BAB III :

BUAH-BUAH ORANG KRISTEN

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 15:1-8)

“Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Matius 3:8)

“Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.” (Roma 6:22)

“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,” (Efesus 5:8-9)

“Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipat gandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu.” (2 Korintus 9:10)

“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15)

“Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” (Ibrani 12:9-11)

————————————————

Pada waktu Tuhan menciptakan pohon-pohon, maka Ia memerintahkan pohon-pohon itu untuk berbuah. Dalam buah ada benih. Maka urutannya adalah pohon – buah – benih. Di dalam benih tersimpan hidup yang baru. Di dalam hidup yang baru tersimpan potensi untuk berbuah. Inilah cara Tuhan dalam menciptakan sesuatu. Hidup mengandung unsur materi, tetapi hidup mempunyai sifat positif yang melebihi sifat materi yang pasif. Materi tanpa hidup adalah materi yang bersifat pasif, tidak bertumbuh dan berbuah. Tetapi hidup yang bisa berbuah mempunyai sifat positif karena berlainan dengan kepasifan dari materi.

Pada malam terakhir sebelum disalibkan, Tuhan Yesus mengatakan tentang satu keadaan yang begitu indah yang diberikan-Nya kepada para murid-Nya, “Aku adalah pokok anggur yang sejati dan Bapa-Kulah pengusahanya.” Yesus Kristus menyatakan diri sebagai Sumber hidup dan kita semua hanya ranting-ranting di atas pohon yang diasuh dan diusahakan oleh Bapa di sorga. Ranting yang menyimpan firman di dalamnya akan berbuah, sedangkan yang tidak akan menjadi kering, dikumpulkan dan dibakar.

Kalimat dalam Yohanes 15:5, “Sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat-apa-apa.” Persis artinya dengan satu kalimat yang diucapkan oleh Confusius 2600 tahun yang lalu, “Kalam atau Firman tidak boleh kita tinggalkan untuk sekejap matapun.” Menurut Confusius, Kalam itu mempunyai kaitan dengan hidup kita. Maka jika kita terlepas darinya walaupun hanya untuk satu momen saja kita akan mati. Confusius memiliki pengenalan bahwa eksistensi manusia berdasar dari eksistensi total, atau sumber eksistensi. Keberadaan manusia tergantung pada Dia yang memberikan hidup. Confusius tidak mengatakan, “Kalau engkau meninggalkan aku, engkau tidak bisa berbuat apa-apa.” Dia sendiri mengetahui bahwa dia bukan sumber kehidupan dan keberadaan itu. Tetapi Yesus Kristus berkata, ”Barangsiapa meninggalkan Aku, dia tidak dapat berbuat apa-apa.” Penggabungan antara kita dengan Kristus sebagai Sumber hidup adalah rahasia kekonsistenan hidup dan keberadaan kita untuk berbuah. Buah apakah yang seharusnya dihasilkan oleh orang beriman kepada Yesus Kristus.

Dalam semua agama yang besar yang pernah dianut dan dijalankan manusia pada akhirnya hanya akan menemukan satu buah yaitu kelakuan baik. Tetapi Alkitab memberikan pengajaran akan hidup berbuah yang sempurna dan limpah adanya.

A. BUAH PERTOBATAN

Hati pertobatan dan buah pertobatan adalah dua hal yang berbeda. Hati pertobatan ada di dalam sedangkan buah pertobatan ada di luar. Hati pertobatan adalah suatu niat, sedangkan buah pertobatan adalah perbuatan. Hati pertobatan dilihat oleh Tuhan Allah, sedangkan buah pertobatan disaksikan oleh manusia. Pertobatan mempunyai dua aspek besar. Aspek di dalam dan aspek di luar. Pertobatan bukan merupakan satu pengakuan di mulut atau satu pengakuan di otak semata-mata, tetapi perubahan sifat dasar dari sikap hidup dan arah hidup dari kegelapan menuju kepada terang yang diperkenan oleh Tuhan. Pertobatan adalah betul-betul membenci dosa dan kembali kepada Tuhan, berkenan di hadapan Tuhan Allah. Tapi mungkinkah hati demikian dihasilkan oleh orang berdosa sendiri?

Alkitab dengan jelas berkata kepada kita bahwa pertobatan bukanlah syarat untuk dilahirkan kembali. Tetapi justru Roh Kudus memperanakkan manusia berdosa sehingga mengakibatkan manusia bertobat. “Saya bertobat sehingga Tuhan menerima dan memberikan hidup baru kepada saya.” Ataukah “Tuhan memberikan hidup yang baru melalui mendengar firman sehingga mengerjakan satu pertobatan dalam diri saya?” Paulus begitu keras memberikan penghakiman kepada mereka yang mengatakan bahwa setelah percaya kepada Tuhan Yesus, orang harus disunat lagi (Kisah Para Rasul 15:1-2 dan Galatia 5:1-12). Kalimat-kalimatnya begitu keras karena ia tahu bahwa tidak semua ajaran itu sama dan Alkitab dengan begitu jelas mengajarkan kepada kita untuk mempertahankan kebenaran.

