BAB III :
MUTASI KARYA KRISTUS (1)

Pdt. Dr. Stephen Tong“Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea.” (Lukas 24:1-6)

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 16-17)

“Yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.” (Roma 3:22)

“yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.” (Roma 4:25)

“Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu. Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. (Ibrani 9:23-28)

————————————————-

Kita harus dengan ketat berpegang pada presuposisi kita, suatu presuposisi Kristen yang sangat berbeda dengan semua presuposisi lainnya, yaitu “dari iman kepada iman.” Manusia ingin datang kepada Tuhan dengan rasio menuju kepada iman. Pemikiran agama seperti ini ditolak oleh Alkitab. Manusia yang berusaha datang dari pengalaman menuju kepada iman, juga ditolak oleh Alkitab. Manusia yang memakai bukti untuk mendatangkan iman, juga ditolak oleh Alkitab. Demikian juga Alkitab menolak usaha manusia yang mau mendatangkan iman dengan penglihatan matanya. Alkitab dengan tegas menyatakan prinsip yang tepat: “dari iman kepada iman”.

Alkitab melawan semua pra-anggapan yang dihasilkan oleh manusia yang menggunakan rasio yang telah tercemar oleh dosa. Alkitab menekankan “dari iman kepada iman.” Dan kini kita akan melihat kaitan antara pengertian “dari iman kepada iman” dan kebangkitan Tuhan Yesus. Dari pra-anggapan yang sudah ditolak, kita melihat bahwa kekuatan iman menjadi titik tolak kehidupan Kristen. Tuhan Yesus berkata: “Jika engkau beriman, engkau akan melihat kemuliaan Allah.” (Yohanes 11:40). Yesus Kristus menyatakan ini kepada Marta yang percaya bahwa kebangkitan hanya akan terjadi pada hari kiamat, tetapi Tuhan Yesus ingin menekankan bahwa saat itu juga ada kebangkitan. Jika kita betul-betul beriman, kita akan melihat kuasa dan kemuliaan Tuhan dinyatakan.

1. MATI DAN BANGKIT BESERTA KRISTUS

Di manakah mujizat Allah yang terbesar? Pada zaman ini muncul banyak orang yang mau memperkenalkan kuasa Kristus melalui mujizat-mujizat yang dipaksakan oleh manusia agar manusia mau datang kepada Tuhan. Tetapi saya mengatakan kepada Saudara bahwa kebangkitan Kristus adalah suatu mujizat yang terbesar di dalam dunia. Ketika Herodes menginginkan Yesus menunjukkan mujizat (tanda), karena ia berpikir Tuhan Yesus pasti takut kepadanya, karena ia memiliki kuasa untuk menentukan hidup dan matinya Tuhan Yesus. Yesus mengatakan kepada Herodes bahwa ia tidak berhak melihat tanda atau mujizat apa pun dari sorga kecuali atas kehendak Bapa di sorga (Lukas 23:8-9). Yesus Kristus menegaskan suatu prinsip, yaitu bahwa hak untuk mendapat hidup dan tanda bukan pada orang yang mempunyai kuasa politik atau kuasa militer, tetapi ada pada Allah, Sumber dari semua kuasa politik dan militer. Karena itu, Yesus Kristus berkata kepada Pilatus, ”Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.” (Yohanes 19:11).

Di dalam aspek natural, mujizat Allah yang besar adalah menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (creatio-ex-nihilo). Tetapi mujizat yang terbesar adalah mengubah yang dari mati menjadi hidup. Itulah kebangkitan (resurrection). Inilah dua pekerjaan Tuhan yang besar sekali, yaitu creation (penciptaan) dan resurrection (kebangkitan). Allah yang dipercayai Abraham adalah Allah yang melakukan kedua pekerjaan yang besar ini. Allah yang dipercayai Abraham adalah Allah yang bisa menciptakan apa yang tidak ada menjadi ada. Allah yang dipercayai Abraham juga adalah Allah yang membangkitkan orang yang mati menjadi hidup. Kedua hal ini menjadi dasar iman, yang menjadikan Abraham bisa disebut sebagai “bapa orang beriman”.

Sarah, kandungannya sudah mati. Ia telah berusia sembilan puluh tahun dan tidak mungkin melahirkan anak. Tetapi Allah menyatakan kuasa-Nya sehingga ia bisa melahirkan anak. Ini suatu perwujudan kuasa Allah yang mencipta dari tidak ada menjadi ada, tetap di setiap zaman, sehingga rahim yang tidak mungkin mempunyai anak, bisa melahirkan anak. Dari suatu nihilo menjadi existence. Inilah karya penciptaan dari Tuhan Allah.

