Dalam butir kedua Pengakuan Iman Rasuli, ada empat frasa yang perlu kita perhatikan: 1) Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal; 2) Tuhan kita; 3) Yang dikandung dari Roh Kudus; dan 4) Lahir dari anak dara Maria. Di dalam empat frasa ini terkandung kelimpahan pengenalan kita akan Kristus. Telah kita bicarakan sebelumnya bagaimana Kristus hadir pada saat Romawi menegakkan kaisar pertama yang mengaku diri sebagai Tuhan. Kekaisaran Romawi merupakan kekaisaran terbesar sepanjang sejarah. Sebelum Agustus menjadi kaisar, sudah ada beberapa orang hebat dalam kerajaan ini, seperti Pompey, Julius Caesar, dan Antonius. Sekitar 70 tahun sebelum Kristus lahir, Julius Caesar merajalela. Ia adalah seorang jenderal yang hebat dan kuat. Ia terus memperluas teritori Romawi, bertahun-tahun perang di Utara, di daerah Gaul (Prancis sekarang), ia kembali ke Roma, mengalahkan Jenderal Pompey dan menjadi diktator dalam kekaisaran Romawi. Tiga tahun kemudian mendadak ia dibunuh. Orang besar seperti dia, yang begitu hebat, dan karena terlalu keras berkuasa, ia menanamkan kebencian kepada bawahannya. Suatu hari ketika ia hadir di dalam parlemen, tiba-tiba anak buahnya mengeluarkan pisau dan menusuk dia. Di saat satu per satu menusukkan pisaunya, datang seorang jenderal muda, anak angkat yang sangat ia sayangi, yang bernama Brutus; ia juga mengeluarkan pisau dan menusuk Julius. Julius dengan muka serius berkata, “Brutus, kamu jugakah?” dan meninggallah ia.

Pada saat berita itu tersebar luas, rakyat marah dan mau mencari siapa pembunuhnya dan ingin membalasnya. Di saat itu, Antonius berdiri di sebelah mayat Julius Caesar dan berpidato. Pidato ini dianggap sebagai salah satu pidato yang paling menggugah umat manusia dan menggunakan teknik orasi yang terbaik. Pada awal pidatonya, Antonius begitu menyanjung Julius Caesar sebagai orang yang hebat, yang punya kekuatan besar, dan sebagainya. Tetapi dalam sepuluh menit, ia mulai membalikkan situasi, ia mulai mengatakan, “Orang ini sangat keras, orang yang berkemauan kuat, diktator, kuasanya terlalu besar, sehingga kita harus waspada dengan orang ini. Hari ini, jika negara kita mau maju, apakah masih memerlukan orang seperti ini? Dulu memang perlu, tetapi sekarang tidak. Sekarang dia berusaha menguasai dan memperbudak kita semua. Oleh karena itu, kita perlu membunuhnya.” Mendadak suasana berubah. Semua orang yang sebelumnya begitu mencintai Julius Caesar, sekarang berbalik membencinya, akibat dari sebuah pidato. Seorang yang fasih lidah, berotak pandai, tetapi hatinya tidak jujur, mungkin bisa mempunyai hasutan yang menakutkan. Sesudah pidato Antonius, semua orang setuju Julius Caesar harus dibunuh. Maka suasana berhasil diredakan. Sesudah itu, Antonius merebut kekuasaan.

