BAB 3 :
UJIAN DAN PENCOBAAN :
KEHARUSAN PROSES YANG MUTLAK (3)

UJIAN DAN PENCOBAAN : PERBEDAANNYA

Ada empat perbedaan antara ujian dan pencobaan:

  • Perbedaan sumber: Ujian dari Allah, Pencobaan dari Iblis.
  • Perbedaan motivasi: Ujian bermaksud baik, mau mendekatkan kita kepada Tuhan agar kita hidup dalam kesucian. Pencobaan bermaksud jelek, mau membuat kita meninggalkan Tuhan dan hidup di dalam dosa dan kenajisan.
  • Perbedaan tujuan: Ujian bertujuan untuk mengonfirmasi kita masuk ke dalam kesempurnaan yang sudah mahir. Pencobaan bertujuan memisahkan kita dari Allah, menjadikan kita memihak kepada Iblis dan memberontak kepada Tuhan.
  • Perbedaan fenomena: Ujian dimulai dengan segala kepahitan, kesengsaraan, penderitaan, dan diakhiri dengan kemanisan, kebahagiaan, kemenangan, dan keindahan rohani. Pencobaan dimulai dengan keindahan, kecantikan, kenikmatan, dan berakhir dengan kepahitan, penyesalan, dan kerusakan.

Inilah perbedaan-perbedaan antara ujian dan pencobaan yang harus kita sadari. Ujian dan pencobaan tidak mungkin tidak ada, maka kita harus segera bisa melihat perbedaan di antara keduanya.

Manusia khsusnya pada gadis, harus berhati-hati jika ada pria yang merayu dengan kalimat yang begitu manis. Justru pada saat-saat seperti itu kalian harus lebih berhati-hati. Kalau kalian dengan mudah takluk ke dalam pangkuannya dan membuka baju untuknya, maka kalian akan menyesal tidak habis-habis seumur hidup. Cara Iblis merusak manusia adalah dengan memberikan janji-janji manis yang kosong, dengan memberikan interpretasi yang sangat menyeleweng dari arti firman Tuhan yang sebenarnya. Ketika firman mengatakan kalau makan buah akan mati, maka Iblis mengatakan kalau makan buah matanya akan celik. Setelah Adam celik matanya, ia baru tahu kalau ia telanjang, dan begitu celik justru ia tidak bisa melihat keberadaan Iblis. Iblis sudah melarikan diri. Untuk apa celik? Celik untuk melihat apa? Bukankah akhirnya hanya melihat keadaan diri yang memalukan? Iblis selalu berusaha memberikan perkataan yang berlainan dengan firman Tuhan.

Secara sepintas kelihatannya Iblis benar, karena pada hari itu Adam sepertinya tidak mati dan bahkan masih hidup sampai usia 930 tahun. Inilah gejala yang seringkali menjadi suatu pengacauan epistemologi (pengertian kebenaran) dan pengacauan iman keagamaan. Inilah pengacauan keyakinan dan pengacauan konsep rohani yang pertama kali terjadi dalam sejarah. Di dalam dunia ada teori-teori yang benar tetapi kelihatannya seperti salah, dan ada juga teori-teori yang salah tetapi kelihatannya seperti benar. Ini mulai terjadi sejak Kejadian 3. Tetapi justru inilah cara Allah membentuk manusia.

Di tengah-tengah ujian dan pencobaan hanya ada dua macam akibat, yaitu: (1) kalah, dan akhirnya binasa; atau (2) menang, dan akhirnya mendapatkan hidup yang dikonfirmasikan. Di sini kita mengerti apa yang telah kita pelajari pada awal tema ini, yaitu manusia memang diciptakan menjadi pemikir dan penyelidik alam semesta. Manusia menilai dan mengevaluasi segala sesuatu. Tetapi kekekalan itu belum dikonfirmasikan. Setelah dikonfirmasikan melalui tindakan penyelamatan, ia menjadi hidup yang kekal. Inilah yang membedakan iman Kristen dari yang lainnya.

Banyak kepercayaan lain yang mempunyai ide tentang kekekalan dan percaya adanya pengharapan kekekalan, tetapi sulit sekali mengerti dan mendapatkan hidup yang kekal. Dalam hal ini kita melihat kekurangan dari Konfusianisme, yaitu tidak mempunyai ajaran tentang kekekalan, padahal itu merupakan unsur mendasar yang menjadi ciri-ciri utama agama. Konfusius tidak mengajarkan di mana ada kekekalan. Ini berbeda dari Buddhisme. Buddhisme mengenal kekekalan nirwana. Tetapi di dalam ajaran Kristus dinyatakan secara tegas bahwa, “barangsiapa yang percaya kepada Kristus akan mendapatkan hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16). Ini suatu konfirmasi yang sangat tegas.