Hati pertobatan bukan suatu hal lahiriah, melainkan satu perubahan total dalam jiwa. Allah memberikan hidup baru kepada seseorang sehingga melalui hidup baru itu menghasilkan suatu perasaan benci kepada dosa. Firman Tuhan mengatakan, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Tuhan tidak berubah apa-apa jika seseorang menjadi Kristen, tetapi perubahan pasti ada dari diri orang Kristen menjadi orang yang menerima anugerah pengampunan dosa. Setelah Roh Kudus memperanakkan kembali seseorang, ada tiga tahap yang terjadi:

1. Menumbuhkan Iman

Iman datang dari pendengaran akan firman Kristus (Roma 10:7). Faith comes by hearing, dan bukan faith comes by healing. Iman kepercayaan yang memegang janji Tuhan dan yang mengerti firman Tuhan serta mengkaitkan diri dengan rencana Allah yang kekal, itulah iman yang dimaksudkan Alkitab. Jika seorang mengatakan, “Saya percaya Yesus hebat!”, maka itu bukan hasil pekerjaan iman yang menyelamatkan, namun hanya satu pengakuan kuasa Ilahi. Iman kepercayaan yang dihasilkan melalui pendengaran firman mengakibatkan benih yang mempunyai satu kaitan dengan janji dan kebenaran Allah dan mengakibatkan keselamatan bagi kita masing-masing. Iman bekerja menjadi kebenaran yang bersinar dan memberi iluminasi kepada kita untuk mengerti firman. Roh Kudus melalui firman dan kebenaran mencerahkan pikiran menusia sehingga mereka sadar dan bertobat.

2. Menggerakkan Emosi

Setelah mengerti firman melalui pencerahan dari Tuhan, kita mulai mencintai firman Allah. Cinta kepada firman berasal dari Roh Kudus yang menggugah emosi. Roh Kudus menggugah emosi manusia untuk mencintai Alkitab.

3. Menaklukkan Diri Kepada Kebenaran Firman Tuhan

Yang dulu suka sekarang benci, yang dulu benci sekarang suka. Dulu dan sekarang mengalami perubahan dan perubahan ini dinyatakan di dalam buah pertobatan. Orang-orang di kantor, di rumah, di sekitar, tidak mengetahui hati kita yang bertobat, tetapi mereka melihat buah-buah pertobatan kita.

Sebelum Tuhan Yesus melayani dalam dunia ini, Yohanes Pembaptis telah muncul terlebih dahulu dan menegur dengan keras agar manusia bertobat. Yohanes adalah seorang hamba Tuhan yang penuh Roh Kudus sebelum ia lahir. Peristiwa ini tidak pernah ada lagi selain Yesus Kristus, sebab Dia adalah Allah sendiri yang berada dalam rahim manusia. Tetapi di hadapan Allah, satu-satunya orang yang dipenuhi Roh Kudus sebelum dia dilahirkan adalah Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis berkhotbah dan dipenuhi Roh Kudus sehingga ia dapat berkhotbah dengan keras kepada orang-orang: “Bertobatlah kamu sebab kerajaan sorga sudah dekat.”

Dari zaman Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, fokus dari berita Allah adalah agar orang berdosa datang kembali kepada-Nya. “Kembalilah kepada-Ku!” Teriakan ini mengajak kepada kita untuk bertobat, itu adalah berita anugerah dari Tuhan. Kalimat-kalimat yang penuh dengan madu yang menipu dan kosong adalah kesalahan dari banyak orang di segala zaman. Terlalu sedikit nabi yang berani menegur dosa, karena mulutnya tertutup jika orang memberikan fasilitas kepadanya. Asal diberi fasilitas, maka nabi-nabi itu mengatakan: “Selamat.” Tetapi nabi yang sungguh-sungguh setia, membawa berita Tuhan yang tidak terpengaruh oleh penerimaan dari pihak manusia (band.Yeremia dan Hananya, dalam Yeremia 28:1-17; juga Mikha bin Yimia dan Zedekia bin Kenaana dalam 1 Raja-raja 22:1-28).

Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan dengan seruan yang mendesak, supaya orang melihat bahwa mereka tidak dapat memilih kesempatan dan waktunya untuk bertobat sekehendak mereka. Perhatikan kalimat: “Kerajaan Sorga sudah dekat!” Ini berarti kalau Tuhan memberikan kesempatan untuk bertobat, maka janganlah manusia mempermainkan kesempatan ini karena satu hari kelak semua orang harus berdiri di hadapan Allah. Tuhan menunda penghakiman-Nya atas orang yang tidak mau bertobat pada akhir hidup mereka ataupun pada hari kiamat. Dosa sebagian orang langsung mengejar mereka selama masih hidup dan dosa sebagian lain mengejar pelakunya pada hari penghakiman terakhir.