Setelah Julius Caesar mati, kekuasaan jatuh kepada tiga orang, yaitu: Brutus, Antonius, dan Octavianus. Antonius mempunyai kelemahan besar seperti Julius Caesar, yaitu meleleh jika melihat wanita cantik. Julius Caesar pernah mempunyai seorang wanita simpanan yang menjadi ratu Mesir, yaitu Cleopatra. Kecantikannya melampaui semua wanita dan sampai sekarang diakui sebagai salah seorang wanita tercantik di sepanjang sejarah. Kecantikannya membuat para jenderal tidak bisa tidur dan lupa akan kewajibannya, karena ingin tidur dengannya, termasuk Julius Caesar dan Antonius. Setelah Jenderal Pompey mati, pesaing Antonius yang tersisa ialah Octavianus. Saat Octavianus tiba di Mesir, Cleopatra ingin membiusnya agar Octavianus jatuh cinta kepadanya, karena ia tahu bahwa jenderal ini mempunyai kuasa yang sangat besar. Tetapi ia gagal merayu Octavianus yang bermaksud mengalahkan Antonius. Antonius sudah terbius oleh Cleopatra dan tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk berperang, meskipun ia menggabungkan pasukan Romawi dan pasukan Mesir. Octavianus tidak tergoda pada wanita dan mempunyai keberanian dan kekuatan yang lebih besar, sehingga akhirnya dapat mengalahkan Antonius. Setelah Antonius kalah dan mati, Cleopatra tahu bahwa ia sudah tidak memiliki harapan lagi, karena Octavianus tidak mencintai dia dan yang dicintainya sudah mati. Maka menurut legenda Mesir, ia bunuh diri dengan memegang ular kobra sampai ular itu menggigitnya dan racun ular berbisa itu masuk ke tubuhnya. Lalu, ia juga menusuk mati dirinya. Sesudah itu, Mesir tidak lagi memiliki kuasa yang besar. Ratusan tahun kemudian, Mesir kembali mempunyai seorang firaun yang bukan orang Mesir. Kejayaan Mesir hancur sama sekali, karena Allah tidak memerlukan Mesir lagi.

Setiap kerajaan yang besar, setelah kehendak Tuhan atas kerajaan itu selesai, maka kerajaan itu dibuang. Musa mendapatkan Sepuluh Hukum, maka Mesir tidak diperlukan lagi. Daniel sudah mendapatkan wahyu Tuhan, maka Babilonia tidak diperlukan lagi. Ketika Daniel sudah menjelaskan kehendak Tuhan, maka Belsyazar dihancurkan, Ahasyweros, dan Asyur tidak diperlukan lagi. Semua orang penting, seperti Yusuf, Daniel, Yunus, Ester, dan Paulus, berada di dalam kerajaan-kerajaan terbesar di dunia. Sekarang, Mesir, Persia, Niniwe, dan Romawi sudah tidak ada lagi, karena Tuhan tidak membutuhkan kerajaan-kerajaan yang angkuh. Tuhan memakai orang untuk memberi peringatan dalam suatu kerajaan, seperti Yusuf dan Daniel.

Yusuf berkata, “Tuhan Allah yang memberitahumu sejarah akan menjadi seperti apa.” Daniel berkata, “Agar engkau mengerti, bahwa kuasa Allah di atas kuasa manusia.” Semua ini berita Alkitab yang sangat penting, yang sering kali tidak diperhatikan oleh orang Kristen. Kaum akademisi dunia juga tidak menganggap penting orang seperti Musa, Daniel, dan sebagainya.

Di dunia ini ada dua arus, yaitu: 1) Arus yang diakui struktur dunia—baik politik maupun akademik—yang dengan keangkuhannya menuliskan sejarah; dan 2) Arus dari Tuhan yang tersimpan dalam catatan Alkitab dan pimpinan Roh Kudus. Kebanyakan orang tidak menganggapnya penting, tetapi itu yang menentukan nasib seluruh umat manusia. Sekitar 70 tahun yang lalu, kaum akademisi berkata, “Tidak ada orang yang namanya Pilatus. Tidak perlu memperhatikan Alkitab. Hanya orang Kristen yang membaca Alkitab dan percaya kepada Tuhan.” Para cendekiawan Universitas Sorbonne, Prancis, lembaga akademis yang sangat tinggi di dunia, tidak mengakui kebenaran Alkitab. Sampai suatu saat sekelompok orang penting di Inggris meletakkan jabatannya, pergi ke Turki, dan Israel melakukan penelitian arkeologi. Mereka bukan mau mencari bukti untuk mendukung Alkitab, tetapi mau melakukan penelitian akademis untuk meraih pencapaian pribadi. Akhirnya, mereka yang justru membuktikan keberadaan Pilatus, seorang gubernur Romawi yang membunuh Yesus. Demikianlah mereka menyatakan bahwa Alkitab benar adanya. Orang Kristen jangan ikut-ikutan mengirim anak-anakmu belajar ke Jerman, Amerika Serikat, karena kebanyakan mereka akan dipengaruhi kaum akademisi yang tidak lagi percaya Alkitab. Mereka mengira dasar perkembangan Eropa adalah pemikir-pemikir Prancis, padahal dasarnya adalah humanisme. Seorang yang setelah mengamati Eropa berkata kepada saya, “Setelah diperhatikan, saya baru tahu bahwa dasar perkembangan seluruh Eropa bukanlah Renaissance ataupun Enlightenment, tetapi Reformasi.” Pengertian ini benar, sesuai prinsip Alkitab.

