Pdt. Dr. Stephen TongBAB IV :
MOMENTUM KEHIDUPAN (1)

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 1:16-17)

“Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” (Roma 1:19-20) “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” (Yakobus 2:19)

———————————————-

Sebelumnya kita telah mempelajari tentang relasi iman kepada iman, khususnya salam membuka rahasia keselamatan yang Allah kerjakan bagi manusia, yang mutlak berbeda dari semua pemikiran dan prinsip agama-agama, yaitu “dari iman kepada iman”. Dalam seluruh kitab Roma yang penuh dengan rahasia yang dicerahkan kepada kita tentang proses keselamatan Allah dan rencana Allah bagi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, Paulus memulai dengan suatu pendahuluan yang begitu jelas dan begitu ketat, yang berbeda dari semua prinsip agama, prinsip budaya, dan segala pemikiran filsafat yang pernah berkembang dalam sejarah umat manusia. Prinsip yang sedemikian kokoh, yang begitu dalam, dan yang merupakan sistem yang tak terterobos oleh apa pun, adalah “dari iman kepada iman”.

Kita akan melihat integrasi dari berbagai aspek yang menyatukan iman dengan kehidupan kita di hadapan Tuhan Allah.

1. IMAN : KAMBIUM PERTUMBUHAN

Di sini kita melihat iman kepercayaan yang menuju kepada iman kepercayaan berikutnya dapat dimengerti sebagai suatu peralihan iman. Ini dapat dilihat sebagai pengalihan dari iman kepercayaan yang pertama menuju ke iman keprcayaan yang kedua. Lalu, apakah artinya iman kepercayaan yang pertama itu? Hal ini kita mengerti sebagai tindakan Tuhan Allah yang sudah menanamkan semacam iman dasar (iman natural) di dalam diri setiap orang. Namun hal itu belumlah cukup. Tuhan ingin agar iman dasar itu menuju kepada iman kepercayaan yang mengaitkan kita dengan anugerah keselamatan dari Tuhan Allah.

Di sepanjang sejarah, sejak dari penciptaan, di dalam diri setiap orang, sudah tertanam suatu iman kepercayaan dasar atau iman kepercayaan natural. Maksudnya, Tuhan Allah sudah memberikan kepada setiap orang yang hidup di dunia ini, tanpa terkecuali, iman natural sebagai kepercayaan dasar yang Tuhan berikan ke dalam dirinya. Dari kalimat ini, kita melihat bahwa kepercayaan bahwa Allah itu ada, merupakan suatu gejala umum yang tidak bisa ditolak oleh siapa pun juga. Di dalam Roma 1:19-20, kita melihat bagaimana dijelaskan bahwa iman natural ada di dalam diri setiap orang. Jika ada orang yang mengatakan bahwa dia adalah seorang ateis, maka jika ia tidak bohong, pastilah ia seorang yang kurang ajar karena menekan kepercayaan adanya Allah yang sudah di tanam Allah di dalam hatinya. Maksudnya, tidak pernah ada ateis yang jujur dan tidak pernah ada ateis yang sejati, karena Tuhan sudah menanam iman natural ini di dalam hati mereka. Karena itu, tidak ada seorang pun yang sebenarnya bisa berdalih ataupun melarikan diri dari iman kepada Allah. Setiap orang harus bertanggung jawab kepada Tuhan karena Tuhan Allah sudah menanamkan iman natural tersebut di dalam hatinya.

Namun, iman natural saja belumlah cukup. Iman demikian tidak bisa mengaitkan mnanusia dengan anugerah Allah selanjutnya. Iman demikian tidak akan menjadikan kita memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Saya rasa, di Indonesia, mereka yang normal dan tidak mempunyai gangguan jiwa, pasti mengetahui bahwa Bapak Soeharto itu ada, dan bahwa beliau adalah presiden Republik Indonesia. [Pembahasan ini dikhotbahkan oleh Pdt. DR. Stephen Tong pada bulan April 1993]. Tetapi percaya bahwa ada Presiden Soeharto tidak sama dengan mengenal presiden Soeharto secara pribadi. Mengetahui ada Allah dan percaya bahwa Dia adalah Allah, tidak menjadikan Saudara memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Tetapi iman kepercayaan yang menjadikan kita mempunyai hubungan pribadi dengan Allah, bukanlah iman kepercayaan natural. Itu bukan suatu pengalaman dasar yang Tuhan berikan ketika Ia menciptakan kita masing-masing. Itu merupakan suatu karunia yang lebih besar, tahapan yang lebih lanjut, dan iman kepercayaan yang lebih sempurna, di mana manusia dialihkan dari wilayah yang pertama menuju ke wilayah yang kedua.

