Kita telah membagi karya manusia: 1) manusia melayani benda; 2) manusia melayani manusia. Semua yang dicipta Tuhan ada di bawah manusia untuk melayani manusia. Maka tidak ada benda dan makhluk yang lebih penting dari manusia. Hanya ada malaikat yang dicipta sedikit lebih tinggi dari manusia tetapi itu dunia rohani dan bukan dunia ini. Ketika engkau melayani manusia, engkau menghadapi makhluk tertinggi yang dicipta Tuhan. Maka menjadi Guru Sekolah Minggu adalah tugas mulia menjadi rekan kerja Allah. Allah mencipta, mendidik, dan memperlengkapi manusia agar lebih berbobot. Menjadi guru berarti menjadi perantara mewakili Tuhan pada murid dan murid pada Tuhan. Mediator yang menebus manusia adalah Tuhan Yesus tetapi kita juga mediator sebagai imam yang berdiri antara Allah dan manusia. Manusia tidak melihat Tuhan tetapi melihat kita yang mengajar menjadi wakil Tuhan. Menjadi pelayan Tuhan berdiri di tengah untuk berdoa di hadapan Allah bagi manusia. Perantara ini merupakan posisi penting. Jika di dalam keluarga atau kampung engkau satu-satunya Kristen, engkau menjadi imam dalam keluarga atau kampungmu. Orang Kristen punya status imamat.

Hidup yang diberi Tuhan memiliki kekuatan dan potensi untuk memberkati hidup yang lain. Maka gentarlah jangan sembarangan melakukan tugas mulia itu. Hidup itu begitu mulia dan berharga karena beberapa sifat yang sudah diletakkan Tuhan kepada kita:

