BAB 2 :
STATUS ANTARA : PARADOKS YANG KRUSIAL (2)

STATUS ANTARA 3 : PARADOKS ANTARA ALLAH DAN IBLIS

Ketika malaikat melawan Tuhan, manusia belum diciptakan. Setelah malaikat itu melawan, dia menjadi Iblis dan dicampakkan turun. Akibatnya, di satu pihak ada roh yang bisa mengacaukan, dan di pihak lain ada Allah yang mendampingi umat-Nya untuk bisa hidup memuliakan Dia. Dengan demikian kita melihat adanya dua aspek yang bertemu di dalam diri manusia. Manusia selain diciptakan di antara wilayah rohani dan materi, juga diciptakan di antara Allah dan Iblis.

Di sini kita melihat bagaimana empat wilayah ini mengurung manusia di dalam satu wilayah yang khusus, sehingga kita tidak mudah melewati hidup dengan kuasa kita sendiri. Jikalau kita melihat keempat lingkaran ini beririsan di mana manusia berada di dalam irisan itu, maka manusia merupakan makhluk universal, spiritual, dan kekal, yang terjepit di dalam sifat natural, materi, dan kesementaraan. Semua ini mengakibatkan manusia mempunyai kewajiban yang luar biasa beratnya.

Allah menciptakan manusia di tengah-tengah Allah dan Iblis. Inilah status yang krusial, membahayakan, dan begitu beresiko. Tuhan tidak menciptakan manusia sebelum adanya Iblis. Kalau begitu, untuk apa Allah menciptakan manusia? Yaitu untuk mencapai seperti apa yang ditunjukkan subtema kita. Kemenangan!

Namun, justru banyak manusia yang tidak mengetahui bahwa untuk tujuan itulah kita diciptakan, sehingga banyak manusia yang tidak mau mengikuti prinsip Alkitab. Akibatnya, bukan Saudara yang menang, tetapi justru Iblis yang menang. Saudara menjadi konyol dan binasa! Tema ini sangat penting karena di dalamnya terkandung bijaksana dan filsafat hidup manusia yang lebih tinggi daripada semua filsafat tentang hidup sepanjang sejarah, sejak Socrates hingga abad kedua puluh. Ini bukan karena Stephen Tong yang hebat, tetapi karena Alkitab yang membukakan semua rahasia ini, sehingga dengan kunci master ini kita mengerti prinsip-prinsip yang kita perlukan untuk mengerti hidup.

Manusia berada pada posisi antara Allah dan Iblis. Jika kita gagal melihat posisi yang sedemikian luas dan global, dan hanya melihat diri kita berada di tengah-tengah kesulitan antara suami dan anak, antara isteri dan anak, antara Clinton dan Yeltsin, atau dalam format yang lebih sempit lainnya, maka kita tidak akan bisa beres. Kita perlu sadar bahwa kita berada di tengah-tengah Allah dan Iblis. Itulah tempat dimana kesulitan manusia terletak. Itulah satu tempat di mana resiko yang terbesar sedang harus ditanggung.

Kita memang belum masuk secara total ke dalam tema ujian dan pencobaan, tetapi inilah dasar yang penting untuk dapat mengerti tema itu. Di sinilah, di tengah-tengah dua kategori yang menjadi posisi manusia, tempat ujian dan pencobaan itu bertemu.

Manusia diciptakan di antara Allah dan Iblis. Status inilah yang membuat manusia tidak bisa lepas dari ujian dan pencobaan! Status yang tidak dimiliki oleh semua makhluk yang lain ini menyebabkan manusia harus masuk ke dalam ujian dan pencobaan. Tidak ada binatang yang dicobai, karena mereka tidak berada di dalam status ini. Status antara inilah yang menyebabkan manusia harus mengerti tujuan dirinya diciptakan.