Banyak orang menyadari bahwa di dalam hati mereka, mereka percaya bahwa Tuhan Allah itu ada, tetapi hidup mereka belum menjadi hidup yang takut akan Dia. Mereka tahu Allah ada, tetapi mereka bersikap seolah-olah Allah itu tidak pernah menggubris mereka. Allah itu dipandang sebagai Allah yang tidak mungkin menghakimi mereka. Mereka beranggapan di dalam kepercayaan natural mereka, Allah itu adalah Allah yang mungkin sedang tertidur, atau Allah yang sedemikian jauh dari keberadaan mereka, sehingga tidak dimungkinkan adanya relasi pribadi dengan mereka. Allah dalam kepercayaan mereka adalah Allah yang tidak lagi hadir di dalam kehidupan mereka. Kehidupan seperti ini mungkin mengakui bahwa Allah itu ada, namun keberadaan Allah yang diakuinya itu, tidak pernah mempengaruhi tingkah laku mereka. Maka, hanya percaya bahwa Allah itu ada, tidaklah cukup. Percaya bahwa ada Allah, tidak berarti memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Allah.

Jika kita membaca Kitab Suci, kita akan menemukan bahwa setan-setan pun percaya bahwa Allah itu ada. Di dalam Yakobus 2:19 terungkap jelas bahwa setan-setan itu tidak ateis. Iblis menciptakan ateisme untuk menipu orang-orang yang bisa ia tipu, sementara ia sendiri tidak pernah menjadi ateis. Iblis percaya Allah ada. Iblis bukan saja ‘teis’ (percaya ada Allah), ia bahkan monoteis. Ia percaya bahwa Allah itu esa adanya. Iblis bukan sekadar percaya Allah yang esa, tetapi ia juga gentar. Iblis tahu bahwa Allah akan menghakimi dia. Namun, sekalipun Iblis itu teis, ia tidak mendapat bagian dalam anugerah Tuhan Allah. Iman natural tidaklah cukup, sama seperti pencerahan natural di dalam rasio dan filsafat juga tidak cukup. Itu sebabnya, kita perlu masuk ke dalam wilayah kedua yang dikenal sebagai iman yang menyelamatkan (the saving faith).

Iman yang menyelamatkan adalah iman di dalam Yesus Kristus. Sebagaimana anugerah umum tidak menyelamatkan manusia, kecuali juga memiliki anugerah khusus, yaitu anugerah yang menyelamatkan. Demikian juga iman natuiral tidak bisa menyelamatkan, kecuali juga memiliki iman yang menyelamatkan. Di sini kita melihat anugerah yang diberikan di dalam Kristus Yesus kepada kita, merupakan suatu wilayah di mana kita harus menunjukkan iman kepercayaan kepada Yesus Kristus juga. Anugerah Allah yang umum diberikan kepada semua orang secara cuma-cuma. Kita menerima oksigen dengan gratis, kita menanam dan menuai padi dengan gratis. Untuk membeli beras, kita memang membayar sejumlah uang kepada toko beras, tetapi kita tidak membayar kepada Allah. Allah memberikan anugerah umum (common grace) kepada seluruh manusia. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa hujan turun bagi orang berdosa dan juga bagi orang baik. Matahari menyinari mereka yang suci dan juga menyinari mereka yang najis. Semua manusia sudah menerima anugerah umum Allah secara cuma-cuma. Anugerah umum diberikan tanpa tuntutan pembayaran. Namun, anugerah umum tidak menuntun manusia kembali kepada Allah dan berdamai dengan Allah. Anugerah umum tidak membuka hati manusia dan membeersihkan dosa di dalam hidup kita. Anugerah umum tidak memberikan hidup yang baru kepada seseorang untuk hidup suci di hadapan Allah. Maka anugerah umum tidaklah cukup, sama seperti iman natural tidaklah cukup. Iman natural harus memberikan kesadaran di dalam hati kita yang terdalam bahwa Allah itu ada.