Inilah manusia! Manusia diciptakan dengan unsur kekekalan. Manusia menerima ujian dan pencobaan untuk meraih suatu konfirmasi melalui keselamatan di dalam Yesus Kristus, dan pada akhirnya mendapatkan hidup yang kekal. Puji Tuhan! Adakah ajaran yang lebih besar daripada ajaran ini? Adakah janji yang lebih indah daripada janji ini? Kalau kita baru menjadi bayi Einstein, maka kita masih perlu diproses, perlu sekolah, perlu inovasi dan kreasi, sampai akhirnya mencapai suatu konfirmasi seturut apa yang Tuhan berikan di dalam mencipta kita. Tetapi itu pun belum cukup, karena orang yang mati akibat hasil penemuan Einstein justru lebih banyak ketimbang yang mendapatkan hasil positif dan kehidupan. Konfirmasi yang sesungguhnya adalah konfirmasi melalui Yesus Kristus, yaitu konfirmasi melalui Yesus yang mati dan bangkit bagi kita. Bersama dengan kematian-Nya dosa kita diangkat dan diampuni. Bersama dengan kebangkitan-Nya kita mendapatkan hidup yang kekal.

UJIAN DAN PENCOBAAN : PERSAMAANNYA

Saudara adalah manusia yang diciptakan untuk diuji dan dicobai. Tangan Tuhan sendiri akan memimpin Saudara untuk melewati ujian dan pencobaan. Darah Yesus, kuasa Roh Kudus, dan firman, akan memberikan jaminan untuk Saudara dapat mengalahkan segala kesulitan, segala ujian dan pencobaan. Firman akan memimpin Saudara menuju ke akhir dari lorong panjang yang disebut sebagai “lembah kekelaman” (Mazmur 23:1-6). Ujian dan pencobaan memang harus ada, tetapi itu semua bukan untuk kegagalan melainkan untuk mencapai kemenangan.

Mengapa Saudara menjadi janda? Mengapa menjadi duda? Mengapa mengalami penyakit? Mengapa harus mengalami kesulitan yang berat? Itu karena Saudara sedang di dalam ujian dan pencobaan. Saudara sedang berada di dalam proses. Pada saat itu Tuhan sedang memproses Saudara. Ketika Tuhan sedang menguji Saudara, pada saat yang sama Iblis sedang menggunakan kesulitan yang Saudara alami untuk mencobai Saudara. Dengan ini kita mengerti bahwa ujian dan pencobaan bisa terjadi pada peristiwa yang sama.

Itu bukan berarti Allah bersekongkol dengan Iblis untuk menganiaya Saudara. Tetapi ketika Allah menguji Saudara, Ia memperkenankan Iblis mencobai Saudara untuk membuktikan bahwa kekuatan yang ia berikan kepada Saudara lebih besar daripada semua cobaan yang dikerjakan oleh Iblis. Bedanya nanti terlihat melalui apakah seseorang taat sepenuhnya seperti Ayub, ataukah ia setengah taat seperti istri Ayub. Ayub dengan tegas mengatakan, “Tuhan yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:21).

Saat ini ada dua macam orang Kristen. Ada yang seperti Ayub, ada juga yang seperti istri Ayub. Ketika Ayub dan istrinya sama-sama dicobai, sama-sama mengalami masalah dan kesulitan, yang satu menang dan yang satu gagal. Istri Ayub justru menganjurkan agar Ayub tidak perlu lagi percaya kepada Tuhan. Mengapa demikian? Karena iman istri Ayub adalah iman yang hanya mengetahui kenikmatan dan tidak mau kesulitan. Pengenalannya hanya kepada Tuhan yang mahakuasa, maha kasih, dan mahamurah, yang mau menuruti semua permintaannya. Ia beranggapan Tuhan tidak akan merugikan dia, tidak akan membiarkan anaknya mati atau suaminya sakit. Tetapi ternyata Allah membiarkan Iblis menguji Ayub dan Iblis berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkanb iman Ayub, baik melalui penyakit maupun melalui kesulitan lainnya. Ayub menegaskan, bahwa sekalipun ia harus mati karena Tuhan, ia tidak akan mundur dan tidak akan menyangkal Tuhan (Ayub 6:8-10).

Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut orang-orang yang telah mengalahkan segala ujian dan pencobaan seperti Ayub, akan mempermalukan Iblis selama-lamanya. Itulah kalimat-kalimat yang akan memberikan kekuatan kepada setiap orang Kristen untuk menyatakan kemenangan Tuhan, dan akan menyebabkan Tuhan memvonis Iblis. Tuhan tidak bersekongkol dengan Iblis karena kalimat yang mengatakan bahwa Tuhan bersekongkol dengan Iblis juga keluar dari godaan Iblis. Ujian dan pencobaan adalah cara untuk membuktikan bahwa Saudara bisa menang.

Silakan buktikan bahwa Saudara adalah orang Kristen yang bertanggung jawab. Silakan buktikan bahwa Saudara memang anak Allah yang sejati. Silakan buktikan semua kekuatan yang Allah sudah berikan kepada Saudara. Silakan buktikan Saudara telah belajar dari Ayub untuk menjadi anak Allah yang taat.

UJIAN DAN PENCOBAAN : AKHIRNYA

Kita telah mempelajari bagaimana kita dapat menjadi manusia sejati dengan cara memahami status dan tujuan kita dengan tepat. Kita diciptakan di dalam status antara yang sangat krusial, dan kita diciptakan supaya kita bisa menjadi wakil (representatif) Tuhan yang memihak Allah dan tidak memihak Iblis. Itu sebabnya hidup manusia tidak mudah. Menjadi manusia sangatlah sulit, penuh dengan resiko yang besar, penuh dengan tantangan yang menakutkan, dan harus menghadapi berbagai bahaya yang sedemikian berat. Tetapi di dalam semua itu ada bahagia yang sedang disediakan bagi kita.

Jika kita tidak mengerti seperti apakah status manusia sebenarnya dan tidak mengerti bahwa status manusia mempunyai resiko yang begitu besar, maka kita akan mempergunakan kebebasan yang ada pada kita dengan sembarangan. Kita juga akan menjadi sembrono di dalam memilih situasi dan kesempatan-kesempatan yang pada akhirnya merongrong hidup kita. Kita akan sembarangan menikmati keadaan seolah-olah kita berotonomi mutlak, sehingga kita tidak lagi bersandar pada Tuhan dan pada akhirnya masuk ke dalam jerat Iblis.

Iblis berusaha menjadikan kita merasa sedemikian mandiri dan sedemikian hebat, sehingga kita bergantung hanya pada diri sendiri dan tidak merasa perlu untuk beriman kepada Tuhan. Namun Firman justru akan menjadi fondasi, cahaya, prinsip, dan titik tolak yang membuat kita menjadi orang beriman dan taat kepada Tuhan. Sangatlah penting firman menjadi dasar kehidupan kita. Sangatlah penting reaksi iman yang berdasarkan firman. Sebagai manusia yang berespons, manusia harus bertanggung jawab kepada Tuhan, karena kita memang diciptakan di dalam status yang sedemikian sulit. Ini adalah fakta yang harus kita hadapi.

Ketika Tuhan menguji manusia, membiarkan Iblis masuk dan mencobai manusia, Ia mau agar kita betul-betul taat kepada-Nya, tanpa perlu dipaksa untuk menjadi pengikut Tuhan. Manusia diberi ujian agar manusia bisa dikokohkan, dan potensi-potensi yang ada sekarang bisa dikonfirmasikan. Itu sebabnya semua potensi kesempurnaan yang ada pada kita perlu diproses menjadi suatu kesempurnaan yang dikonfirmasikan. Maka berbahagialah orang Kristen yang senantiasa menuntut khotbah yang bermutu, buku yang bermutu, pembelajaran yang bermutu, dibandingkan dengan majelis dan pendeta yang tidak pernah lagi belajar dan tidak pernah menuntut diri untuk maju. Celakalah orang yang setelah sekolah theologi merasa dirinya sudah begitu hebat sehingga tidak perlu bertumbuh lagi.

Saya pernah dibuat kagum ketika mendengarkan seorang profesor menerangkan tentang bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan. Setelah mencair, maka karena perak berberat jenis cukup besar, ia akan turun dan kotoran akan naik ke atas. Saat itu, kotoran-kotoran yang sudah naik ke atas disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk kedua kalinya dan disaring kembali. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni dan kotoran-kotoran yang halus bisa disisihkan. Kini perak itu bisa begitu cemerlang bagaikan cermin. Ketika masih kotor sulit untuk bercermin pada perak tersebut, tetapi setelah tujuh kali dimurnikan, orang yang mengolah dapat melihat wajahnya sendiri di permukaan perak itu. Maka selesailah pengujian untuk pemurnian itu, peta teladannya sudah terlihat di permukaan perak tersebut. Puji Tuhan!