Nabi Elia dikecam oleh raja Ahab karena kesetiaannya menyampaikan kehendak Allah yang melawan penyembahan Baal. Tetapi dengan tegas Elia mengatakan: ”Kalau Baal itu Allah, ikutilah dia.” Setelah waktunya ditetapkan, maka empat ratus lima puluh nabi-nabi Baal bertemu dengan nabi Elia. Mereka berdoa. Bagaimana cara nabi palsu berdoa? Dengan teriakan-teriakan paling keras dari pagi sampai tengah hari kepada Baal agar mengirimkan api, tetapi api tidak turun. Lalu mereka berjingkat-jingkat sekeliling mezbah sambil menoreh-noreh diri sehingga darah bercucuran dan kerasukan, tetapi api tidak kunjung turun. Setelah semua itu, barulah Elia berdoa kepada Tuhan memohon api turun dari langit membakar persembahan di atas mezbah. “Tuhan nyatakanlah bahwa Engkau Allah dan nyatakanlah bahwa aku ini hamba-Mu.” Maka kemudian api turun dari langit, lalu seluruh bangsa Israel kembali kepada Allah (1 Raja-raja 18:16-40). Elia adalah seorang yang telah mengubah situasi kerusakan agama yang tidak disadari oleh bangsa Israel dalam Perjanjian Lama.

Juga dalam Perjanjian Baru, ada satu orang yang tanpa kompromi telah berkhotbah sehingga menggoncangkan seluruh masyarakat. Pada zaman itu sudah banyak imam orang Lewi, sudah banyak pemimpin agama dan ahli Taurat. Tetapi Tuhan tidak mau memakai mereka ataupun Bait Suci di Yerusalem yang megah untuk menyatakan kehendak-Nya melainkan memakai Yohanes Pembaptis di padang pasir. Yohanes berkhotbah di tempat di mana ada angin ribut, panas terik matahari bahkan tidak ada mimbar, karena Tuhan tidak tergantung pada gedung yang besar ataupun uang yang banyak. Tuhan menyatakan, kalau bukan karena Roh-Nya yang menggerakkan, maka semua tidak terlaksana. Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan mujizat satu kalipun, tetapi berita yang disampaikannya adalah: “Bertobatlah kamu!” Ini adalah khotbah yang tidak enak didengar, tetapi inilah berita yang dinyatakan Roh Kudus kepadanya.

Maukah kita berdoa memohon agar Tuhan senantiasa membangkitkan hamba-hamba-Nya yang betul-betul jujur dan dengan penuh cinta kasih berani menegur dosa? Allah adalah Allah yang suci, Allah yang adil, Allah yang tidak dapat dipermainkan. Barangsiapa bermain-main dengan Allah, orang itu sedang membuang dirinya sendiri dalam kesesatan. Nyatakanlah buah-buah pertobatan Anda. Hati pertobatan ada di dalam, tetapi buah pertobatan ada di luar.

Pada waktu Zakheus bertobat, ia berkata: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:8). Bertobat terjadi dalam hati tetapi buah pertobatan dilihat dari kelakuannya. Jika seorang beriman tidak menunjukkan kelakuan yang benar maka imannya itu mati adanya (Yakobus 2:17). Tuhan mau memberikan kita kekuatan untuk bertobat dan saya katakan dengan tulus: Bertobatlah, tinggalkanlah hidup yang lama, berjanjilah di hadapan Tuhan berdasarkan cinta kasih Kristus yang telah mati untuk menebus dosa kita, membersihkan hati nurani dan dengan airmata di hadapan Tuhan katakanlah: “Saya mau menyatakan buah pertobatan.” Dan sesudah Anda mengatakannya dalam doa, lakukanlah dalam tindakan.

B. BUAH PENGUDUSAN

Buah orang Kristen pertama adalah buah pertobatan, tetapi buah kedua adalah buah Pengudusan. Tetapi sekarang… (Roma 6:22). Dulu kita adalah hamba dosa, sekarang hamba kebenaran. Dulu kita begitu rela melakukan dosa, sekarang perubahan dalam diri orang bertobat menghasilkan adanya kerelaan untuk menjadi orang yang suci, yang rindu dan mau meletakkan kebebasan diri di bawah tangan Tuhan.

Dulu kita diperhamba oleh setan, tetapi kita tidak memiliki kekuatan untuk melawan bahkan sebaliknya setuju dengan hal itu. Tetapi Kristus mencurahkan darah mengganti kita dan mengalahkan setan. Dia (Kristus) berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yoh.14:15). Itulah artinya hidup orang Kristen.

