Salah satu kutipan terkenal dari seorang Leonardo Del Vecchio adalah “I don’t like paying taxes, but I like sleeping at night“, kutipan yang senada disampaikan oleh seorang Albert Einstein yaitu “The hardest thing in the world to understand is income tax“. Hal ini mungkin dilatari oleh penderitaan yang di alami saat berjuang hidup di mana negara tidak sepenuhnya hadir untuk itu. Namun, tentu hanya mereka yang tahu…

Tentang bagaimana kisah perjuangan dari seorang Leonardo Del Vecchio si Mr. “The Old Man”, mari kita simak semoga menginspirasi.

Leonardo termasuk salah satu pebisnis tersukses di dunia. Merek kacamata terkenal dari Italia, Luxottica, sebuah merek kacamata tersohor di dunia itu adalah milik Leonardo Del Veccio. Dia berasal dari keluarga yang tidak kaya. Ayahnya meninggal beberapa bulan sebelum kelahirannya. Leonardo hanya tinggal berdua dengan ibunya pada sebuah gubuk jelek di pinggir kota. Bahkan saking miskinnya, sang ibu tidak mampu menghidupi yang kemudian terpaksa menitipkan Leonardo ke sebuah panti asuhan. Pada usia tujuh tahun Leonardo diasuh oleh seorang biarawati di panti tersebut. Baru kemudian pada usia 14 tahun, Leonardo mulai bekerja untuk menopang ekonomi keluarganya.

Leonardo bekerja sebagai seorang trainer pada sebuah produsen peralatan di Milan. Di tempat kerjanya tersebut, Leonardo tidak hanya bekerja pada siang hari.  Namun ketika malam tiba setelah seharian bekerja, ia banyak belajar desain–desain alat industrial. Sejak saat itulah Leonardo tertarik untuk menangani bingkai kacamata.

Tak lama setelah itu, Leonardo pun memutuskan untuk pindah ke Agoda yang merupakan pusat industri kacamata. Di situ ia mulai menimba dan mengumpulkan banyak ilmu mengenai kacamata selama enam tahun. Kemudian dengan modal ilmu yang ia dapatkan selama enam tahun tersebut ia mulai fokus untuk berdiri sendiri dalam bisnis kacamata.

Perlahan namun pasti, Luxottica semakin besar dan melakukan ekspansi bisnis bidang kacamata yang luar biasa. Kesuksesan Leonardo del Vecchio dalam memimpin perusahaan membuat perbesaran lapangan semakin luas. Secara bertahap, Luxottica berhasil mengakuisisi beberapa merek Italia terkenal. Lens Crafter, Porsol, Vogue, berhasil diambil alih olehnya. Bahkan tidak hanya di Italia saja, merek yang sangat terkenal asal Amerika Ray-Ban pun juga turut dicaplok.

Kini, Luxottica memiliki lebih dari 6.000 toko ritel yang berada di seluruh dunia. Perusahaan yang dirintis dari seorang anak yatim yang miskin ini sekarang menjelma menjadi produsen kacamata terbesar di dunia. Dengan kekayaannya yang luar biasa tentu diharapkan memberikan kontribusi kepada negara melalui pajak, dia pun mematuhinya, demi bisa tidur dengan nyenyak katanya… “I don’t like paying taxes, but I like sleeping at night”  (Leonardo Del Vecchio).

 

Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3640407/kisah-anak-yatim-miskin-jadi-pengusaha-sukses-dunia