Kapankah kita selesai ujian? Ujian itu baru selesai setelah kita bisa merefleksikan gambar Allah (Kristus) di dalam kehidupan kita. Ujian selesai setelah kita bisa memancarkan peta teladan-Nya. Berarti saat itulah perak tersebut sudah murni dan sudah sempurna, sudah dikonfirmasikan kemurniannya. Dari manakah kemurnian perak itu berasal? Dari dalam perak itu sendiri. Tetapi sebelum dimurnikan perak itu masih tercampur dengan segala macam kotoran. Saya mendengar penjelasan ini ketika saya masih sangat muda dan saat saya merenungkan perkataan profesor tersebut, saya menyadari bahwa di dalam diri saya pasti masih ada kotoran-kotoran yang perlu dimurnikan. Itu sebabnya saya sadar bahwa saya masih perlu diuji oleh Tuhan.

Tetapi betapa sulitnya situasi ketika saya harus menghadapi ujian. Bebarapa saat sebelum ujian adalah waktu-waktu yang sangat menegangkan, karena saat itu kita begitu gentar, takut tidak lulus. Sulit untuk seseorang bisa mengatakan, “Ujilah aku!” Orang yang berani berkata demikian menunjukkan bahwa ia sudah betul-betul siap. Sedikit sekali orang Kristen yang berani berdoa kepada Tuhan minta diuji. Saya sendiri gentar untuk berdoa seperti itu, meskipun saya sadar bahwa ujian merupakan keharusan bagi saya untuk bisa menyatakan kemurnian dan mencapai kesempurnaan yang tidak pernah saya sadari. Melalui ujian, Tuhan menutup mulut Iblis dan menyatakan bahwa anak-anak Tuhan beriman kepada Tuhan bukan karena paksaan, tetapi karena kerelaan.

Seringkali kita merasa ujian yang Tuhan berikan belum selesai juga. Itu terjadi karena Tuhan belum melihat peta dan teladan-Nya muncul dan terpancar di dalam diri kita. Kita diciptakan oleh Tuhan dan mengaku sebagai anak Tuhan, tetapi hidup kita justru memancarkan kenajisan Iblis, menyatakan segala ketidakberesan dari kehidupan yang tidak jujur dan tidak taat kepada Allah. Tuhan melihat bahwa kita masih perlu diuji dan diuji lagi, agar kemurnian itu bisa semakin nyata. Dari titip potensi menuju ke titik konfirmasi terdapat proses. Istilah ”sedang diproses” berarti: bersabarlah, jangan mau cepat-cepat selesai. Setiap Minggu, ketika Saudara ke gereja, Saudara sedang mengalami proses. Ketika Saudara sakit, itu pun satu proses. Juga di dalam kegagalan atau ketika Saudara mengalami penipuan, Saudara sedang diproses.

Mungkin ketika setiap Minggu ke gereja, Saudara tidak merasa diproses sama sekali. Itu mungkin terjadi karena Saudara mendengar khotbah-khotbah yang tidak beres. Akibatnya, Saudara tidak bisa diproses menjadi lebih baik. Kalau Saudara tidak mau datang ke gereja-gereja yang memiliki khotbah-khotbah bermutu, maka Saudara sulit diproses. Seringkali Saudara hanya mau mendengarkan khotbah-khotbah tak bermutu yang hanya mengkhotbahkan doktrin-doktrin yang tidak beres. Khotbah semacam itu tidak akan memproses hidup Saudara secara benar. Akibatnya, Saudara sebenarnya diproses bukan oleh Tuhan. Tuhan mau Saudara mempunyai iman yang berbobot, memiliki substansi yang berbobot dan tidak hanya penuh dengan fenomena permukaan yang tidak ada isinya.

Apa gunanya kita kelihatan hebat tetapi tidak diproses? Apa gunanya kita memiliki gelar yang tinggi, tetapi tidak ada isi sama sekali? Orang yang mempunyai gelar tetapi tidak mempunyai bobot adalah orang yang rendah dan sangat memalukan. Orang yang mempunyai bobot tetapi tidak punya gelar hanya sayang sedikit, karena kalau Saudara berbobot tetapi tidak bergelar, paling jauh Saudara cuma kurang dihormati orang. Namun setelah Saudara bekerja atau berbicara, orang akan mengerti Saudara betul-betul berbobot atau tidak. Orang yang bergelar tinggi senantiasa diharapkan mampu memberikan gagasan, orang berharap banyak kepadanya. Ketika pada akhirnya bobotnya tidak sedemikian, itu akan menyebabkan semua orang kecewa berat kepadanya. Maka orang yang bergelar tetapi tidak berbobot itu sangat memalukan.