Ketika Abraham harus mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal, di atas gunung, ia percaya penuh bahwa Allah sanggup membangkitkan orang mati sehingga hidup kembali, karena dari anak inilah akan ada keturunan yang dijanjikan Allah, bukan dari anak yang lain. Ketika Abraham harus membunuh anaknya sendiri, di dalam hatinya ada suatu iman yang percaya bahwa Allah sanggup membangkitkan orang yang sudah mati. Itulah kebangkitan yang hanya dimungkinkan oleh Tuhan Allah. Di dalam Roma 4:17, dituliskan bahwa yang dipercaya oleh Abraham mempunyai urutan yang begitu ajaib, yaitu melihat terlebih dahulu Allah yang membangkitkan orang dari kematian, baru melihat Allah yang mencipta dari ketiadaan. Maka di sini kita melihat bahwa Abraham memiliki iman kepada Allah Sang Penebus lebih daripada Allah Sang Pencipta.

Banyak orang yang percaya Allah ada dan percaya bahwa dunia ini dicipta oleh-Nya, tetapi mereka tidak bisa melanjutkan iman mereka ke dalam wilayah keselamatan, yang mempercayai Allah yang menebus. Tetapi Abraham di dalam iman kepercayaan yang membawa dia sampai mendapat atribut “bapa orang beriman” memiliki titik berat pada Allah yang membangkitkan orang mati menjadi hidup. Di sini kita melihat dan menggabungkan Abraham sebagai kaum Injili yang murni. Ia mempercayai Injil. Ia mengetahui bahwa dari mati kepada kebangkitan dan hidup adalah hal yang dapat dikerjakan oleh Tuhan Allah.

Di dalam kebaktian Jumat Agung, saya mengajak jemaat memikirkan “Pengalihan, Gerak, dan Kuasa Dosa yang mematikan dari Kita ke Kayu Salib”. Ini disebut sebagai mutasi balik. Kita melihat pengalihan dan gerak dari Adam kepada kita adalah “dari dosa kepada dosa”. Kita berdosa karena Adam adalah representasi seluruh umat manusia yang terdiri dari darah dan daging. Maka manusia yang diciptakan oleh Allah di dalam Adam, semuanya diciptakan oleh Allah di dalam aliran hidup yang sama; dengan demikian, Adam menjadi wakil kita, dan karena itu status dosa yang diwakili olehnya, diteruskan kepada semua manusia. Itu sebabnya, pengalihan dan gerak status dosa dari Adam kepada kita disebut “dari dosa kepada dosa”. Ini yang di kenal dalam Teologi Reformed sebagai dosa asal (original sin). Dan dosa asal ini tidak bersangkut paut atau berhubungan langsung dengan hubungan seksual, tetapi merupakan sifat representatif (perwakilan) yang menyebabkan dosa Adam tiba kepada kita masing-masing. Akibatnya, seluruh umat manusia secara status disebut sebagai orang berdosa. Hanya di dalam Kristus mutasi ini bisa dibalik.

Di dalam Kristus selesailah status dosa yang kita terima sebagai keturunan Adam. Ketika kita datang kepada Kristus, yang telah menderita sengsara dan mati di kayu salib untuk menanggung hukuman Tuhan Allah mengganti Saudara dan saya, maka dosa yang menggerakkan kematian pada diri kita ditanggung oleh-Nya. Maka kuasa penggerak yang mematikan kita sekarang berada di dalam diri Yesus Kristus. Itu artinya, Dia menanggung dosa kita. Kuasa dosa yang selama ini membawa kita kepada kematian, kini dialihkan kepada salib Kristus. Kristus begitu rela menanggung hukuman, menanggung mutasi (gerakan) kuasa dosa yang mematikan diri Saudara dan saya ke dalam diri-Nya sendiri.

