lama ini terus diberitakan sampai Perjanjian Baru.

Orang Lewi sebelum melayani Tuhan di dalam bait Allah, harus membersihkan diri dan pakaiannya, kalau tidak ia tidak layak untuk melayani Tuhan. Umat Israel harus menjadi umat yang suci. Imam harus menjadi imam yang suci, dan semua yang engkau lakukan harus suci, sehingga engkau layak disebut sebagai bangsa-Ku.

Imam juga berarti pengantara. Orang yang menjadi imam berarti ia menjadi perantara antara Tuhan dan rakyat. Ia mewakili Tuhan memberitakan kebenaran kepada rakyat, dan ketika ia berdoa, ia membawakan aspirasi rakyat kepada Tuhan.

Itulah sebabnya, di dalam kitab Ibrani, Tuhan Yesus disebut sebagai Imam Besar yang telah melampaui semua lapisan batasan, sehingga Ia mengerti semua pergumulan dan kesulitan kita, karena Ia pernah diuji hanya Ia tidak jatuh ke dalam dosa. Itu sebabnya, Yesus berhak menjadi pengantara antara Allah dan manusia, karena Ia adalah imam. Jika kita mempunyai Imam Besar seperti ini, kita harus bersyukur kepada Tuhan. Di sini Israel melambangkan Kerajaan Allah yang berfungsi imam, dan ber-esensi kekudusan.

Kerajaan Allah akan diwakili oleh Israel dengan tiga hal penting:

Pertama, Israel adalah satu-satunya bangsa yang percaya kepada Allah Yang Esa. Di zaman itu tidak ada satu bangsa manapun yang percaya kepada Allah Yang Esa. Ini adalah sumbangsih terbesar Israel di dalam sepanjang sejarah umat manusia. Iman kepercayaan monotheisme datang hanya dari satu-satunya bangsa, yaitu Israel.

Dimulai dari Allah Yehovah yang memanggil Israel: “Akulah Allah Yehovah, satu-satunya Allah yang Esa, maka kasihilah Aku dengan segenap hatimu, segenap pikiranmu, segenap akal budimu, dan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:4). Tuhan itu Allah (Elohim, berbentuk jamak), dan Tuhan itu Esa (Tunggal, yaitu satu kesatuan dan bukan gabungan). Melalui konsep ini, kita melihat konsep Tritunggal. Di dalam bahasa Ibrani, ada konsep tunggal, dual (pasangan), dan ganda. Jadi bentuk ganda bukan dua keatas, tetapi tiga keatas, karena jika dua, memakai bentuk dual. Apakah bisa lebih dari tiga untuk Tuhan Allah ini? Tentu secara angka bisa, namun di dalam mengerti Allah di seluruh Alkitab, kita melihat Allah yang dinyatakan oleh Alkitab tetap berformat tiga, bukan empat atau lima atau yang lain.

Apakah konsep Elohim di sini boleh dimengerti seperti konsep agama kafir, di mana ilah mereka memang disebut secara jamak? Tidak. Kita tidak menerima pandangan sedemikian, karena dalam pandangan agama kafir, ilah mereka memang jamak, sehingga sebutan jamak diberikan kepada ilah yang memang jamak. Alkitab justru memberikan penekanan bahwa Allah itu Esa dan bukan seperti konsep agama kafir. Jadi pengertian kata “Elohim” di sini sama sekali berbeda.

Kalimat Ulangan 6:4-5 ini dimulai dengan kata Syema, yang berarti mendengar. Maksudnya adalah agar orang Israel mendengar apa yang Allah nyatakan. Orang Israel dijadikan oleh Tuhan Allah sebagai bangsa yang mendengar. Saudara tidak perlu heran jika selama Stephen Tong hidup, ia terus berkhotbah dan berceramah yang panjang, karena saya juga ingin Anda mau menjadi bangsa yang mendengar. Saat ini, banyak gereja yang jemaatnya tidak suka mendengarkan firman Tuhan. Mereka mau berbicara berjam-jam kepada Tuhan, tetapi mereka tidak mau belajar Firman Tuhan yang baik berjam-jam. Mereka menjanyi berdiri selama satu jam dalam kebaktian, lalu ketika waktu pemberitaan firman, mereka tertidur karena sudah terlalu lelah menyanyi. Inilah model gereja-gereja masa kini. Itu salah satu cara setan membuat orang Kristen tidak bisa mendengar firman Tuhan dengan baik.