Anugerah umum ataupun iman natural tidak bisa menyelamatkan manusia dan tidak bisa membawa kita pada hubungan yang hidup dan komunikasi kasih dengan Sumber Hidup. Anugerah umum dan iman manusia tidak pernah bisa menjangkau wilayah kekekalan dan spiritual. Maka kita membutuhklan pengalihan dari iman natural menuju iman kepercayaan di dalam Kristus. Inilah yang dikatakan “dari iman kepada iman”.

Kita perlu kembali menegakkan kebenaran iman yang dimulai dari firman Tuhan. Saya menegakkan mimbar yang membahas firman Tuhan dengan ketat, komprehensif, dan terintegrasi, lebih banyak dari gereja lain. Karena saya percaya bahwa hanya dengan pengertian firman yang sungguh-sungguh, barulah iman yang sejati bisa ditegakkan. Setiap mimbar gereja seharusnya menegakkan iman yang kembali kepada firman. Hamba-hamba Tuhan seharusnya setia memberitakan firman, bukan bersuara keras dan berbicara banyak demi mendapatkan lebih banyak uang, atau memakai variasi-variasi penyanyi atau pengkhotbah yang bisa menyenangkan jemaat, karena semua cara seperti itu tidak bisa menumbuhkan iman kita. Kita harus mengkhotbahkan dan memberitakan firman dengan teratur. Firman Tuhan adalah bibit untuk membentuk tenunan-tenunan yang rumit. Sesuai dan kembali kepada rencana Allah, yang membuat kita beriman dan terbentuk menjadi manusia rohani di hadapan Tuhan Allah.

Maka dari itu kita perlu rendah hati di hadapan Tuhan. Saya meminta Saudara untuk sabar dalam mempelajari firman Tuhan. Saat ini di Indonesia begitu banyak orang yang tidak mau mendengarkan pengajaran dan tidak mau sabar belajar firman Tuhan, tetapi mau cepat-cepat naik mimbar dan menonjolkan diri. Ada orang yang berpikir bahwa setelah ia menerima Tuhan, ia sudah boleh langsung menjadi hamba Tuhan dan cepat-cepar berkhotbah berkobar-kobar, yang pada akhirnya menyesatkan satu zaman. Orang-orang yang tidak mengerti merasa saya terlalu banyak mengkritik, tetapi marilah kita mengerti mengapa keadaan Kekristenan bisa menjadi sedemikian jauh dari firman dan iman yang benar. Saya mengungkapkan semua ini dengan beban yang sangat berat dalam hati saya, bukan karena suka menegur Saudara, tetapi mau mengoreksi dan mencerahkan kembali seluruh zaman di mana kita masih hidup di dalamnya, supaya kita boleh diperkenan oleh Tuhan.

Pengalihan iman ini hanya dimungkinkan oleh pekerjaan Roh Kudus. Tidaklah benar orang yang beranggapan bahwa orang-orang Reformed Injili tidak percaya dan tidak mementingkan Roh Kudus. Kita justru mengetahui dan percaya penuh bahwa adanya Alkitab adalah akibat pekerjaan Roh Kudus yang menurunkannya dari sorga ke bumi. Alkitab adalah pewahyuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus melalui para nabi dalam Perjanjian Lama dan melalui para rasul dalam Perjanjian Baru. Kita mengetahui dan mengalami kelahiran baru, yang juga merupakan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita secara pribadi. Dan ini terjadi melalui firman, yang didalamnya terkandung berita tentang kematian dan kebangkitan Kristus, yang menjadi inti Injil yang dipakai Allah untuk memperanakkan kita, sehingga kita mendapatkan hidup baru dan berdamai dengan Allah. Kita percaya bahwa semua hal di atas adalah pekerjaan Roh Kudus. Tetapi kita tidak mempercayai interpretasi (penafsiran) tentang pekerjaan Roh Kudus yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, yang membingungkan dan yang mengacaukan umat Kristen di zaman akhir ini. Inilah perbedaan kita dengan beberapa pendeta saat ini.

