Pentingnya Masa Kanak-kanak

Siapa yang menguasai dunia anak adalah nabi yang menguasai dunia esok hari, dalam hal inilah guru adalah “arsitek jiwa manusia”. Seorang guru yang menyadari bahwa masa kanak-kanak yang takkan terulang, masa paling awal yang memberikan kesan mendalam dalam hidup seseorang, tak mungkin akan sembarangan menghadapi anak-anak hanya selaku objek pelayanannya. Dua belas tahun pertama dari kehidupan seorang anak merupakan masa kritis pembentukan kehidupannya. Akankah ia menjadi wadah Roh Kudus yang mengalirkan berkat, atau wadah Iblis yang merusak?

Masa kanak-kanak bernilai tinggi karena anak-anak adalah generasi penerus umat manusia. Sebagai genus/dasar penentu pembentukan masyarakat, mereka perlu dibangun dengan baik secara fisik maupun mental. Mereka merupakan reflektor (cerminan) moralitas. Meskipun mereka mewarisi dosa asal, tetapi mereka belum terbiasa melakukan dosa, sehingga yang mereka katakan dan perbuat menyatakan sikap lurus.

Setiap anak sebagai manusia berdosa memerlukan keselamatan dan penebusan dari Yesus Kristus. Guru Sekolah Minggu dan Guru Pendidikan Agama Kristen tidak hanya bertugas menyampaikan pendidikan, pengertian, dan ilmu, tetapi sekaligus harus bersiap, berdoa, dan berkuasa menyatakan Injil keselamatan kepada mereka. Prospek dan hari depan gereja bergantung pada penggarapan Sekolah Minggu secara serius.

Di hadapan Tuhan ada tempat yang penting bagi anak-anak. Alkitab menyatakan Tuhan mementingkan pendidikan dengan mengajarkan kepada orang Yahudi untuk mendidik anak-anak mereka dengan Firman (Taurat) sejak kecil, maka sampai besar mereka takkan menyeleweng. Orang Yahudi memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka satu jam per hari, yang berarti hampir 400 jam per tahun. Bagaimana dengan anak-anak kita?

Anak-anak begitu penting bagi Kristus karena Dia sendiri pernah menjadi anak-anak sehingga Dia sungguh memahami pergumulan seorang anak. Yesus memerintahkan agar anak-anak – yang dijadikan kriteria masuk sorga – dikasihi dan digembalakan. Perkataan-Nya, “biarlah anak-anak itu datang kepada-Ku,” menyatakan kebesaran jiwa-Nya untuk senantiasa memberi peluang kepada anak-anak untuk datang kepada-Nya. Untuk membuka peluang itu, kita perlu memikirkan dua hal: apakah kita pernah menemukan pintu masuk ke dalam jiwa anak-anak? Sudahkah kita melapangkan jalan di hadapan mereka untuk memudahkan mereka datang kepada Tuhan?

Sejarah Alkitab menyatakan bagaimana pentingnya penanaman iman sejak kecil yang membentuk pribadi dengan beton iman yang takkan disangkali hingga mati, seperti pada Musa dan Timotius. Sejarah gereja juga
membuktikan hal ini, misalnya dalam hidup Polikarpus yang dibakar demi kesetiaannya pada Kristus; Mary Slessor, misionaris perempuan dari Inggris di Afrika; Abraham Lincoln, presiden Amerika yang bermoral tinggi.

Membangun Pribadi Kristen

Anak-anak berhak nakal dan lincah. Mereka memerlukan orang-orang yang mau mengerti mereka sebagai anak, serta menunjukkan arah yang benar. Hanya guru yang mengindahkan dan mengasihi anak-anaklah yang bisa mengajar anak-anak. Baik orang tua maupun guru harus menanamkan fondasi yang kuat dalam diri setiap anak yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Menurut seorang profesor, yang meninggalkan mahasiswa theologi lalu kembali mengajar Taman Kanak-Kanak, bahwa di dalam diri anak-anak ada suatu kemurnian di mana mereka bisa diajar. Seorang anak yang dibentuk dengan baik akan menunjukkan hasil dari pembentukan itu ketika ia dewasa.

Seorang guru adalah seorang yang rela membentuk pribadi Kristen di dunia ini. Namun sebelum membentuk orang lain, guru harus terlebih dahulu rela dibentuk oleh Tuhan. Guru perlu bertahan dalam kekecewaan dan putus asanya demi tugas mendidik sampai di dalam murid yang dididiknya terbentuk suatu karakter Kristen, yaitu saat Kristus menjadi yang utama dalam hidupnya, menjadikan orang Kristen yang ber-Kristus.