Tuhan menciptakan kita sedemikian sulit, sayangnya kita seringkali tidak menyadarinya, kecuali ketika kita sedang patah hati atau ketika kita gagal dalam sesuatu hal. Saat itu kita baru merasa seolah-olah hidup tidak berarti dan mulai mempertanyakan arti hidup. Tetapi mengapa baru ketika patah hati kita memikirkan arti hidup? Mengapa ketika kita sedang untung banyak atau mencapai kesuksesan puncak, kita tidak mempertanyakan arti hidup di hadapan Tuhan? Mengapa kita tidak bertanya kepada Tuhan, keuntungan besar yang kita dapat itu Tuhan mau pakai untuk apa? Celakalah Saudara jika Saudara menjadi manusia yang hidup sembarangan.

Alkitab mengatakan bahwa kita diciptakan di antara Allah dan Iblis, maka dengan terus terang Allah mau kita memihak Allah dan Iblis juga mau kita memihak Iblis. Inilah kesulitan manusia! Allah menciptakan Saudara seturut peta dan teladan-Nya. Tetapi pada saat yang sama Iblis juga mau mengganggu Saudara agar Saudara tidak lagi taat pada Allah, namun justru mendengarkan perkataannya, sehingga hidup Saudara kacau balau.

Berada di antara Allah dan Iblis adalah posisi krisis, karena kita berada di tengah dua kuasa yang lebih besar daripada kuasa kita sendiri. Ketika Saudara mau berbuat baik, ada kuasa yang ingin menolak perbuatan kita, dan berusaha membawa Saudara kepada kegagalan. Ketika Saudara meu berbuat baik, ada kuasa yang mau menarik Saudara untuk jatuh dari berbuat bajik, sehingga semua yang Saudara inginkan gagal. Mengapa demikian? Itulah fakta status antara manusia.

Saudara jangan melarikan diri dari status antara ini, karena status ini merupakan status yang Tuhan tetapkan bagi Saudara dan saya. Saya tidak merasa lebih hebat daripada Saudara sehingga menggurui Saudara. Tidak! Saya hanya berusaha mengerti status manusia yang sedalam-dalamnya berdasarkan firman Allah. Saya hanya berusaha mengerti status yang menyebabkan manusia berada di dalam kesulitan yang sedemikian hebat. Lalu, sebagai hamba Tuhan, berdasarkan firman Tuhan, saya berusaha membagikan terang firman Tuhan kepada Saudara, sehingga semua pengertian ini bukan dari saya, tetapi dari kebenaran firman sendiri. Hanya di dalam firman, kita bisa menemukan bagaimana kita bisa menjadi manusia yang hidup berkemenangan.

Jika Saudara pernah mengalirkan air mata, saya juga seringkali mengalirkan air mata. Jika Saudara pernah gagal, saya juga. Jika Saudara pernah sulit mengatasi kegagalan dan pencobaan, saya juga. Jika Saudara pernah patah hati, saya juga pernah. Jika Saudara pernah kecewa, saya juga. Kita semua sama-sama manusia yang diciptakan di dalam dunia yang penuh kesulitan. Yang disebut “pemimpin gereja” atau pemimpin seminar atau pengkhotbah tidak berarti lebih hebat daripada Saudara semua. Kita sama-sama berada di dalam status antara yang sedemikian krusial. Biarlah saya memakai firman Tuhan untuk memberikan kepada kita kunci untuk mengerti kebenaran dari Allah, sehingga kita sama-sama bisa keluar dari kesulitan dan pencobaan, sama-sama bisa melintasi ujian, dan sama-sama bisa mencapai kemenangan.

STATUS ANTARA 4 : PARADOKS ANTARA BAIK DAN JAHAT

Kini kita akan melihat bahwa setelah Allah menciptakan manusia di antara jasmani dan rohani, di antara Allah dan Iblis, maka kini Allah meletakkan manusia di dalam taman Eden. Dalam posisi ini, kembali manusia berada di dalam posisi yang krusial (genting), karena manusia harus berada di antara baik dan jahat. Bahkan manusia juga harus berada di antara firman Tuhan dan interpretasi yang tidak bertanggung jawab (Kejadian 2-3).

Dari manakah kita mengetahui bahwa kita diciptakan di antara baik dan jahat? Di dalam tanam Eden ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Hanya Adam dan Hawa yang diberi tahu tentang pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat ini. Tuhan mengatakan kepada manusia: “Jangan kamu makan!” Tidak ada binatang yang berurusan dengan pohon ini.