Setelah Julius Caesar mati, Brutus dikalahkan, Antonius mati, dan Cleopatra bunuh diri, maka Octavianus merajalela di seluruh kekaisaran Romawi, dan parlemen mengangkatnya menjadi kaisar. Octavianus dilantik menjadi Kaisar Agustus dan menjadi tuhan atas semua warga kekaisaran Romawi. Pada saat itulah Yesus lahir. Kristus dilahirkan saat manusia angkuh dan gila dengan mengangkat seorang jenderal menjadi tuhan. Allah berkata, “Tidak, ia bukan Tuhan, ia hanya seorang manusia yang bisa mati.” Seorang jenderal pada akhirnya akan tua dan mati. Manusia bukan Tuhan. Tuhan ialah Allah yang menjadi manusia.

Apakah manusia suka Allah menjadi manusia? Tidak. Apakah manusia percaya Allah menjadi manusia? Tidak. Tetapi inilah berpikir secara paradoks. Memakai kebenaran yang dikatakan sebagai tidak masuk akal, tetapi melampaui kebijaksanaan manusia, untuk membuktikan bahwa “Akulah Allahmu; Anak-Ku adalah Tuhanmu” sehingga Tuhan Yesus lahir sebagai Tuhan, Raja, dan Saksi Kebenaran. Yesus berkata di hadapan Pilatus, “Akulah Kebenaran. Engkau mengatakannya bahwa Aku adalah Raja. Aku datang ke dunia ini supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan Aku.”

Dan Pilatus merespons, “Apa itu kebenaran?” Pilatus tidak percaya adanya kebenaran, tetapi Yesuslah Sang Kebenaran. Dan Ia melalui kelahiran-Nya di palungan dan kematian-Nya yang paling keji, paling hina, paling kejam, dan paling miskin di atas salib, telah menjadi Tuhan yang sejati.

Di manakah Kaisar Agustus sekarang? Sudah tidak ada. Di manakah Julius Caesar sekarang? Tidak ada. Sekitar 150 tahun yang lalu, ada seorang yang mengerti rahasia ini tanpa ia sadari. Ia adalah Napoleon. Napoleon dan Hitler sama-sama bersalah, dan kelihatannya sama-sama tidak pergi berperang ke Barat, tetapi malah ke Timur. Kedua-duanya memilih tanggal yang sama, yaitu 14 Februari, yang satu tahun 1812 dan yang satu lagi tahun 1942, mereka keduanya pergi berperang ke Rusia dan kedua-duanya kalah total di Rusia. Akhirnya, kedua-duanya selesai kariernya di sana, kedua-duanya dihukum dan mati. Napoleon mati di Waterloo, dikalahkan oleh jenderal Inggris, Arthur Wellesley, sedangkan Hitler dikalahkan oleh Jenderal Eisenhower dan Jenderal Zhukov di Berlin. Di sebuah bungker ruang bawah tanah di kota Berlin, Hitler menembak dirinya sendiri setelah memberi istri dan anjingnya minum racun. Napoleon dan Hitler keduanya gagal, karena Tuhanlah yang menguasai sejarah. Tuhanlah yang menghakimi manusia. Tuhan yang sejati tidak tampak, tetapi kuasa-Nya Mahabesar. Semua kuasa politik menganggap dirinya yang paling hebat. Banyak orang, ketika belum menjadi presiden, mencintai rakyat, dan setelah menjadi presiden, menindas rakyat. Sejarah berulang kali mengulangi hal yang sama sampai sekarang. Tuhan bosan melihat perpolitikan umat manusia.

Siapakah engkau? Engkau hanya hidup beberapa puluh tahun, dilahirkan telanjang tanpa pakaian untuk hidup beberapa puluh tahun kemudian mati, dikuburkan, dan tubuhmu dimakan ulat. Engkau hanyalah manusia. Tuhan bosan melihat kesombongan manusia. Yesus lahir, Allah menjadi manusia, Yesus mati dipaku di kayu salib, kemudian masuk ke dalam kemuliaan. Ia berbeda dibanding semua pemimpin politik yang begitu angkuh dalam kuasa. Ia merendahkan diri, rela sedemikian dihina, maka Allah mempermuliakan Dia. Bersyukur kepada Allah, bahwa kita memiliki Tuhan. “Aku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Allah menjadi manusia. Anak Allah yang tunggal.”