  • Sifat Kekekalan. Manusia satu-satunya yang punya sifat ini. Semua binatang mati, selesai. Manusia mati, tubuhnya sementara di kuburan, jiwanya harus menghadap Allah dan diadili. “Bersiaplah bertemu Tuhanmu,” kata Alkitab. Orang yang tidak mengenal Allah tidak bisa menghindar harus berdiri di hadapan
    Allah karena hidup kekekalan. Ayub diizinkan Tuhan dianiaya dan digoda oleh setan. Ketika Ayub dipulihkan, semua harta dan binatangnya diganti dua kali tetapi anak tidak diganti ganda. Anak tidak sama dengan benda. Anak-anak tidak perlu dilipatgandakan karena manusia mati tidak selesai. Manusia itu kekal. Kekekalan Allah adalah kekekalan tanpa awal dan tanpa akhir tetapi kekekalan manusia ada awal dan tanpa akhir. Ini hal yang menakutkan. Ketika kita bersama Tuhan maka selama-lamanya bersama dengan Allah, itu bahagia luar biasa; tetapi ketika tidak bersama Tuhan selama-lamanya, betapa celakanya. Kalau anakmu berontak kepadamu, engkau harus dengan sabar didik mereka karena mereka kalau diselamatkan akan diselamatkan selama-lamanya.
  • Sifat Tak Terbatas. Saya pernah berpikir mungkinkah kita belajar dan baca buku lalu satu waktu akhirnya otaknya penuh dan tidak bisa masuk lagi. Manusia paling bodoh dan monyet paling pandai, manakah yang lebih baik dan pandai? Orang yang bodoh bisa punya anak yang bisa sekolah lulus SD tetapi monyet paling pandai tidak bisa punya anak yang bisa lulus SD. Manusia adalah manusia, monyet adalah monyet. Manusia punya bibit manusia dan monyet punya bibit monyet. Manusia bukan monyet dan monyet bukan manusia. Orang yang terus belajar bisa tidak berhenti bertumbuh yang tidak pernah penuh.
    Manusia memiliki hidup yang tidak ternilai harganya karena ia memiliki daya penerimaan yang hampir tidak terbatas.
  • Sifat Kreatif. Manusia memiliki daya kreatif luar biasa. Anak yang dididik dengan baik potensinya akan dikembangkan baik dan bisa mengembangkan hal-hal yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh orang lain. Thomas Alfa Edison disebut sebagai The Prince of Inventors. Penemuan listrik, radio, gramafon adalah karyanya. Ketika usia 11 tahun ia diberi surat oleh gurunya yang menyatakan Edison terlalu bodoh dan tidak bisa dididik. Kini Edison telah menjadi orang yang jadi berkat bagi banyak orang. Kita bersyukur
    kepada Tuhan karena ada potensi yang hampir tidak terbatas dalam manusia. Tidak ada seorang yang tidak bisa dididik. Doalah agar engkau bisa menjadi guru yang optimis, penuh kasih, dan kemampuan untuk mendidik anak yang sulit luar biasa. Kalau kita bisa menggali apa yang Tuhan rencanakan dalam hidup kita, kita bisa menjadikan anak-anak penting. Paulus melihat Markus yang tadinya tidak berguna akhirnya berubah. Itulah yang membuat saya menjadi hamba Tuhan. Jika orang tidak bisa berubah, saya percuma menjadi hamba Tuhan. Kita mendidik anak dengan konstruktif. “Pujian dan dorongan yang jujur harus dan sungguh sesuai dengan fakta, merupakan kekuatan yang paling besar untuk membangun seseorang.” Ketika anak maju, kita bisa puji; dan kalau belum maju, kita dorong dia maju. Jangan melecehkan, menghakimi, menghina, karena itu akan menjadi alat setan untuk menghancurkan. Pujian jangan palsu. Pujian palsu akan membuat orang membenci kita. Kalau pujian itu jujur maka pujian diterima dengan baik. Manusia tidak mudah ditipu karena ia dicipta menurut peta teladan Allah.
  • Sifat Pengaruh. Kalau kita dipengaruhi, siapa yang memengaruhi kita dan pengaruh itu baik atau buruk? Semua pengaruh yang baik harus kita ikuti dan kita teruskan ke orang lain. Semua keagungan dari orang-orang agung harus terus dialirkan ke orang lain. Konfusius hidup hanya 72 tahun tetapi pengaruhnya lebih dari 2.500 tahun. Daud sudah meninggal 3.000 tahun yang lalu tetapi sifatnya masih memengaruhi banyak orang. Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena kita sudah dipengaruhi dan boleh memengaruhi. Kalau engkau mendapat pengaruh baik dari orang tua, bersyukurlah; kalau ada yang tidak
    mendapatkan itu, biarlah kita tetap bersyukur. Saya mendapat pengaruh besar dari ibu saya. Suara pertama yang saya dengar setiap pagi adalah doa ibu saya yang mendoakan setiap anaknya. Satu jam setiap pagi ia duduk menghadap jendela dan berdoa sambil baca Alkitab. Saya sangat terkesan kalimat-kalimat ibu saya, yang menyebut Tuhan Allah sebagai “Bapaku” dan dia selalu berdoa minta kekuatan membesarkan anak-anaknya yang nakal. Saya sadar sayalah anak nakal itu. Belajarlah menjadi ibu yang
    baik sebelum menjadi guru yang baik. Berdoalah agar engkau menjadi pengaruh berkat bagi anak.

Anak itu bernilai karena: Pertama, Alkitab berkata, “Didiklah anak menurut jalan yang patut baginya, maka sampai tuanya ia tidak akan meninggalkan jalan itu.” Seriuslah mengajar Sekolah Minggu. Yang tidak serius mengajar, pecatlah dirimu. Pekerjaan Tuhan tidak boleh dikerjakan semaunya. Banyak anak kecil yang ke gereja ketika remaja hilang. Kalau engkau serius didik mereka, ketika remaja mereka hilang, doakan mereka, suatu hari akan kembali. Jangan patah hati atau putus asa. Tanaman itu akan menjadi pohon besar. Benih itu kita tanam, biarkan orang lain menyiram, dan Tuhan tidak meninggalkan kita. Kedua, Tuhan juga inkarnasi melewati tahap anak. Kalau anak tidak penting, Yesus juga tidak menjadi anak. Yesus mau melewati setiap tahap pertumbuhan manusia. Allah menjadi manusia sepenuhnya dan sekaligus Allah sepenuhnya tidak ada dalam agama lain. Biarlah kita mencintai anak-anak seperti Kristus mencintai anak. Ketiga, perkembangan anak menjadi dewasa merupakan contoh bahwa manusia bisa hidup berkemenangan hanya bersandar dalam Kristus yang menang dan mengalahkan iblis, dosa, dan kejahatan. Mari kita sadar bahwa kita bernilai dan anak bernilai. Amin.

Sumber : Sumber : Sekilas KIN 2014-03