“Dari iman kepada iman”, dikerjakan oleh Roh Kudus. Tetapi bagaimana Roh Kudus membawa manusia dari iman natural menuju kepada iman yang menyelamatkan? Pada saat kita sudah percaya bahwa Allah itu ada, kita mempunyai ketakutan dan mempunyai perasaan keseriusan hidup yang di dalamnya terkandung pertanggung-jawaban kepada Dia. Tetapi pada saat seperti itu, belum tentu kita memiliki kesempatan mendengarkan Injil. Itu alasan mengapa kita harus berdoa supaya Roh Kudus memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang untuk mendengarkan Injil dan mendorong kita untuk tidak menjadi orang Kristen yang egois. Kita tidak hanya mempertahankan keselamatan kita dan menyimpannya dalam hidup kita sendiri tanpa mempedulikan keselamatan orang lain. Kita perlu menyadari bahwa banyak kaum pilihan Tuhan yang masih “indekos” di luar. Banyak anak-anak Allah yang untuk sementara masih belum kembali ke dalam gereja, dan sebaliknya, banyak anak-anak Iblis yang masih “indekos” di dalam gereja.

Kita mengetahui bahwa ada orang-orang pilihan Tuhan, yang untuk suatu saat masih belum masuk ke dalam gereja. Itu sebabnya. Tuhan mau kita menjadi orang Kristen yang Injili, menjadi orang Kristen yang berapi-api dengan cinta kasih Ilahi untuk menjangkau mereka, supaya mereka menyatakan diri sebagai anak-anak Tuhan dari tengah-tengah masyarakat dan dari dunia ini.

Ada orang yang sudah mendengar khotbah saya dan bertobat sejak tiga puluh tahun yang lalu, tetapi juga ada orang yang baru tahun lalu atau bahkan minggu lalu bertobat dan dilahirkan kembali. Berarti dalam proses ini, Roh Kudus terus bekerja mengalihkan manusia dari iman natural menuju kepada iman yang menyelamatkan; dari iman yang umum menuju kepada iman dalam Kristus yang menyelamatkan. Dan dalam pengalihan ini tidak ada metode yang lebih sehat dan lebih tepat selain daripada apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan Allah di dalam Alkitab, yaitu: mendengar firman. Banyak orang yang setelah mendengarkan khotbah baru menyadari bahwa inilah kebenaran yang telah bertahun-tahuin ia tunggu. Pada saat mereka mendengar firman, Roh Kudus menggarap hati mereka. Dan benih yang ditanam dalam hati mereka itu akhirnya memungkinkan bertumbuhnya iman yang membawa mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Berkali-kali saya melihat pada saat firman diberitakan, Roh Kudus bekerja di dalam hati begitu banyak manusia, menyentuh hati mereka, karena firman itu sendiri mengandung benih iman. Saya tidak percaya Saudara bisa mempunyai iman, kecuali Saudara mendengar firman dengan baik. Saya tidak mengkuatirkan Saudara tidak akan beriman, saya hanya kuatir Saudara tidak suka menyambut firman. Janganlah pada saat mendengarkan khotbah, Saudara hanya sibuk menilai apakah orang itu pandai, banyak membaca buku, dan fasih lidah, tetapi tidak memperhatikan firman yang sedang diberitakan. Janganlah ketika mendengar khotbah, Saudara sibuk berpikir bahwa khotbah itu cocok untuk teman lain, yang sayangnya tidak datang pada saat itu, tetapi tidak mengkoreksi diri sendiri. Janganlah ketika mendengar khotbah, Saudara hanya berpikir bahwa khotbah itu bagus dan bisa dipakai untuk Saudara khotbahkan di tempat lain. Tetapi pada saat mendengar khotbah, hendaklah Saudara meneduhkan hati Saudara, dan menyalakan hati Saudara digali oleh Roh Kudus agar benih firman itu bisa ditanam dengan baik di dalamnya. Benih ini sudah mengandung iman keselamatan yang akan membawa Saudara kepada keselamatan.