Puji Tuhan! Tidak ada ajaran filsafat atau agama apa pun yang bisa mengajarkan topik ini sejelas yang kita bisa mengerti dari firman Tuhan. Jika saat ini Saudara betul-betul sadar, maka seumur hidup Saudara akan bisa menghindarkan diri dari banyak kesulitan yang tidak perlu. Jika Saudara betul-betul mengerti dan memenangkan kunci master ini, maka seumur hidup Saudara akan mampu melewati berbagai kesulitan dunia dan tidak perlu tenggelam di dalamnya.

Hal ini bisa menimbulkan pertanyaan: Apakah Allah tidak mau Adam mengerti hal yang baik dan yang jahat? Tidak! Allah mau manusia mengetahui pengetahuan yang baik dan yang jahat. Jikalau Allah memang tidak mau manusia tahu akan hal yang baik dan yang jahat, mengapa Allah mewahyukan Kitab Suci yang penuh dengan berbagai pengetahuan tentang hal yang baik dan yang jahat? Melalui Kitab Suci kita bisa belajar mana yang baik dan mana yang jahat, dan itu berarti Allah mau manusia mengetahuinya, bukan tidak mau.

Mungkin kita bertanya, jika Allah memang mau manusia mengetahuinya, mengapa Allah melarang manusia memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tersebut? Allah malarang manusia makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat karena yang baik dan yang jahat tidak ditentukan oleh pengetahuan, tetapi ditentukan oleh sikap dan respons kepada Sumber Kebaikan yang sejati. Ketika Allah mengatakan: “Jangan makan!” Lalu kita mengatakan: “Kalau saya makan saya akan tahu” maka ketika kita melawan Allah, saat itu kita sudah menjadi jahat. Jadi Allah mau kita takluk bukan berdasarkan pengetahuan, tetapi berdasarkan sikap kita terhadap Sumber Kebajikan itu sendiri.

Sebagai contoh, kita tentu harus melarang seorang anak kecil yang mau membaca buku tentang seks, karena belum waktunya baginya untuk membaca buku semacam itu. Tetapi kalau di kemudian hari ia akan menikah, maka tentu kita perlu memberi tahu dia, karena kita tidak mau dia tahu dari sumber yang salah. Kalau sudah tiba waktunya, kita perlu memberikan buku yang baik dan yang sehat kepada anak kita untuk mengerti seks dengan baik, karena banyak orang menulis buku tentang seks yang tidak beres. Itu sebabnya Allah tidak memperbolehkan Adam dan Hawa makan buah yang terlarang! Bukan berarti Allah tidak mau manusia mengetahui hal yang baik dan yang jahat, tetapi karena yang baik dan yang jahat bukan tergantung pada pengetahuan atau sumber yang lain kecuali Allah sendiri.

Maka Allah mengancam, jika engaku makan, maka pasti engkau mati. Konsep ini mengajar kita satu prinsip penting yaitu masalah hidup dan mati jauh lebih penting daripada pengetahuan baik dan jahat. Jadi, lebih penting mengerti terlebih dahulu arti hidup, baru kemudian mengerti arti baik dan jahat. Melalui hidup yang berasal dan bersumber dari Allah, barulah kita melakukan kebaikan yang sesuai dengan hidup yang dari Allah. Itulah kemenangan terhadap yang jahat! Oleh karena itulah Tuhan tidak mau Adam dan Hawa makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Jikalau (pengandaian yang tidak mungkin terjadi), Adam makan terlebih dahulu buah pohon kehidupan lalu tidak makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, apakah itu berarti Adam tidak mengerti akan yang baik dan yang jahat? Jawabnya adalah Adam pasti tetap akan mengerti, tetapi mengertinya sesuai dengan standar hidup yang ditetapkan oleh Tuhan. Tetapi ketika Adam diperintah oleh Tuhan Allah untuk tidak makan, ternyata ia lebih suka mengikuti anjuran Iblis, yaitu memakan buah itu. Maka setelah Adam mengetahui akan hal yang baik dan yang jahat, sebagaimana dibuktikan dari Kejadian 3:22-24, ia harus diusir dari taman Eden agar tidak makan buah kehidupan. Adam sekarang mengetahui baik dan jahat yang tidak menurut kriteria Tuhan, tetapi menurut anjuran Iblis, sehingga apa yang ia ketahui tentang baik dan jahat berdasarkan perkataan Iblis yang melawan perkataan Tuhan. Maka ketika mereka tidak taat kepada Allah, mereka akan mati.