Yesus dilahirkan sebagai Tuhan, tetapi tidak dilihat sifat ketuhanan-Nya. Sampai akhirnya melalui iman, barulah kita menemukan, bahwa yang begitu hina seperti Allah, yang mati seperti yang mulia, yang sedemikian dipermalukan setia pada kuasa, yang begitu lemah sebenarnya mempunyai kuasa yang terbesar. Dari kelembutan, Tuhan menyatakan kekuasaan; dari dipermalukan, Tuhan menyatakan kemuliaan; dari kebodohan, Tuhan menyatakan kebijaksanaan. Ini yang tersimpan di dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus pasal pertama. Allah memakai yang dianggap bodoh oleh manusia untuk menyatakan kebijaksanaan-Nya yang tertinggi. Allah memakai yang dianggap lemah bagi manusia untuk menyatakan kuasa-Nya yang terbesar. Allah memakai yang dipermalukan manusia, untuk menyatakan kemuliaan terbesar-Nya di alam semesta. Salib-Nya, salib-Nya, selamanya mulia.

Yesus berbeda dengan Iblis. Meskipun Iblis bukan Allah, ia ingin menjadi Allah. Akhirnya, ia dilemparkan menjadi setan. Yesus adalah Allah yang rela menjadi manusia, akhirnya diangkat lebih tinggi dari semua manusia. Inilah dua jalan yang berlawanan. Yesus bukan saja menjadi Penebus Gereja, tetapi juga menjadi Teladan Gereja. Karya Kristus jangan hanya dimengerti sebagai penebusan untuk menyelamatkan kita saja. Itu memang yang paling penting, itulah jiwa Injili, itulah jiwa Reformed. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa Yesus juga turun dari sorga menjadi teladan karakter yang suci, baik, anggun, hormat, rela berinkarnasi, serta menyangkal diri dan merendahkan diri. Itulah sifat seperti Tuhan. Kiranya kita berkata, “Aku ingin seperti Engkau, ya Allah. Aku ingin serupa dengan Kristus. Bagaimanapun rendah dan hinanya, akhirnya akan dimuliakan Tuhan.”

Alkitab berkata, “Ia adalah Tuhan kita, Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal.” Kalimat Pengakuan Iman Rasuli dilanjutkan dengan dua frasa lagi, yaitu: 1) Dikandung oleh Roh Kudus dan 2) Dilahirkan dari anak dara Maria. Kelahiran Yesus bukan memalukan. Kelahiran Yesus tampak paling hina, di palungan, tidak ada pakaian, dalam keadaan yang sangat miskin. Tidak ada orang pada hari ini, yang ketika lahir tidak langsung diberi pakaian yang sudah dipersiapkan oleh orang tuanya sebelumnya. Hanya Yesus yang saat kelahiran-Nya tiba, orang tuanya tidak sempat, dan tidak punya uang, lalu memakai lampin untuk membungkusnya, seperti yang dikatakan oleh malaikat. Yang terlihat paling hina, remeh, miskin, akan menaklukkan orang paling berkuasa di seluruh dunia. Banyak orang kaya takluk kepada Yesus Kristus yang terlihat begitu miskin.

“Aku percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung oleh Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.” Yesus sebagai Tuhan, menjadi teladan terbaik bagi kita. Kita jangan belajar ikut kepada setan. Kita semua harus belajar teladan dari Yesus Kristus. Mati dulu baru ada kebangkitan; lemah dulu baru ada kekuatan; miskin dulu baru ada kemakmuran; siksaan dulu baru ada kemuliaan; berdarah dulu baru ada mahkota. Inilah ordo atau urutan Kristologis. Kristus berbeda dengan setan. Setan, kemuliaan dulu lalu dipermalukan; naik dulu baru dijatuhkan; merebut kuasa dulu baru dilucuti. Kristus sebaliknya. Ia menjadi Teladan dan Guru bagi umat manusia sampai selamanya. Segala kemuliaan bagi Allah. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/pengakuan-iman-rasuli-bagian-11-butir-kedua-5-dan-kepada-yesus-kristus-anak-nya-yang-tunggal-tuhan-kita#hal-1