Dalam 1 Petrus 2:24 dikatakan bahwa di dalam tubuh-Nya, Kristus telah menanggung dosa kita. Semua tubuh sudah diperalat oleh jiwa yang memberontak menjadi alat atau instrumen kejahatan untuk melawan Tuhan Allah. Tubuh satu-satunya di sepanjang sejarah yang menjadi instrumen untuk menyatakan kebenaran ilahi hanyalah tubuh Yesus Kristus. Di dalam tubuh kita, kita jatuh; di dalam tubuh kita, kita tercemar; di dalam tubuh kita, kita melampiaskan hawa nafsu; di dalam tubuh kita, kita diperalat oleh setan; di dalam tubuh kita, kita menyerahkan anggota tubuh – tangan, kaki, mata, telinga – menjadi budak ketidak-adilan.

Yesus Kristus memiliki tubuh yang dari ujung rambut sampai telapak kaki, seluruhnya taat kepada Tuhan Allah yang mengutus Dia. Yesus Kristus menjadi Adam yang kedua atau Adam yang terakhir untuk mewakili Saudara dan saya, agar menyatakan ketaatan total di hadapan Tuhan Allah.

Kita telah membicarakan ketaatan Kristus di hadapan Tuhan Allah sebagai sumber ketaatan-ketaatan yang lain. Adam, sebagai manusia pertama, telah memberontak kepada Tuhan Allah, sehingga menjadi manusia pertama yang berdosa. Dan dosanya diperhitungkan kepada kita sebab dia adalah wakil kita. Demikian pula Kristus, sebagai perwakilan yang kedua, ketaatan-Nya diperhitungkan kepada kita masing-masing, jika kita beriman kepada Dia. Ketaatan Kristus akan berlaku dan diakui oleh Tuhan Allah sebagai suatu kebajikan yang kita terima. Di dalam iman kepada Kristus, ketaatan Kristus kepada Allah sebagai wakil kita masing-masing menyebabkan kita diperkenan oleh Tuhan Allah.

Maka kita telah melihat yang pertama adalah “dari dosa kepada dosa” (from sin to sin) atau “dari ketidak-taatan menuju ketidak-taatan” (from disobedience to disobendience) dan kemudian kita melihat “dari ketaatan kepada ketaatan” (from obedience to obedience) sebagai suatu mutasi di dalam Kristus. Kristus menjadi representasi kita di hadapan Allah. Di dalam Roma 3, kita melihat bahwa dari yang disebut sebagai “dari ketaatan kepada ketaatan” inilah kita mengenal pengertian “dari iman kepada iman”.

2. PARADOKS IMAN : DARI IMAN KEPADA IMAN

Dari Roma 4:25 kita melihat bahwa karya Kristus dibagi menjadi dua bagian: (1) diserahkan karena pelanggaran kita; dan (2) dibangkitkan oleh Tuhan Allah karena pembenaran kita. Di sini Kristus secara aktif menaklukkan diri-Nya kepada rencana Allah, dan secara pasif menyerahkan diri-Nya untuk ditawan dan digantung di kayu salib menjadi penebus manusia. Ini merupakan suatu paradoks yang sangat besar.

Dengan dibunuhnya Tuhan Yesus di kayu salib, manusia berpikr bahwa mereka sudah menang. Mereka berhasil menangkap Tuhan Yesus dan mereka merasa telah berhasil memakukan dan membunuh Yesus. Tetapi di fase rohani yang lain, yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus, bahwa jika Yesus tidak rela menyerahkan nyawa-Nya, pasti tidak ada seorang pun yang bisa merebutnya dari tangan-Nya. Tetapi kalimat ini ditambah dengan penegasan bahwa jika Yesus telah rela menyerahkan nyawa-Nya, maka Ia pun berhak untuk menerimanya kembali. Allah adalah inisiator segala sesuatu. Ia tidak pernah bersifat pasif. Ia aktif. Tetapi ketika Allah menyatakan diri dalam keadaan yang sepertinya pasif, maka di dalamnya terkandung suatu sifat paradoks yang luar biasa dalamnya. Sifat paradoks ini perlu kita mengerti dengan benar.

Pada saat Tuhan Yesus ditangkap, mereka pikir mereka menang. Tetapi jangan berpikir bahwa mereka telah sukses. Ketika mereka berhasil membunuh Tuhan Yesus, jangan berpikir bahwa mereka telah berhasil mencapai tujuan mereka. Ketika orang Farisi merasa menang, karena saingan agama mereka telah berhasil dipakukan di kayu salib, mereka tidak mengetahjui apa yang sesungguhnya sedang terjadi di belakang layar. Suatu drama kosmis (the cosmic drama) yang sedang berlangsung selalu menyatakan sesuatu yang berbeda dari fenomena dunia (worldly phenomenon). Drama kosmis di belakang layar selalu menyatakan kehendak Allah, sementara fenomena dunia hanya menampilkan kemauan manusia belaka.