Di dalam setiap firman yang diberitakan, di dalamnya sudah terdapat benih yang mengandung anugerah iman yang menyelamatkan. Janganlah heran ketika mempelajari firman Tuhan dengan tepat dan baik, iman Saudara akan ditumbuhkan. Di dalam firman yang sejati itu timbul iman yang sejati, yang mengkoreksi dan memberikan pertumbuhgan kerohanian dalam kehidupan Saudara. Akibatnya, Saudara akan menjadi lebih matang, lebih mengerti, lebih kuat, dan lebih terarah. Di dalam pemberitaan firman, Roh Kudus bekerja dengan hebat.

Para pemuda-pemudi yang mau menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, harus secara khusus meneliti hal ini. Ketika Saudara setia mempelajari firman dan setia memberitakan firman, Saudara bisa meyakini bahwa pada saat Saudara dengan jujur memberitakannya, tidak mungkin Roh Kudus tidak bekerja. Saudara tidak butuh menunggu lama baru Roh Kudus akan turun, atau berteriak-teriak, seolah-olah dengan teriakan yang keras Saudara bisa menggerakkan Roh Kudus. Tetapi Saudara harus menjalankan prinsip Alkitab. Roh yang sudah mewahyukan dan menurunkan Kitab Suci adalah Roh yang mau menggarap pemberitaan firman Tuhan di dalam hati manusia. Kalau Roh Kudus sudah mewahyukan Kitab Suci ke dalam kertas-kertas yang ada di dalam dunia ini, sehingga bisa menjadi pegangan bagi hidup kita, alih-alih menanamkan firman ke dalam kertas seperti ini, Roh Kudus pasti lebih suka menanamkan firman-Nya ke dalam hati manusia. Jiwa kita menjadi lembaran yang ditulisi dengan firman oleh Roh Kudus. Firman akan ditanam di dalam hati kita sampai kita beriman. Itu sebabnya, hal yang harus paling kita takuti dan yang kita kuatirkan adalah sikap tidak mau belajar atau bahkan sengaja membelokkan dan menyelewengkan pemberitaan Kitab Suci demi keuntungan kita.

Ada orang yang bertanya, mengapa saya jarang sekali mengkhotbahkan tentang persembahan, khususnya masalah perpuluhan. Jawaban saya ialah karena itu bukan panggilan saya. Bukan berarti kita tidak boleh mengkhotbahkan topik itu. Jika di dalam eksposisi firman yang kita lakukan, kita tiba pada topik pembahasan itu, kita akan membahasnya dengan seketat dan setuntas mungkin. Tetapi jika kita mengerti bahwa di dalam Alkitab ada begitu banyak topik yang perlu kita pelajari dan khotbahkan, lalu setiap kali kita hanya berkhotbah tentang uang, sebenarnya apakah motivasi kita yang sesungguhnya?

Ada juga orang yang bertanya, mengapa Stephen Tong tidak mengkhotbahkan tentang akhir zaman agar orang-orang Kristen siap siaga menghadapi kedatangan Kristus. Jika Saudara sungguh-sungguh mempercayai hal itu dan sungguh-sungguh menginginkan Tuhan Yesus segera datang kembali, Alkitab mengatakan ada dua hal yang harus Saudara kerjakan, yaitu : (1) hidup suci menanti kedatangannya; dan (2) mengabarkan Injil. Karena sebelum Yesus datang, Injil harus diberitakan kepada segala bangsa. Yang harus kita jalankan, marilah kita jalankan, bukan hanya berbicara dan terus berbicara, tetapi tidak pernah melakukan apa yang harus kita lakukan seturut firman Tuhan. Marilah kita kembali kepada prinsip-prinsip firman Tuhan, lalu sisanya kita serahkan kepada Tuhan.

Mungkin setelah sekian lama anggota gereja dan pendengar saya baru mulai mengerti bagaimana saya menjalankan pelayanan saya. Tetapi itu tidak apa, karena saya sedang mempersiapkan satu generasi untuk abad ke-21, sehingga jika Tuhan Yesus belum datang, boleh disiapkan satu laskar yang sungguh-sungguh bisa mempengaruhi seluruh dunia, mulai dari Indonesia, yang saat ini masih dianggap sebagai negara dunia ketiga. Panggilan ini begitu jelas bagi saya, sehingga saya harus secara serius memberitakan firman. Firman itu sendiri adalah benih yang akan tumbuh menjadi iman yang menyelamatkan di dalam Kristus. Ketika firman diberitakan, pasti Roh Kudus bekerja. Roh Kudus tidak mungkin tidak bekerja, karena itu merupakan tujuan Roh Kudus, yaitu untuk membawa firman kepada manusia dan untuk memuliakan Kristus. Sekalipun Saudara kurang fasih lidah atau kurang berbakat dalam berbicara atau berkhotbah, namun jika Saudara begitu setia memberitakan firman, pasti suatu saat firman itu akan berbuah. Sebaliknya, celakalah mereka yang terlalu banyak berteriak-teriak tentang Roh Kudus tetapi tidak kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab.