Yesus memiliki lebih dari 265 gelar atau sebutan. Sebenarnya gelar tertinggi yang Yesus miliki adalah Anak Allah yang mahatinggi, tetapi selama di dunia Ia tidak pernah memakai gelar itu sembarangan. Ia lebih suka menggunakan gelar Anak Manusia. Ini salah satu contoh bagaimana Yesus diproses. Ia memiliki gelar tinggi, tetapi tidak sembarangan di dalam mempergunakannya. Ia memakai suatu gelar yang sangat rendah hati.

Tuhan mau menyempurnakan kita dengan mengonfirmasikan kita di dalam titik konsumasi, di mana kita akan memancarkan peta dan teladan Allah yang asli dan sempurna. Jika Saudara mau dikonfirmasikan seperti itu, tidak ada jalan lain kecuali Saudara harus diproses. Satu pertanyaan: apakah orang Kristen mau diproses? Mungkin kita akan menjawab bahwa kita mau diproses, tetapi tidak mau proses yang sulit. Sekarang ini begitu banyak gereja dan pendeta yang sedang menciptakan orang Kristen instan; semua mau gampang, tidak ada bahan dan isi yang baik. Banyak pendeta mengatakan, “Saya tidak perlu baca buku apa pun sudah bisa menjadi pendeta.” Pendeta-pendeta ini sedemikian menghina orang yang banyak belajar, dan menganggap diri lebih jenius daripada orang lain. Sebenarnya, ia sedang menyatakan diri sebagai seorang pendeta instan yang rendah dan memalukan sekali. Untuk menutupi keadaannya itulah ia mencoba menyerang mereka yang belajar. Dan akhirnya pendeta sedemikian akan mencetak anggota yang instan juga.

Saya tidak sepertti itu. Saya ingin Saudara mendengar dengan teliti, berbobot, setahap demi setahap. Tidak ada jalan pintas, tidak ada cara instan. Kita harus melangkah satu langkah demi satu langkah mengikuti Yesus. Setiap tahun saya masih harus menghabiskan jutaan rupiah untuk membeli buku, mempelajarinya, dan mengisi diri. Saya masih berada di dalam proses. Sekalipun saya sudah berkhotbah lebih dari 25.000 kali, masih saja harus diproses oleh Tuhan. Sampai suatu saat Ia bisa melihat peta dan teladan diri-Nya nyata di dalam diri saya. Saat itulah ia akan mengatakan puas dan saya bisa menyelesaikan seluruh ujian yang harus saya lewati. Tidak ada teknologi yang bisa menggantikan proses Tuhan di dalam menggarap manusia.

Mengapa di Eropa gereja-gereja yang besar begitu kosong? Mengapa rumah-rumah yang sempit di RRC dipadati lebih dari 100 orang Kristen yang beribadah? Masalahnya adalah orang-orang Kristen di Eropa sedang melarikan diri dari proses, sedangkan orang-orang Kristen di RRC adalah orang-orang yang sedang berada di dalam proses. Gereja ini adalah gereja yang pernah dilatih dan diuji, sedangkan gereja Eropa adalah gereja yang melarikan diri dari latihan dan ujian. Semakin gereja mendapatkan kebebasan politik dan semakin mendapat kebebasan agama dan kelancaran, semakin ia lolos dari proses. Dampaknya akan menghancurkan gereja itu sendiri. Bukan berarti kita harus minta pencobaan dan segala kesulitan, tetapi jika Tuhan memperkenankan hal itu terjadi, marilah kita tidak melarikan diri dan tetap bersyukur kepada Tuhan karena itu berarti Tuhan sedang mempersiapkan gereja ini menjadi gereja yang kuat.

Sejak tahun 1990 hingga sekarang sudah lebih dari 300 gereja yang dibakar dan jumlah ini terus bertambah. Banyak orang menganggap ini adalah kecelakaan dan kesuraman gereja, tetapi saya justru tidak menganggap demikian. Inilah cara Tuhan membentuk gereja di Indonesia. Waktunya sudah tiba untuk gereja mau diproses lebih berat, agar iman kita lebih diteguhkan di atas firman.

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Ujian, Pencobaan & Kemenangan
Sub Judul : Bab 3 : Ujian dan Pencobaan : Keharusan Proses yang Mutlak (3)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 68 – 79