Ketika Tuhan Yesus dipaku di kayu salib, orang berpikir bahwa Ia telah kalah dan tidak berdaya untuk melepaskan diri dari tangan manusia berdosa. Tetapi Alkitab mengatakan kepada kita bahwa yang sebenarnya tidak demikian. Allah telah menetapkan untuk meremukkan Dia, dan Yesus Kristus mengatakan bahwa Ia datang untuk menggenapkan rencana Bapa. Di sini kita melihat bahwa Allah Bapa berinisiatif dan Allah Anak juga berinisiatif. Seorang hamba Tuhan, Pendeta H.F.Tan (Tan Hoi Fa), mengatakan bahwa orang-orang Israel dan para pemimpin agama Yahudi merasa mereka sudah “menang”, tetapi tiga hari kemudian, harus ditambah “is” menjadi “menangis”. Mereka tidak tahu bahwa di situlah justru rahasia kemenangan Kristus, melalui kekalahan dan kematian, terjadilah kebangkitan. Ini suatu paradoks besar menuju kepada kesuksesan yang luar biasa. Itu sebabnya Roma 4:25 mengatakan bahwa:

  • Yesus diserahkan karena pelanggaran kita,
  • dan Yesus dibangkitkan karena pembenaran kita.

Inilah kalimat paralel yang menjadi syair yang indah luar biasa. Yesus diserahkan (ke dalam kematian) dan dibangkitkan kembali. Yesus diserahkan, sepertinya pasif, tidak berdaya, dan seolah-olah Dia gagal. Itu terjadi justru karena pelanggaran kita. Di dalam Alkitab bahasa Inggris atau Ibrani, kalimat-kalimat yang dipakai untuk melukiskan tentang dosa mempunyai banyak ragam, seperti: pelanggaran, kelalaian, dosa, kesalahan, kecemaran, dsb. Yesus diserahkan karena semua hal itu. Kalimat selanjutnya mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan karena pembenaran kita.

a. Mutasi iman

Ketika Tuhan Yesus dipaku di kayu salib, Ia sedang menanggung dosa kita, dan kuasa pergerakan dosa yang membawa kematian sedang ditimpakan kepada-Nya. Ia mati untuk pelanggaran kita. Mengapa dibutuhkan pengalihan seperti ini? Karena penghakiman Allah tidak mungkin ditanggung oleh siapa pun kecuali kuasa Allah sendiri yang bisa menanggung penghakiman Allah sendiri. Keadilan manusia tidak ada yang sanggup atau cukup untuk disesuaikan dengan tuntutan keadilan Allah dalam menutupi pelanggaran dosa manusia. Ini ajaran tentang pemuasan tuntutan keadilan Allah yang diungkapkan dengan begitu indah oleh Anselmus, seorang bapa Gereja abad pertengahan.

Kita memang tidak menerima semua pikiran Anselmus, tetapi salah satu pemikirannya yang sedemikian unggul adalah ia telah melihat dari ayat-ayat Alkitab bahwa Allah yang suci tidak bisa bertoleransi dengan dosa. Allah yang maha-adil harus menuntut keadilan terhadap setiap pelanggaran. Allah yang merupakan Hakim Tertinggi harus menghukum setiap dosa di mana pun itu terjadi. Itu sebabnya, di manakah tempat untuk melunaskan penghakiman Allah yang sedemikian dahsyat? Di manakah tempat untuk memuaskan tuntutan keadilan Allah tersebut? Satu-satunya hanyalah di atas kayu salib.

Pada saat Tuhan Yesus Kristus dipaku di atas kayu salib, Dia sedang menggantikan Saudara dan saya. Dia menggantikan orang-orang yang telah memberontak terhadap Tuhan Allah dan telah berada di bawah kutuk hukum Allah dan harus menerima penghakiman dari Yang Mahatinggi. Dia diceraikan, dibuang, dan dipisahkan oleh Allah dari Allah. Di saat itulah Ia berseru dengan nyaring: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). Jawabannya adalah: karena dosa kita ada pada Yesus Kristus. Dosa kita telah ditanggungkan ke atas-Nya, sehingga Allah pun harus berpaling dari Anak-Nya yang terkasih. Tidak ada hal istimewa! Bukan karena Yesus adalah Anak Allah, maka Ia boleh dan berhak berdosa.