Dengan satu kebebasan yang mengenal kebenaran, rela menyerahkan diri dengan penuh ketaatan kepada Dia yang sudah mati bagi kita. Serahkanlah tangan, kaki, mata, telinga, fungsi seks, dan seluruhnya dalam jalur kebenaran, Menyanyilah dan persembahkanlah musik yang agung bagi-Nya, pakailah otak yang pintar untuk memikirkan kehendak Tuhan. Ini yang disebut buah Pengudusan.

Buah Pengudusan membawa kepada hidup yang kekal. Mungkin Anda berkata : “Kalau sudah mendapat hidup yang kekal, mengapa harus ada lagi pengudusan yang membawa kepada hidup yang kekal?” Perhatikanlah bahwa hidup kekal sebagai status dan hidup kekal sebagai sesuatu kenikmatan sehari-hari adalah dua hal yang berbeda. Menikmati hidup kekal; setiap hari. Inilah buah Pengudusan.

C. BUAH TERANG

“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,” (Efesus 5:8-9)

Setelah bertobat, kita menyatakan buah Pertobatan. Setelah mengejar kesucian, kita menguduskan tubuh kita. Sekarang kita menyatakan buah Terang.

Menjadi orang Kristen berarti mempunyai jiwa yang di dalamnya tidak ada kegelapan. Menjadi Kristen bukan hanya namanya saja, tetapi hatinya, matanya, pikirannya, rencananya, dan sikapnya adalah sikap di dalam terang. Orang seperti ini dapat menjadi kawan dan penolong yang sangat berharga. Jadikan diri Anda seperti ini untuk menjadi kawan bagi orang lain. Ada tiga buah terang yaitu kebajikan, keadilan dan kebenaran. Atau terjemahan yang lain yaitu kebaikan, keadilan dan kejujuran.

Orang yang hatinya berliku-liku selalu mempunyai perkataan yang tidak dapat dimengerti dengan jelas, tetapi anak kecil yang hatinya jujur tidak pernah mengatakan kepalsuan. Jadilah orang Kristen yang berani membuka topeng, baik itu di kantor, di rumah maupun di mana saja. Kejujuran merupakan bukti bahwa kita adalah anak terang. Jadilah orang yang jujur, tulus, ikhlas, di mana pun juga.

Arti pertama dari anak terang adalah jangan hidup berpura-pura. Arti yang kedua adalah hidup dalam cahaya firman, artinya berani dikoreksi sesuai dengan firman. Sikap sebagai anak-anak terang adalah rela menerima kritik, rela menerima koreksi atas kesalahan yang diperbuat, karena kesadaran bahwa setiap orang mungkin berbuat kekeliruan. Biarlah kita belajar untuk mau dikoreksi oleh Tuhan dan mau benar-benar meneliti Alkitab supaya terang Alkitab berbicara kepada kita. Arti ketiga yaitu hidup dengan bijaksana, sehingga setan tidak mempunyai tempat untuk menyerang Kekristenan.

Tuhan Yesus berkhotbah pada Nikodemus pada waktu malam hari, tetapi berkhotbah pada perempuan Samaria pada waktu siang hari. Bagaimana jika waktunya terbalik? Maka orang akan mengatakan Tuhan Yesus sebagai suami ke-tujuh dari perempuan Samaria itu. Yesus mencari orang yang tidak beres itu siang hari, tetapi Yesus menerima pemimpin orang Farisi itu pada malam hari. Mengapa? Karena Nikodemus akan mengalami kesulitan besar dari sekitarnya jika ketahuan orang Farisi lainnya. Tetapi kalau perempuan Samaria dikunjungi Yesus pada malam hari maka Yesus akan mengalami kesulitan besar dan celaan. Yesus begitu bijaksana. Kita tidak dapat mengatakan bahwa orang jujur itu bodoh. Orang bodoh belum tentu jujur. Yang paling celaka adalah orang yang bodoh dan tidak jujur.

Rasul Paulus menasihatkan Timotius agar melakukan segala sesuatu dengan baik dalam terang, supaya jangan orang lain menganggap dirinya rendah (1 Timotius 4:12; 2 Timotius 2:15). Setiap kita harus bijaksana dalam segala hal. Seringkali hal-hal yang kita anggap sepele sebenarnya adalah hal yang penting. Kita harus berhati-hati supaya dalam melakukan segala sesuatu dan kita berlaku sebagai anak terang. Manusia yang mengeluarkan kebajikan dari hati yang bersih.

SUMBER :
Nama Buku : Hidup Kristen Yang Berbuah
Sub Judul : Bab III : Buah-buah Orang Kristen
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : LRII, 1992
Halaman : 29 – 48