Hari Minggu ini anak bungsu kami mengikuti pertandingan liga sepak bola usia dini U-10 walaupun sebenarnya dia masih berusia 9 tahun. Saat menunggu pertandingan di mulai, seperti biasa tangan ini membuka twitter sekedar melihat berita-berita terkini dan setelah bosan berselancar lalu membuka media sosial yang lain yaitu facebook.

Hati ini berdetak cukup kencang…. ternyata hari ini adalah hari yang spesial, hari ketika 17 tahun yang lalu disebuah gereja yang kini sudah tua kami mengikrarkan janji pernikahan kudus. Status facebook belahan jiwa yang tangannya selalu lincah dalam menggenggam Handphone… iya, “dia telah update status yang cukup mengagetkan’. Karena demi langit yang selalu setia berada di atas, saya tidak menyadari dan bahkan mengingat jika hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan yang ke-17.

Yang terbayang adalah, apa yang akan saya ucapkan setelah selesai pertandingan ini… bahkan untuk segera merespon status ibu dari ketiga anak kami ini pun saya sedikit bingung dan grogi. Karena menurutku seperti tiba-tiba dan bayangan ini pun meloncat ke masa-masa itu.

Dugaanku benar, selesai pertandingan ku pacu motor Honda Supra tahun 2003 ini menuju rumah dan setibanya, setengah berbisik dia berkata… “kenapa ko tra komen dengan sa pu status pernikahan di FB?” pelan tapi jleb! (logat papua yang sangat kental dan meaningful). Setelah itu, tanpa menunggu respon dia pun bertanya lagi, kali ini tentang jalannya pertandingan bola si bungsu.

Lalu saya ceritakan jalannya pertandingan… bla….bla…bla… dan saya selipkan kata-kata “nanti malam kita makan berdua ya,” sambil senyum yang terbaik yang bisa saya berikan “biarkan ketiga putra buah dari pernikahan kita dirumah saja menjaga kakek dan nenek-nya.” Yang disambut dengan antusias, iyalah “:biarkan mereka tinggal dulu”.

Pilihan tempat kali ini jatuh pada  pesawat merah dari dua pesawat yang parkir di kota Karawang. Setelah melihat menu yang asing ditelinga dan memesan berdasarkan gambar makanan yang tampak sesuai dengan selera, kami pun diantar oleh pramugari yang kurang begitu cantik dibandingkan yang ada disamping saya menuju tempat yang terbaik di kabin pesawat.

Sambil menunggu pesanan makan malam kami pun…… bukan! bukan bercerita tentang masa lalu masa-masa menuju altar, tapi kami sibuk selfie-selfie bahkan minta tolong kepada pramugari untuk mengambilkan gambar dari semua sudut kabin pesawat.

Sementara pasangan hidup yang sudah tujuh belas tahun yang setia menemani saya ini baik dalam suka dan tidak duka, sibuk foto-foto makanan dan kirim ke group wa keluarga inti sekedar untuk mengganggu anak-anak yang menunggu lanok-lanok dirumah, saya sibuk memotong-motong makanan yang konon katanya bernama steak ini…. agak alot juga.

Tiba-tiba ide nyeleneh mantan pacar ini yang sulit saya tolak adalah saling suap…. “kebayang nggak, sodara-sodara”, sambil saling suap lalu tangan cklek selfie…. 😀

Tidak lama, hanya 1 Jam saja kami mengambil privacy makan malam tanpa lilin apalagi sekedar satu botol champagne dingin seperti sering muncul di sinetron-sinetron Indonesia tercinta ini. Dari mana saya tahu, telah lewat 1 jam? dari parkir yang kami bayar harga parkir lebih dari satu jam 😛 . Jarak antara pesawat merah tempat saksi makan malam itu tidaklah terlalu jauh dari rumah kami, hanya sejauh tembakan peluru kaliber 5,7 x 28 mm FN buatan Belgia saja. Setiba dirumah, satu tugas yang segera saya selesaikan adalah menjawab ucapan, komentar dan emotion status facebook isteri yang selalu setia men-tag nama akun facebook saya. Sebelum dia beranjak untuk tidur… diapun membisikan sesuatu untuk menuliskannya di blog tentang hari istimewa ini, blog tempat nongkrongnya pencari inspirasi dan mengerti pajak ini yaitu nusahati yang selalu kah….. 🙂

Deadline dalam menulis tinggal 15 menit lagi agar tanggal terbit tidak melewati tanggal 22 April 2018, saya pun mulai memaksa pikiran yang sudah lelah ini atas aktivitas satu harian untuk sekedar menulis… menulis tentang masa sepanjang 17 tahun usia pernikahan. Usia yang konon katanya sudah beranjak dewasa dan matang untuk bisa hidup menjadi lebih bijaksana dan memberi manfaat kepada setiap insan.

Jika ada diantara kita, yang hidup pernikahannya selalu happy terus tanpa ada sedikitpun gejolak atau masalah… hati-hati, karena bisa dikatakan belum tahan uji, benarkah demikian? sepanjang yang saya ketahui, kegetiran, merasa dikhianati, merasa dibohongi, kata-kata sinis, marah, menangis, tertawa, kesulitan keuangan yang parah, dilematis, rasa bosan dan lain sebagainya adalah bagian yang sepertinya harus dilewati oleh manusia berdosa dalam sebuah pernikahan, dan satu kunci agar tidak kandas adalah minta Tuhan melalui Roh Kudus untuk menjaga pernikahan sebagaimana janji suci di altar untuk selalu setia baik suka maupun duka sampai kematian memisahkan.

Hal-hal demikianlah yang penulis alami sampai di usia yang ke 17 tahun ini, masih ada banyak kekhawatiran tentang bagaimana dengan keadaan selanjutnya, bagaimana dengan masa depan anak-anak, bagaimana, bagaimana, tapi dengan iman, dengan penyerahan kepada Tuhan semua kami jalani bersama. Seperti gambar ini, demikianlah kendali yang saya pegang sebagai kepala keluarga tentang arah dan tujuan sampai tiba di landasan yang penuh harapan sebagaimana Tuhan janjikan kepada kita manusia ciptaan yang sangat dikasihiNya.