Pembentukan pribadi seseorang mencakup beberapa unsur yang tidak mungkin dapat dihindarkan, seperti unsur hereditas (pembawaan keturunan), tendensi temperamen, pengaruh lingkungan sekitarnya, dan kristalisasi kebiasaan. Unsur hereditas membentuk pribadi anak baik secara fisik, pikiran, temperamen, maupun spiritual. Sifat spiritual tidak dengan sendirinya terbentuk dalam diri anak, perlu anugerah Tuhan melalui pengajaran dan teladan ketaatan dari orang tuanya. Orang tua maupun guru perlu kepekaan dalam mengamati kecenderungan dari masing-masing anak serta mengarahkan pada arah yang benar. Anak-anak memerlukan pagar kebenaran. Selama di dalam pagar, silakan nakal. Di dalam mendidik, orang tua maupun guru harus senantiasa menekankan bahwa mereka bukanlah kebenaran. Mereka hanya pembawa kebenaran yang juga harus takluk di bawah kebenaran.

Manusia adalah makhluk yang memiliki kemungkinan untuk berubah, khususnya dalam pembentukan karakter atau kepribadian. Hal ini sangat menonjol dalam masa kanak-kanak yang fleksibel. Segala fondasi yang sudah ditanam perlu diteguhkan melalui kebiasaan yang dipupuk dengan tekun berdasarkan keyakinan bahwa itu merupakan keharusan bagi tingkah laku kita, serta keyakinan akan adanya otoritas kebenaran. Karakter yang sukses adalah karakter yang berulang kali memaksa diri untuk terbiasa takluk kepada kebenaran yang kita yakini. Proses peneguhan kebiasaan ini umumnya dimulai dengan kepahitan, tetapi diakhiri dengan kemanisan. Kecuali kebenaran Tuhan dan kuasa Roh-Nya, siapakah yang dapat menjamin keberhasilan proses ini?

Guru sebagai Arsitek Jiwa 

Guru adalah Arsitek Jiwa Manusia. Ia adalah perancang total dari pribadi muridnya yang meliputi segala aspek. Ia dapat mengenali muridnya dengan baik, menemukan perbedaan masing-masing pribadi, serta menanggapi mereka dengan penuh penghargaan sebagai peta dan teladan Allah yang memiliki aspek-aspek yang berbeda. Ia melakukan berbagai pendekatan kepada masing-masing pribadi sesuai dengan karakternya.

Di dalam pendidikan ada empat faktor yang urutannya tidak boleh diubah, yaitu guru sebagai pendidik, bahan pendidikan, murid sebagai penerima pendidikan, dan fasilitas pendukung pendidikan.

Guru yang baik akan mencari posisi yang baik untuk mengajar dan akan selalu berada di atas situasi. Ia menghargai jiwa yang Tuhan percayakan padanya dan dari hidupnya terus mengalir cinta kasih. Kontak hati ke hati dengan murid mewarnai hubungan dengan muridnya. Murid-muridnya mengagumi dan menghormatinya. Guna pembangunan jiwa muridnya, ia memberikan bahan pendidikan yang berbobot dan dapat dipertanggungjawabkan. Bagaikan seorang pemahat, dengan terampil dia memahat pribadi muridnya.

Beberapa hal yang memengaruhi pendidikan anak adalah keluarga, sekolah, masyarakat, pengalaman pribadi, dan penetapan diri. Keterbukaan di dalam keluarga adalah dasar pernyataan kebenaran akan keadaan sesungguhnya dari hidup kita yang paling asli. Mengingat pendidikan rumah dan sekolah harus saling melengkapi, maka harus diciptakan kerja sama yang harmonis antara orang tua dan guru. Manusia memerlukan pengalaman pribadi. Orang yang tidak pernah mengalami kesulitan dan pergumulan, tidak akan mungkin bisa berakar. Di samping itu, pendidikan masyarakat turut memberikan dorongan inisiatif dan rangsangan nafsu belajar yang sangat tinggi, terutama hal-hal yang tidak didapatkan di dalam keluarga maupun sekolah. Anak harus belajar untuk memiliki ketetapan hati. Sebagai guru kita perlu mengajar mereka agar bertanggung jawab dengan prinsip yang tegas, memakai dan bersandar pada Alkitab sebagai patokan kebenaran, dengan berani menghadap kepada diri sendiri, dan menjawab kepada Tuhan.

Pembentukan karakter mencakup kebenaran, agama, kesengsaraan, dan Roh Kudus. Kebenaran Firman Tuhan harus menjadi dasar dari pembentukan karakter. Pendidikan harus beriringan dengan penginjilan dan keselamatan. Sedangkan agama berfungsi sebagai pengontrol kepribadian dan pencegah kejahatan, namun ia tidak bisa melahir barukan satu kepribadian. Guru perlu mempelajari doktrin Roh Kudus dan berlaku taat serta menyandarkan seluruh pelayanannya kepada Roh Kudus. Ia juga perlu menyerahkan setiap pribadi yang dididik kepada Roh Kudus, serta mengajar mereka untuk taat kepada Roh Kudus, sehingga mereka mendapatkan dan menghidupi kebenaran yang sejati.

Sumber : Sekilas Kin 2014 -01 Pdf