Sampai di sini terlihatlah keunggulan agama Kristen yang jauh melampaui kepercayaan-kepercayaan lain. Kepercayaan lain hanya berbicara hingga tahap ini, yaitu antara baik dan jahat saja, dan hanya Kekristenan yang berbicara bahwa Allah mengirimkan Anak-Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya jangan binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Di dalam Kekristenan yang diutamakan adalah “jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kekristenan tidak sekadar berbicara tentang baik dan jahat saja. Ini merupakan anugerah yang tidak boleh diabaikan begitu saja.

STATUS ANTARA 5 : PARADOKS ANTARA FIRMAN ALLAH DAN INTERPRETASI IBLIS

Abad kedua puluh merupakan satu era yang disebut post-modernisme. Di dalam pikirin post-modern, masalah hermeneutika (ilmu penafsiran) menjadi begitu penting, yaitu: adanya istilah yang sama tetapi diberi isi atau makna yang berbeda, menurut interpretasi yang berbeda. Ketika Tuhan mengatakan semua pohon boleh dimakan buahnya kecuali pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, maka Iblis mengatakan semua pohon tidak boleh dimakan buahnya; ketika Tuhan mengatakan bahwa pada hari engkau memakannya, engkau akan mati, maka Iblis mengatakan kalau makan tentu tidak mati. Ini interpretasi Iblis. Maka kini kita melihat Adam dan Hawa berada di antara kebenaran dan yang memalsukan kebenaran, di tengah-tengah firman dan interpretasi firman yang tidak bertanggungjawab.

Gereja-gereja masa kini sedang berada dalam dilema seperti ini. Apakah kita perelu kembali kepada firman Allah? Apakah kita perlu kembali kepada kebenaran yang sejati dari Allah? Ataukah kita hanya mendengarkan interpretasi yang sembarangan?

Ada seorang pendeta ditahbiskan di New York. Ia adalah seorang yang sangat liberal theologinya. Ia tidak percaya Allah Tritunggal, tidak percaya Yesus berinkarnasi, dan tidak percaya Yesus adalah Anak Allah. Sebelum ia ditahbiskan, ia ditanya oleh Uskup yang akan menahbiskannya, apakah ia percaya Yesus adalah Anak Allah. Ia menjawab ya! Ketika semua temannya yang hadir terheran-heran dan bertanya mengapa ia mau percaya bahwa Yesus itu adalah Anak Allah, maka dengan santai ia menjawab, “Jika semua manusia adalah anak Allah, tentu Yesus juga adalah salah satunya. Bukankah kasihan kalau Yesus tidak termasuk.” Maka untuk istilah yang sama, yaitu “Yesus adalah Anak Allah,” interpretasi atau penafsiran pengertiannya sudah jauh berbeda.

Inilah zaman di mana kita berada sekarang. Zaman seperti ini mirip sekali dengan keadaan di taman Eden, yaitu ada firman Tuhan dan ada pula interpretasi firman yang sembarangan dan tidak beres. Ada begitu banyak interpretasi dari firman yang tidak beres telah dan sedang menyerang gereja. Oleh karena itu, iman Kristen harus diuji dan harus diteguhkan. Untuk itu kita perlu kemudian membahas bagaimana caranya kita memproses diri kita sampai kita bisa mencapai kemenangan, melalui kedua hal yang harus ada, yaitu: (1) kita harus diuji oleh Allah; dan (2) kita harus dicobai. Kiranya Tuhan memberikan kebijaksanaan untuk kita bisa mengerti status yang sulit ini.

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Ujian, Pencobaan & Kemenangan
Sub Judul : Bab 2 : Status Antara : Paradoks Yang Krusial (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 32 – 40