Kita telah menyelesaikan satu butir yang penting, yaitu poengalihan dari iman natural menuju kepada iman yang menyelamatkan. Inilah yang disebut “dari iman kepada iman”, yaitu suatu perubahan dan peningkatan secara status, mendapatkan posisi yang baru, di mana kita di bawa masuk ke dalam rencana keselamatan Allah. Orang demikian berada di dalam kuasa keselamatan Allah. Ia berada di dalam karya penebusan Yesus Kristus.

2. IMAN : KAMBIUM PEMBENARAN

Kita melihat antara iman kepada Allah dan pengertian tentang kebenaran Allah akan terus bersirkulasi dan semakin bertumbuh. “Dari iman kepada iman” yang lebih limpah, disertai pengertian kebenaran yang semakin limpah. Ini merupakan peningkatan pengertian iman di dalam kebenaran sejati yang diwahyukan oleh Tuhan Allah. Ini berarti jalinan dinamis antara iman dan pengetahuan, yang kemudian membawa pada iman yang lebih mendalam, dan bersirkulasi secara terus-menerus.

Di bagian awal, saya sudah sempat melontarkan satu pemikiran, yaitu: iman dahulu atau pengertian dahulu? Jikalau Sudara tidak mengerti hal yang sangat penting ini, maka seluruh bangunan teologi Saudara akan kacau. Saudara akan sulit mengerti kebenaran yang sejati, dan Saudara akan terjebak oleh permainan palsu filsafat manusia yang merusak.

Konfusius, dalam bukunya Ta Shue (Great Learning; Ajaran Besar), buku I bagian I, berkata: “Orang harus mengetahui mana yang lebih dahulu, mana yang belakangan; mana yang penting, mana yang kurang penting.” Orang yang bisa mengutamakan mana yang harus diutamakan dan tidak mengutamakan yang tidak harus diutamakan, orang tersebut sudah dekat dengan firman. Segala sesuatu ada mulanya, ada akhirnya, ada yang lebih dahulu, ada yang belakangan. Kalau orang sudah mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang lebih belakangan; atau mana yang harus didahulukan dan mana yang tidak harus didahulukan, maka orang tersebut sudah dekat dengan firman.

Saya rasa, orang Kristen mengerti bahwa ia tidak boleh mengutamakan yang tidak utama, dan tidak boleh tidak mengutamakan yang utama, karena hal itu akan menyedihkan Roh Kudus. Jadi, mana yang lebih dahulu: iman atau pengertian? Dalam butir pertama sebenarnya saya sudah membukakan sedikit jawaban ini, yaitu dari iman natural menuju ke iman keselamatan. Iman natural adalah iman dan semacam pengetahuan yang sudah terlebih dahulu ditanam dalam diri kita. Orang yang datang kepada Allah harus pertama-tama percaya bahwa Allah itu ada (Ibrani 11:6). Tanpa iman awal ini tidak ada seorang pun yang bisa berkenan kepada Allah. Dan orang yang beriman kepada Allah harus percaya dulu bahwa Allah itu ada. Kepercayaan pada keberadaan Allah merupakan dasar keberanian untuk datang kepada Dia, dan selanjutnya membawa dia kepada kepercayaan bahwa pemberi anugerah adalah Allah yang ada tersebut. Jadi di sini terdapat dua aspek kepercayaan, yaitu: (a) percaya Allah ada; dan (b) percaya Allah adalah pemberi anugerah. Kedua hal ini merupakan dua aspek utama dari iman natural. Ini merupakan kepercayaan yang mendasar. Namun, kedua aspek kepercayaan dasar ini belum menunjukkan bahwa anugerah atau upah bagi mereka yang mencari Dia akan dibawa kepada aspek keselamatan.