Allah menjadikan bangsa Israel sebagai bangsa yang mendengar. Allah mewahyukan firman. Allah memberikan berjuta—juta huruf agar kita mendengar. Namun, terkadang kita pun tidak membacanya. Akibatnya, yang berkhotbah, sembarangan berkhotbah, dan yang mendengar juga mendengar dengan sembarangan. Bagaimana umat Tuhan bisa menjadi syema dan bagaimana umat Tuhan bisa menjadi Kerajaan Allah? Kita harus menjadi jemaat yang kudus, yang mengerti firman. Jika firman tidak dikhotbahkan dengan baik, jika firman tidak dipelajari dengan tuntas, bagaimana iman kita bisa menjadi kuat? Berpuluh tahun saya melayani, saya melihjat orang yang mendengar firman dengan baik, iman mereka menjadi kuat luar biasa dan kebenaran Tuhan berada di dalam hati mereka.

Setiap miunggu saya keliling ke lima negara berkhotbah eksposisi kitab Ibrani. Setelah satu tahun lebih, rata-rata masih satu pasal 4 atau 5. Setiap kali saya berkhotbah satu jam lamanya. Padahal di tempat lain di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia, gereja-gereja, termasuik banyak gereja Reformed di Amerika, yang khotbahnya hanya singkat, dangkal, dan tidak lebih seperti sebuah pidato singkat, lalu pulang. Apalagi sekarang ditambah dengan menyanyi selama satu jam terlebih dahulu, yang membuat banyak orang menjadi lelah untuk mendengar firman Tuhan. Jika gereja tidak sungguh-sungguh memberitakan firman, gereja akan menjadi apa dan orang Kristen akan bagaimana masa depannya?

Apa bedanya iman setelah mendengar firman dengan iman tanpa mendengar firman? “Aku percaya pasti sembuh”, ini adalah iman berdasarkan kepercayaan sendiri. Ini bukan iman kepada Tuhan, tetapi iman kepada iman kita sendiri. Ini namanya iman antroposentris. Iman seperti ini bukan iman yang diajarkan Alkitab. Iman harus berdasarkan janji dan perkataan Tuhan. Bagaimana kita tahu Tuhan sudah berbicara? Jawabnya adalah mendengar firman. Jika berdasarkan firman, maka kita akan bertumbuh menjadi orang Kristen yang berdiri tegak dan betul-betul gigih melayani Tuhan. Bangsa Israel adalah bangsa yang unik, karena bangsa-bangsa lain tidak mempunyai Kitab Suci. Bangsa-bangsa Filistin, Het, Kanaan, Babel, tidak memiliki Kitab Suci. Allah memberikan Kitab kepada bangsa Israel. Ini membuktikan bahwa Allah ingin bangsa Israel menjadi bangsa yang mendengar.

Kedua, pengorbanan darah. Bangsa Israel mempunyau ciri yang kedua, yaitu persembahan yang mengalirkan darah. Hal ini berarti suatu saat akan tiba Korban yang berdarah, yang memperdamaikan manusia dengan Tuhan Allah, yaitu Yesus Kristus. Hal ini dilambangkan oleh Taurat. Di dalam Taurat ada lima macam persembahan korban, dan persembahan korban ini menjadi perjanjian. Perjanjian (Covenant) ini dibagi dua yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama adalah perjanjian di mana Allah mengikat janji dengan Isael, sedangkan Perjanjian Baru adalah perjanjian di mana Allah mengikat janji dengan umat-Nya di seluruh dunia. Jadi Israel adalah lambang dari Kerajaan Allah, sementara umat-Nya di seluruh dunia adalah konkritnya Kerajaan Allah tersebut. Perjanjian Lama didirikan dengan tanda janji yaitu darah binatang, dan Perjanjian Baru didirikan dengan tanda janji yaitu darah Anak Tunggal Allah. Ini beda Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Maka Tuhan Yesus mengatakan: “Inilah tubuh-Ku yang dipecahkan bagimu……inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan……” (Matius 26:26,28). Israel melambangkan Kerajaan Allah dengan konsep monotheisme dan lambang darah.

Ketiga, bangsa Israel satu-satunya bangsa yang patuh kepada pemerintahan Tuhan sendiri. Dengan ini, maka bangsa Israel menjadi satu-satunya bangsa teokrasi yang sejati. Ketiga hal ini menjadikan Israel menjadi lambang Kerajaan Allah.

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Kerajaan Allah, Gereja & Pelayanan
Sub Judul : Bab II : Gereja (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2011
Halaman : 40 – 49