Maka, Saudara jangan pernah sekali-kali berpikir bahwa karena Saudara adalah orang Kristen yang sudah lama, atau majelis gereja, atau hamba Tuhan sekalipun, maka Saudara mempunyai hak istimewa untuk boleh berbuat sembarangan dengan Tuhan Allah. Atau berharap mendapatkan uang lebih banyak dari Tuhan Allah. Tidak ada hak istimewa di hadapan Tuhan Allah. Saat ini, gereja banyak dirusak oleh orang-orang yang menyalah-gunakan hak istimewa yang mereka anggap ada pada mereka. Gereja dirusak karena orang Kristen sendiri tidak menjalankan prinsip keadilan dari Tujan Allah. Prinsip ini dengan jelas menyatakan bahwa sekalipun Tuhan Yesus Kristus adalah Anak, Ia tetap tidak mendapatkan tak istimewa. Ia tetap harus menderita, belajar taat, bahkan taat sampai mati di kayu salib, baru Ia menjadi sempurna. Ia tidak diberi hak istimewa.

Saat Kristus menerima penghakiman karena menanggung dosa Saudara dan saya, itu merupakan hal yang sangat menakutkan. Menakutkan karena itu merupakan gambaran neraka yang kita lihat di atas Golgota. Pengertian Teologi Reformed berbeda dari pengertian Teologi Lutheran dan Katolik. Lutheran dan Katolik mempunyai pandangan yang mirip dalam hal ini. Mereka berpandangan bahwa selama tiga hari Tuhan Yesus mati, sebelum Dia bangkit, Ia pergi ke akhirat, tempat orang-orang yang sudah mati, untuk mengumumkan momen atau peristiwa yang sudah dinanti-nantikan di dalam Perjanjian Lama, menurut apa yang dijanjikan Tuhan melalui para nabi. Maka  kemenangan itu diumumkan di sana dan dibawa oleh orang-orang itu ke sorga kelak. Saya rasa pandangan dan pengertian ini mempunyai nilai yang luar biasa, dan kita harus menghargainya.

Tetapi Teologi Reformed melihat hal ini jauh lebih mendalam, yaitu pada waktu Yesus dipaku di kayu salib, saat itu Ia sudah direndahkan, sehingga kita sudah melihat keadaan neraka di kayu salib. Apa artinya neraka? Neraka berarti dipisahkan dari Allah untuk selama-lamanya. Neraka berarti terlepas dari Sumber Hidup dan selama-lamanya berada di bawah hukuman Allah. Di Golgota, melalui teriakan Yesus, kita melihat gambaran neraka yang sangat jelas. “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Inilah teriakan dari Allah Anak, yang secara substansi adalah Oknum Kedua Allah Tritunggal, harus dipisahkan secara demikian dari Allah Bapa, apalagi Saudara dan saya. Adakah hal yang membuat Saudara berhak mendapatkan hak istimewa? Apakah karena Saudara anak pendeta atau Saudara seorang majelis yang berjasa besar dalam gereja, maka Saudara berhak mendapatkan hak istimewa dan boleh berbuat sembarangan? Jawabnya: Sekali-kali tidak!

Anak Allah yang tunggal, pada saat harus menanggung dosa Saudara dan saya, harus dibuang dari hadapan Allah Bapa. Keadilan Allah dan tuntutan penghakiman Allah baru selesai ketika Yesus mati menanggung dosa manusia. Alkitab mengatakan bahwa Dia diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita. Jikalau kita tidak cinta Tuhan, maka patutlah kita dijatuhi kutukan. Tetapi jika kita cinta Tuhan, maka kita dikenal oleh Tuhan dan mendapatkan penebusan. Allangkah besar perbedaan antara orang yang mengenal cinta Tuhan dan mereka yang tidak mencintai Tuhan. Alangkah besar perbedaan antara mereka yang sudah mengerti dan mencintai Tuhan dengan mereka yang tidak. Kasih kepada Kristus tidak terlepas dari pengertian Saudara terhadap pengorbanan Kristus yang telah diserahkan untuk pelanggaran-pelanggaran kita.

Amin.

SUMBER :
Nama Buku : FROM FAITH TO FAITH – Dari Iman Kepada Iman
Sub Judul : Bab III : Mutasi Karya Kristus (1)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2004
Halaman : 59 – 75