Jadi, percaya dulu atau mengerti dulu? Percaya dulu atau mendengar dulu? Kalau saya tidak mendengar, bagaimana saya bisa percaya? Tetapi, kalau saya tidak percaya dulu, bagaimana saya mau mendengar? Saya akan membawa Saudara kepada satu contoh yang tertulis dalam buku Augustinus sekitar 1500 tahun yang lalu. Di dalam buku tersebut ia mengungkapkan pergumulannya: “Apakah saya berdoa dulu baru mendapat anugerah Allah? Atau saya mendapat anugerah Allah dahulu baru bisa berdoa kepada Allah? Kalau saya tidak berdoa, bagaimana Tuhan memberikan anugerah kepada saya? Tetapi mengapa saya bisa berdoa kepada Allah, dan bukannya kepada dewa-dewa? Bukankah ini berarti anugerah Allah sudah mendahului, sebelum saya berdoa? Apakah anugerah Allah yang menjadikan saya datang kepada Allah, atau, saya datang dulu kepada Allah barulah Allah memberikan anugerah kepada saya?” Hasil pemikiran Augustinus dalam topik ini sangat tajam dan sangat mempengaruhi teologi Reformed, yaitu: “Anugerah Allah mendahului respons manusia” (the grace of God is prior to human response).

Kalau bukan Allah yang memilih Saudara, tidak mungkin Saudara bisa memilih Dia. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa, “bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang telah memilih kamu..” (Yohanes 15:16). Bukan manusia yang mencari Allah, tetapi Allah yang mencari manusia. Sebelum manusia bisa memanggil Allah, Allah yang telah memanggil kita terlebih dulu dengan nama kita. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah kita adalah Allah Sang Inisiator. Allah kita adalah Allah yang berinisiatif, bukan Allah yang reaktif. Allah kita adalah Allah yang terlebih dahulu memberikan anugerah kepada manusia, sehingga manusia bisa datang kepada-Nya.

Jauh sebelum Saudara dan saya dilahirkan, bahkan jauh sebelum dunia ini dijadikan, seperti dikatakan Paulus, Tuhan sudah memilih kita di dalam Kristus (Efesus 1:3-4). Anugerah Allah telah mendahului iman Saudara dan anugerah Allah juga sudah mendahului respons yang bisa Saudara berikan kepada Allah. Jika Saudara bisa mengatakan “ya” kepada Allah, itu adalah hasil pekerjaan Roh Kudus, yang telah menormalisasi hati Saudara, sehingga Saudara dimampukan berespons dengan tepat dan benar kepada Allah. Manusia bisa taat kepada Tuhan, bukan karena kehebatan dan kemampuannya sendiri, tetapi sepenuhnya karena anugerah Allah telah mendahului ketaatannya.

Itulah sebabnya begitu banyak orang dari berbagai aliran Gereja Baptis, Gereja-gereja Pantekosta, dan aliran gereja yang lain tidak bisa mengerti mengapa Gereja Protestan membaptiskan anak-anak. Seluruh Sakramen ini didasarkan pada pengertian bahwa “anugerah Allah mendahului respons manusia”. Sebelum anak-anak ini bisa mengatakan “aku percaya”, maka mereka terlebih dahulu sudah harus menerima anugerah Allah. Namun dalam hal ini, kita tidak mengatakan dan menjanjikan bahwa anak yang sudah dibaptiskan pasti sudah diselamatkan. Dia hanya mengikut dan terhisap ke dalam perjanjian yang sudah dibuat oleh orangtuanya di hadapan Tuhan. Dan orangtua membawa dia kepada Tuhan sekaligus berjanji untuk mendidik dia di dalam firman, sampai suatu saat kelak ia akan beriman kembali secara pribadi, maka baptisannya itu perlu diteguhkan, dan ia menjadi orang yang dimiliki Tuhan secara sejati.

Amin.

SUMBER :
Nama Buku : FROM FAITH TO FAITH – Dari Iman Kepada Iman
Sub Judul : Bab IV : Momentum Kehidupan (1)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2004
Halaman : 97 – 116