Tijn Kolsteren (5 tahun), pada tahun 2016 lalu merasa tidak enak badan dan mual. Suhu badannya naik mencapai 41 derajat. Setelah ke dokter dan RS, Tijn di vonis menderita kanker ganas di otak nya. Dokter mengatakan bahwa kemoterapi bisa dilakukan untuk memperpanjang usianya 1 atau 2 tahun. Orang tua Tijn tentu saja merasa sedih. Si pasien sendiri tetap saja cerah ceria.

Pada saat kemoterapi yang pertama di RS dia bertanya kepada dokter, apakah banyak anak yang menderita seperti dia?

Iya, kata dokter. Di seluruh dunia ada saja anak-anak kecil yang menderita seperti dia, tetapi tidak semua anak bisa ke dokter.

?????…. tanda tanya muncul di benak Tijn.

Dokter menjelaskan, bahwa tidak setiap anak mempunyai orang tua kaya. Di negara-negara miskin banyak dari mereka yang menderita menunggu kematiannya.

Setiba di rumah, Tijn bilang kepada orang tua nya: Papa, saya harus bekerja mencari uang untuk membantu anak-anak yang sakit kanker otak.

Papa Tijn tertawa terharu dan tidak menggubris ucapan nya.

Besok nya, Tijn ke sekolah dengan membawa kuteks, cat kuku mamanya.

Di kelas dia berusaha mencari dana dengan cara mengecat ke-10 jari teman-teman dengan upah € 1 ( = Rp 15.000). ???.

Ternyata teman-teman menyukai aksi ini. Besoknya, murid-murid kelas lain pun minta dicat kuku-kuku jari tangan mereka.

Singkat kata, usahanya mengumpulkan dana makin populer.

Orang tua Tijn menjadi terharu.

Suatu hari, orang tua Tijn membuat rumah kaca di depan rumahnya, karena banyak yang datang ke rumah dan rumah mereka kecil.

Di rumah kaca ini, sepulang sekolah dia melakukan pengecatan kuku dengan kuteks.

TV terkenal di Belanda mendengar aksi ini dan mendokumentasikannya.

Sejak itu, datanglah orang-orang dari berbagai kota untuk menyumbang uang. Tetapi jangan lupa, Tijn baru berusia 5 tahun dan dalam kondisi sakit. Para donatur tahu diri. Banyak yang datang dan bilang: cat 1 jari saja ya, Nak. Ini uang € 100.

Banyak artis, pejabat-pejabat yang minta dicat kuku jarinya oleh Tijn dengan memberi uang € 1000.

Bulan berganti bulan.

Mulai tahun 2016 sampai bulan Mei 2017, jumlah uang yang terkumpul sekitar (jangan terkejut) = € 2.800.000 (× Rp 15.000), sekitar Rp. 42 Milyar.

Semua uang diserahkan ke Palang Merah Belanda.

Hal ini sesuai dengan keinginan Tijn: Uang ini semuanya harus diberikan kepada anak-anak miskin di seluruh dunia yang menderita kanker otak.

Pada tanggal 8 Juli 2017, di pagi hari, Tijn meninggal dunia di rumahnya.

Tijn hanya mencapai usia 6 tahun.

Sumber : https://tajba.com/2018/04/23/kisah-inspiratif-seorang-anak-yang-murah-hati-tijn-kolsteren/